Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Biji Alpukat terkandung 10-15% minyak alpukat yang


tersusun dari senyawa antioksidan, asam palmitik, asam linoleat, asam
stearik, dll. Minyak alpukat memiliki peranan penting baik dalam industri
makanan, industri kesehatan, maupun di bidang industri lainnya. Salah
satu manfaat minyak biji alpukat adalah untuk aromatisasi perisa alpukat,
sebagai antioksidan terhadap radikal bebas, dan sebagainya. Selain itu,
minyak biji alpukat juga ditambahkan dalam beberapa produk kosmetik
seperti lulur, dan masker, karena bermanfaat untuk kesehatan kulit .
Pengambilan minyak dari biji alpukat dapat dilakukan dengan
berbagi metode, yaitu metode refluks ekstraksi, metode ekstraksi dengan
fluida superkritis, dan metode pengepresan. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan ialah metode refluks ekstraksi yaitu memisahkan satu atau
beberapa komponen dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut
yang disebut ekstraksi. Pemisahan tejadi atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu tertentu dengan
menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam biji alpukat dan
menghasilkan minyak biji alpukat. Minyak hasil ekstraksi dengan pelarut
mempunyai keunggulan yaitu mempunyai bau yang mirip bau alamiah.
Seperti ekstraksi minyak tumbuhan pada umumnya, ekstraksi minyak biji
alpukat menggunakan pelarut organik seperti heksana dan etanol, namun
dalam hal ini yang digunakan adalah etanol. Pelarut ini bersifat inert,
memiliki titik didih yang rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan
sempurna. Namun, penggunaan pelarut organik beracun dalam proses
pengolahan makanan harus dibatasi. Dalam prosesnya, minyak biji alpukat
diekstraksi dari biji alpukat yang telah dipanaskan dan dihaluskan menjadi
bubuk. Adapun penggunaan pelarut etanol dalam ekstraksi minyak biji
alpukat ini dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas seperti volume
pelarut dan waktu ekstraksi. Dalam percobaan ini ada beberapa
permasalahan yang timbul, yaitu bagaimana kondisi optimum proses
ektraksi minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut etanol sehingga
dihasilkan produk berupa minyak biji alpukat dengan jumlah yang
2

optimum? Lalu bagaimana pengaruh jumlah pelarut heksana terhadap


jumlah minyak alpukat yang dihasilkan?. Dan juga bagaimana pengaruh
waktu proses ekstraksi terhadap jumlah minyak alpukat yang dihasilkan?.
Untuk mengetahui berbagai proses dan fenomena yang terjadi
dalam percobaan ekstraksi ini, maka praktikum ini perlu dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam praktikum modul Ekstraksi, rumusan masalah dibatasi pada :


Bagaimana proses ekstraksi ini dapat dipahami oleh mahasiswa
sehingga dapat mengaplikasikan dalam pembuatan produk ekstraksi, serta
membandingkan dengan hasil literature sekaligus menentukan berapa
angka densitas, rendemen, dan viskositas minyak biji alpukat yang
diperoleh dari percobaan.

1.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari dilaksanakan nya praktikum Ekstraksi ini adalah


sebagai berikut:
Mahasiswa mampu memahai proses ekstraksi, mahasiswa mampu
membuat produk hasil ekstraksi dan membandingkan nya dengan hasil
literatur, serta dapat menentukan densitas, rendemen, dan viskositas
minyak biji alpukat.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam hal ini, yang menjadi ruang lingkup pada praktikum


ekstraksi adalah:
Percobaan ini dilakukan dengan metode refluks yang dalam hal ini
dilakukan terhadap pengekstraksian biji alpukat selama 1 jam, dan metode
pemisahan campuran, serta metode destilasi, dimana pendestilasian
dilakukan pada suhu 95°c, ditujukan pada filtrat yang telah disaring.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bubuk biji alpukat dan
etanol sebagai pelarut. Tempat dilaksanakannya percobaan ini adalah di
Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat
simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting
diperhatikan dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai
dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai
dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia
tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus
diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut
dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karena dikhawatirkan menyumbat
pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi [1].

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat


aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar
baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat
dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan
peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel,
ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan
penyari tersebut [2].

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Secara umum terdapat empat tujuan
ekstraksi yaitu:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi


dariorganisme. Dalam kasus ini prosedur yang telah dipublikasikan
dapat diikuti dan modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikannya dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini, bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang digunakan untuk senyawa
kimia yang dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
atau kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tersebut.
4

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan


tradisional dan biasanya dibuat dengan berbagai cara, misalnya
Tradisional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba
yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai
obat[1].

Sifat senyawa yang diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara


apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrinning) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak
atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya
senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Oleh karena itu pemilihan metode
ekstraksi yang sesuai untuk bioassay dan juga untuk mengekstraksi sebanyak
mungkin tipe senyawa kimia. Secara umum hal ini dicapai dengan
serangkaian pelarut, tetapi jumlah pelarut yang digunakan harus dibatasi oleh
skala program skrinning. Jika hanya ada sedikit sampel yang diuji, dapat
dibuat berbagai ekstrak dari sampel, sedangkan dalam program skrinning
skala besar yang mencakup ribuan organisme[5].

Proses yang terjadi selama proses ekstraksi:

1. Pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari simplisia


2. Melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel tanaman
melalui proses difusi dengan 3 tahapan:
a. penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi
pengembangan (swelling) sel tanaman.
b. proses disolusi yaitu melarutnya kandungan senyawa didalam pelarut.
c. difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman (simplisia)[6].

Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada:

a. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan


b. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi
c. Jenis senyawa yang akan diekstraksi
d. Sifat senyawa yang akan diekstraksi[6].

2.2 Kriteria Pelarut


Kriteria pelarut / syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut:

a. Selektif, dapat melarutkan semua zat wangi dengan cepat, sempurna, dan
sedikit mungkin melarutkan bahan lain (lilin, pigmen,senyawa albumin).
b. Mempunyai titik didih yang rendah dan seragam.
c. Tidak larut dalam air.
5

d. Bersifat inert dan tidak mudah terbakar


e. Harga pelarut murah[3].

Macam-macam Pelarut:

a. Pelarut Non Polar


b. Pelarut Polar Aprotik
c. Pelarut Polar[3].
Pada saat proses ekstraksi dapat juga digunakan pelarut universal seperti
metanol atau etanol hal ini dikarenakan metanol atau etanolmerupakan pelarut
yang baik untuk digunakan dalam suatu sampel tanaman yang belum
diketahui apakah zat aktif tersebut bersifat polar ataupun non polar jadi
digunakan metanol atau etanol yang bisa menarik senyawa polar dan non
polar[3].

2.3 Metode – Metode Ekstraksi

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan


yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh
dengan cara maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk
bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan
simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode
soxhlet.

A. Hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Ekstraksi

Pada umumnya untuk menghindari reaksi enzimatik dan hidrolisis,


maka dilakukan perendaman simplisia dalam alkohol yang mendidih untuk
mematikan jaringan simplisia. Alkohol secara umum sangat baik untuk
proses ekstraksi awal simplisia.

Proses ekstraksi dalam simplisia berdasarkan prinsip kesetimbangan


konsentrasi, apabila konsentrasi antara pelarut dan simplisia telah
setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak bisa menarik kandungan
kimia dalam simplisia oleh sebab itu dilakukan penambahan pelarut baru
dalam metode ekstrasi jenis tertentu.

Ekstrasi pada simplisia jaringan hijau (berklorofil), bila diekstraksi


ulang warna hijau hilang sempurna, maka diasumsikan seluruh klorofil &
senyawa yang berbobot rendah lainnya sudah terekstraksi seluruhnya.
6

Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada:

a. bentuk/tekstur bahan yang digunakan


b. kandungan air dari bahan yang diekstrasi
c. jenis senyawa yang akan diekstraksi
d. sifat senyawa yang akan diekstraksi

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan


yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh
dengancara maserasi.sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi.
untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan
cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan
dapat diekstrasi dengan metode soxhlet[6].

B. Faktor Yang mempengaruhi Kesetimbangan Konsentrasi Dalam


Ekstraksi

Berikut adalah faktor yang mempengaruhikeetimbangan kondentrasi


dalam ekstraksi
1. Perbandingan jumlah simplisia dan pelarut.
2. Proses difusi sel yang utuh.
3. Lama perendaman dan pengembangan simplisia.
4. Kecepatan proses disolusi simplisia yang terintegrasi.
5. Kecepatan terjadinya kesetimbangan.
6. Suhu dan pH interaksi senyawa terlarut dan tidak larut
7. Tingkat lipopilitas (kepolaran)[6].

C. Macam-macam Metode Ekstrasi

Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi


berdasarkan penggunaan suhu sehingga ada metode ekstraksi dengan cara
panas, serta dingin. Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang
terkandung sudah dipastikan tahan panas.
7

Metode ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:

1) Dekok
Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90°-95°C selama
30 menit.

2) Infus
Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.

3) Refluks
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam
simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu
tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung kembali
kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian
ada yang menguap.Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan
pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah
palarut tertentu tertentu dengan adanya pendinginan balik (kondensor).
Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali pengulangan proses
pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna.Keuntungan:
digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang memiliki tekstur
kasar. Kerugian: butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi operator.

4) Soxhletasi
Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu
esktraktor Soxhlet.Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan
dengan refluks.Metode ini lebih hemat dalam hal pelarut yang
digunakan.Proses ekstraksi dimana sampel yang akan diekstraksi
ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan
diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di
atas sampel.Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam
sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas
tertentu, pelarut akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara
otomastis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat
terutama dalam peralatan Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi
lipida. Sampel yang bisa diperiksa meliputi pemeriksaan lemak,
trigliserida, kolesterol.Keuntungan: dapat digunakan untuk sampel
dengan tekstur yang lunakdan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit dan pemanasannya dapat
diatur. Kerugian: karena pelarut didaur ulang, maka ekstrak yang
terkumpul pada wadah disebelah bawah terus menerus dipanaskan
8

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Bila


dilarutkan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, jumlah total senyawa yang
diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu
sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarutyang lebih banyak untuk melarutkannya.

5) Coque
Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api
langsung. Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat
secara keseluruhan (termasuk ampas) atau hanya digunakan hasil
godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.

6) Seduhan
Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam
dengan menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit)
seperti halnya membuat teh seduhan.

7) Destilasi Uap Air


Destilasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan
suatu substansi yang mudah menguap dari substansi yang lain yang
relatif tidak mudah menguap. Proses destilasi terdiri dari tiga tahap,
yaitu:

1. Mengubah substansi dalam bentuk uapnya.


2. Memindahkan uap yang telah terbentuk.
3. Mengkodensasikan uap yang terbentuk menjadi cairannya kembali.

Semua zat cenderung untuk melepaskan molekulnya dari permukaan


untuk menjadi bentuk uapnya.Kemampuan untuk melepaskan molekul ini
tergantung kepada tenaga kohesi dari senyawa yang bersangkutan.Makin
besar tenaga ini makin kecil kemampuan senyawa tersebut untuk dapat
melepaskan molekul dari permukaannya.

Apabila suatu cairan diletakkan dalam suatu wadah yang tertutup (diisi
tidak penuh), maka cairan tersebut melepaskan molekul-molekulnya ke
dalam ruangan yang ada di atasnya. Pada suatu saat jumlah molekul yang
meninggalkan permukaan cairan besarnya sama dengan jumlah molekul
yang kembali ke permukaan cairan. Dalam keadaan ini ruangan tersebut
dikatakan telah jenuh dengan uap dari cairan. Tekanan uap dalam ruangan
9

tersebut di katakan sebagai tekanan uap dari cairan yang bersangkutan pada
temperatur pengamatan.

Berdasarkan proses kerjanya penyulingan dapat digolngkan menjadi 3


cara yaitu :

1. Penyulingan dengan air: Prinsip kerjanya adalah penyulingan diisi air


sampai volumenya hampir separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air
mendidih sampel dimasukkan ke dalam ketel penyulingan, sehingga air
dan minyak atsiri menguap secra bersamaan ke dalam kondensor
pendingin dan mengalami pengembunan dan mencair kembali yang
selanjutrnya dilairkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak
atsiri dari air.
2. Penyulingan dengan air dan uap: Prinsip kerjanya adalah penyulingan
diisi air sampai pada batas saringan. Sampel diletakkan di atas saringan,
sehingga sampel tidak berhubungan langsung dengan air mendidih akan
tetapi akan berhubungan dengan uap air di mana air yang menguap
akan membawa partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke
kondensor sehingga terjadi pengembunan dan uap air bercampur
minyak atsiri tersebut akan mencair kembali dan selanjutnya dialirkan
ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dan air.
3. Penyulingan dengan uap: Prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan
uap ketel dan ketel penyulingan terpisah. Ketel uap yang berisi air
dipanaskan, lalu uapnya dilairkan ke ketel penyulingan yang berisi
sampel, sehingga partikel-partikel minyak atsiri pada sampel akan
terbawa bersama uap menuju kondensor selanjutnya diembunkan
kemudian mencair dan mengalir ke alat pemisah yang akan
memisahkan minyak atsiri dari air [1].

Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
akibat proses pemanasan. Ekstraksi dingin antara lain :
1) Maserasi
Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan
pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metode ini dengan cara
merendam sampel dengan sekali-kali dilakukan pengocokan. Pengocokan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary shaker dengan
kecepatan sekitar 150 rpm. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan
selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Namun dari beberapa
penelitian melakukan perendama hingga 72 jam.
10

Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan


masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat
aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
didesak keluar. Peristiwa tersebut terus berulang hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel dengan
larutan di dalam sel disebut difusi.
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut:

1) Modifikasi maserasi melingkar


Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan
menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar
(berkesinambungan) sehingga kejenuhan cairan penyari merata.
Keuntungan cara ini ialah, aliran cairan penyari mengurangi lapisan
batas, cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga
akan memperkecil kepekatan setempat dan waktu yang diperlukan
lebih pendek.

2) Modifikasi maserasi digesti


Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara ini hanya dapat
dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan seperti :

a. Kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan


berkurangnya lapisan – lapisan batas
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan
berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan
berpengaruh pada kecepatan difusi

3) Modifikasi maserasi melingkar bertingkat


Maserasi melingkar bertingkat sama dengan masrerasi
melingkar tetapi pada maserasi melingkar bertingkat dilengkapi
dengan beberapa bejana penampungan sehingga tingkat kejenuhan
cairan penyari setiap bejana berbeda-beda.
11

4) Modifikasi remaserasi
Remaserasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan membagi
dua cairan yang digunakan, kemudian seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan
dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

5) Modifikasi dengan mesin pengaduk


Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus-menerus
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam
maserasi dapat selesai.

2) Perlokasi
Merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut
melalui bahan sehingga komponen dalam bahan tersebut tertarik ke dalam
pelarut. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi). Hasil perkolasi disebut perkolat.
Perkolasi banyak digunakan untuk mengekstraksi komponen dari bahan
tumbuhan. Pada proses perkolasi, terjadi partisi komponen yang
diekstraksi, antara bahan dan pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara
berulang-ulang, maka semakin banyak komponen yang tertarik.
Kelemahan dari metode ini yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu
yang lama, sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak.
Keuntungannya adalah tidak memerlukan pemanasan sehingga teknik ini
baik untuk substansi termolabil (yang tidak tahan terhadap panas).

3) Soxhlet
Adalah proses ekstraksi dimana sampel yang akan diekstraksi
ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan
diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di
atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel
dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut
akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini
berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan
Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida. Sampel yang bisa diperiksa
meliputi pemeriksaan lemak, trigliserida, kolesterol.
12

4) Rotatori evaporation

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian


atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair
menjadi uap.Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar
panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas,
bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan
pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam
kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.Hasil
dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan
atau larutan berkonsentrasi.Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja
terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap).Evaporator
biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.Pada
industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan
contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.Evaporator mengubah air
menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator.Uap
dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya.Pada
sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas
oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan
membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat
kontaminasi lain.
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan
oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang
panas bergelembung melewati cairan.
2. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung
dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat
dinding besi atau permukaan untuk memanaskan.
3. Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem
dimana uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas
dimana uap terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan
panas ditranmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.

Terdapat beberapa bagian dari alat rotavapor ini, diantaranya:

1. Pendingin: berfungsi mendinginkan air yang akan dipompakan ke


kondensor.
13

2. Kondensor: kondensor berfungsi untuk mengubah uap menjadi bentuk


cair kembali.
3. Penangas/Waterbath: digunakan untuk memanasakan sampel dengan
suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
4. Pompa vakum digunakan untuk mengatur tekanan dalam labu, sehingga
mempermudah penguapan sampel.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan rotavapor:

1. Selang air serta tekanan in out tidak boleh tertukar.


2. Perhatikan petunjuk masing-masing alat, karena kemampuan alat
pompa vakum berbeda-beda.
3. Urutan pemasangan dan pengoperasian juga pelepasan serta
pengnonaktifan harus tertib.
4. Suhu pada waterbath harus disesuaikan dengan pelarut yang digunakan
[3]
.

2.4 Jenis-Jenis Ekstrak

Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut


yangdigunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
1. Ekstrak Air: menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi.
Pelarut air merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses
ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses
kembali seperti melalui pemekatan atau proses pengeringan.
2. Tinktur: sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi
simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur
adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10
bagian menstrum/ekstraktan.
3. Ekstrak cair: bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah
melalui pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan
farmakope.
4. Ekstrak encer: dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak
cair. Namun kadang masih perlu diproses lebih lanjut.
5. Ekstrak kental: ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami
proses pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab
sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri
ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap
perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering
14

6. Ekstrak kering (extract sicca): ekstrak kering merupakan ekstrak hasil


pemekatan yang kemudian dilanjutkan ke tahap pengeringan. Prose
pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:
a. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosol
b. Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
c. Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
7. Ekstrak minyak: dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan
perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara
seperti maserasi.
8. Oleoresin: merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan
oleoresin (mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut
tertentu umumnya etanol[4].

Demikian proses berlangsung berulang-ulang sampai proses


ekstraksi selesai. Terdapat beberapa rangkaian alat yang biasanya
digunakan dalam proses ekstraksi, salah satunya alat soxhlet.

Gambar 1. Alat Soxhlet


15

Kelebihan dari kedua alat tersebut adalah karena pelarut yang


terkondensasi akan terakumulasi dalam wadah di mana sampel berada
sehingga waktu kontak antara pelarut dan sampel berlangsung lama.
Ketika tinggi pelarut dalam penampungan telah mencapai batas
tertentu, maka pelarut akan meninggalkan penampungan dan masuk
kembali ke dalam labu alas bulat sambil membawa zat yang telah
terekstrak dari sampel. Tetapi apapun alat yang digunakan, lamanya
ekstraksi sangat bervariasi bergantung pada lama tidaknya zat-zat
dapat terekstrak dari sampel dan terlarut dalam pelarut.
16

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir

Berikut ini merupakan diagram alir percobaan ekstraksi pada biji alpukat.

a. Preparasi Bahan

Biji alpukat
Pencucian

Pemisahan

Pemotongan menjadi
kecil-kecil

Pemanasan pada oven 90


menit pada 100℃

Penghalusan sampai bubuk

Pengayakan biji alpukat

Gambar 2. Diagram alir preparasi bahan


17

b. Ekstraksi

15 gram serbuk biji alpukat


Labu leher tiga
150 ml Etanol

Memanaskan pada suhu 85℃

Mengekstraksi

Menyaring

Mendestilasi pada suhu 80-85℃

Mengambil destilat (minyak)

Menentukan volume dan massa


produk

Gambar 3 . Diagram alir ekstraksi

c. Uji Densitas

Menimbang gelas ukur 10 ml

Sampel Gelas ukur 10 ml

Menghimpitkan pada suhu T℃

Menimbang sebagai b gram

Gambar 4. Diagram alir uji densitas


18

d. Uji viskositas

Pembersihan dan penyaringan


viskometer

Menentukan kekentalan cairan


Cairan
melalui pipa a

Menghisap melalui ipa b sampai


melewati garis m

Menurunkan cairan sampai garis n

Mencatat waktu dari garis m ke n

Gambar 5 . Diagram alir uji viskositas

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai


berikut :

a. Batang pengaduk 1 buah


b. Corong kaca 1 buah
c. Erlenmeyer 250 ml 2 buah
d. Gelas beaker 1000 ml 1 buah
e. Gelas ukur 10 ml 1 buah
f. Gelas ukur 25 ml 1 buah
g. Hot plate 1 buah
h. Kaca arloji 1 buah
i. Kertas saring 5 buah
j. Labu leher tiga 1 buah
k. Magnetic stirrer 1 buah
19

l. Neraca analitik 1 buah


m. Piknometer 1 buah
n. Pipa elbow 1 buah
o. Pipet tetes 1 buah
p. Spatula 1 buah
q. Termometer 1 buah

3.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini


adalah sebagai berikut :

a. Aquades
b. Es
c. 15 gram serbuk biji alpukat
d. 150 ml etanol

3.3 Prosedur Percobaan

A. Preparasi bahan

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mencuci biji alpukat


dengan air mengalir, kemudian memisahkan ari-ari biji alpukat dan
memotongnya menjadi bagian kecil. Memanaskan biji alpukat ke dalam
oven selama 90 menit pada suhu 100oC, lalu menghaluskan biji alpukat
sampai menjadi bubuk dan mengayak serbuk.

B. Proses ekstraksi

Pada peroses ini diawali dengan memasukan serbuk biji alpukat ke


dalam labu leher tiga sebanyak 15 gram dan menambahkan 150 ml etanol
kedalamnya, memanaskan pada suhu 85℃, kemudian mengekstraksi biji
alpukat dan batang pengaduk sebagai alat pengaduk selama 2 jam,
memisahkan campuran dengan kertas saring, mendestilasi filtrat pada suhu
95oC, didapatkan ekstraknya dan menentukan volume dan massa minyak.

C. Uji densitas

Uji densitas diawali dengan menimbang labu ukur yang sudah bersih
dan kering sebagai a gram kemudian mengisi labu ukur dengan sampel dan
menghimpitkannya pada suhu T0C, menimbang sebagai b gram.
20

D. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan cara membersihkan dan


mengeringkan viskometer terlebih dahulu, memasukkan cairan uji dalam
hal ini adalah minyak biji alpukat ke dalam ruang r melalui pipa a,
menghisap cairan melalui pipa b, supaya kondisi naik ke m. Membiarkan
cairan sampai turun ke garis n, mencatat waktu untuk aliran dari m ke n.

3.4 Gambar Alat

Gambar 6 . Rangkaian alat ekstraksi refluks


21

Gambar 7. Rangkaian alat destilasi

3.5 Variabel Percobaan

Variabel yang terdapat dalam percobaan dalam ekstraksi terdiri dari


dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk variabel terikat
yaitu faktor-faktor yang menjadi objek penelitian yaitu estrak minyak biji
alpukat, dan variabel bebas dalam percobaan ini yaitu faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi variabel terikat misalnya temperatur dan waktu.
22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh data


sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil percobaan ekstraksi

No Data Percobaan Hasil Percobaan

1 Massa awal simplisia 15 gram

2 Massa akhir simplisia 9,5 gram

3 Volume pelarut awal 85 ml

4 Volume pelarut akhir 20,2 mL

5 Volume minyak 8,2 mL

6 Massa minyak 7,8 gram

7 Densitas 0,78 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙

8 Viskositas 45762,912 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒

9 Rendemen 52%

4.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang


terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan
menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Sedangkan ekstrak
adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan
bahan alam. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
23

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau


hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan.

Percobaan ini menggunakan biji alpukat sebagai bahan uji


utama, dimana biji alpukat ini dijadikan serbuk terlebih dahulu untuk
mempermudah proses ekstraksi karena semakin besar luas permukaan,
maka akan semakin cepat pengambilan minyaknya. Sampel yang
sudah kami terima sudah berupa serbuk, dimana sebelumnya sudah
dilakukan proses pencucian, pemisahan, pemotongan, dan pemanasan.
Serbuk biji alpukat tersebut kemudian di ayak menggunakan
penyaring ber-mesh 40, lalu diambil 15 gram sebagai massa simplisia,
selanjutnya yaitu proses ekstraksi. Cara kerja ekstraksi dengan pelarut
yaitu dengan cara memasukkan bahan yang diekstraksi ke dalam
soklet. Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu tertentu
dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam
bahan. Minyak hasil ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan
yaitu bau yang mirip bau alamiah.

Pada proses ini, menggunakan etanol sebagai pelarut, yang


dimana wacana sebelumnya menggunakan n-hexane sebagai pelarut.
Dikarenakan n-hexane memiliki tingkat Flammable-nya terlalu tinggi,
maka digantikan oleh etanol yang memiliki tingkat Flammable-nya
rendah. Metode ini memanfaatkan perbedaan kelarutan antara minyak
dan bahan – bahan lain di dalam biji alpukat terhadap pelarut. Sifat
selektivitas pelarut yang digunakan menentukan tingkat kemurnian
minyak biji alpukat yang diperoleh. Oleh karena itu, pemilihan jenis
pelarut memegang peranan yang sangat penting. Proses pembuatan
minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut etanol ini
merupakan metode refluks ekstraksi padat-cair atau leaching. Hasil
ekstraksi berupa minyak biji alpukat tersebut dipisahkan dengan
proses evaporasi (destilasi).
24

Gambar 8. Proses ekstraksi dengan metode refluks

Serbuk biji alpukat yang timbang untuk percobaan yaitu 15


gram . Kemudian serbuk biji alpukat dan 150 ml etanol dimasukkan
kedalam labu leher tiga. Labu leher tiga yang berisi pelarut dan
sample kemudian di panaskan pada suhu 800C selama 1 jam dengan
alat refluks. Setelah di ekstraksi, dilakukan proses penyaringan
dengan kertas saring. Proses ini bertujuan untuk menyaring sample
berupa padatan. Pada proses ini kami mengalami kendala yaitu
kebocoran kertas saring yang menyebabkan masuknya padatan
kedalam filtrat yang menyebabkan filtrat menjadi kotor. Filtrat yang
didapat kemudian di gunakan pada proses destilasi yang
menggunakan kondensor linear. Proses evaporasi merupakan lanjutan
dari proses ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan minyak biji
alpukat dengan pelarutnya sehingga didapatkan minyak biji
alpukatnya saja.
25

Gambar 9. Penyaringan hasil Ekstraksi sebelum proses destilasi

Gambar 10. Proses Destilasi

Proses destilasi ini menggunakan rancangan alat yang didesain


sedemikian rupa untuk memurnikan kadar minyak yang ada pada biji
alpukat . Destilasi dilakukan pada suhu 90 ¬ 950C yang bertujuan
untuk menguapkan etanol sehingga hanya sample berupa minyak saja
yang tersisa. Proses dinyatakan selesai apabila etanol sudah tidak
menetes lagi. Tetapi, kami tidak menunggu sampai selesai karena
26

estimasi waktu yang tidak memungkinkan untuk ditambah lagi, jadi


minyak yang didapatkan masih tercampur dengan etanol yang
membuat kadar minyak menjadi tinggi. Setelah itu, sampel
didinginkan di udara bebas guna menstabilkan massa jenis minyak.
Kemudian sample di uji densitasnya (nilai kerapatan dari zat yang
diuji). Dari hasil ekstraksi tersebut, dilakukan analisa % rendemen,
densitas, viskositas.

Dalam penelitian ini, proses ekstraksi yang dilakukan


memperoleh nilai densitas yang berbeda antara hasil percobaan
dengan litelatur, dimana nilai densitas yang diperoleh pada percobaan
ini adalah 0,9512 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 sedangkan densitas berdasarkan
litelature berada pada kisaran 0,6951 gram/ml – 0,7676 gram/ml,
dimana dari penelitian yang dilakukan, nilai densitas dapat
dipengaruhi oleh variabel - variabel yang digunakan, terutama pada
variabel lama waktu ekstraksi dan massa biji alpukat yang digunakan,
nilai densitas yang lebih tinggi pada percobaan ini akibat masih
terdapatnya endapan ataupun etanol yang tidak menguap pada minyak
hasil destilasi, sehingga massa yang terukur bukan massa minyak
murni melainkan ada komponen lain, ini terjadi karena proses
pendestilasian tidak tuntas, dengan kata lain proses ini dihentikan
ketika etanol masih menetes pada erlenmeyer, hal ini dihentikan
karena keterbatasan waktu. Dari analisa yang diperoleh diatas,
diperoleh penjelasan bahwa semakin lama waktu ekstraksi dan
semakin banyak massa biji yang digunakan, maka akan semakin besar
nilai besar jenis minyak yang dihasilkan. Dimana, pengujian densitas
menggunakan alat piknometer. Cara penggunaanya yaitu menuangkan
sampel kedalam piknometer, kemudian piknometer ditutup. Kami
tidak memakai piknometer dikarenakan kurangnya volume minyak,
dan kami menggantinya dengan gelas ukur, dalam hal menimbang
massa minyak . Perhitungan pengujian densitas yakni antara bobot
gelas ukur bersample dikurangi bobot gelas ukur yang kosong. .
27

Gambar 11. Hasil minyak yang diperoleh (menunjukkan


viskositas ekstrak)

Pengujian selanjutnya yaitu pengujian viskositas. Pengujian ini


menggunakan alat Viskometer Oswald. Cara penggunaanya yaitu
memasukkan sample kedalam viskometer, kemudian hisap larutan
sampai melewati tanda batas atas dengan bantuan bulb. Lepaskan
bulb, biarkan sample turun dan hitung waktu tempuh dari tanda batas
atas hingga tanda batas akhir pada pengamatan yang dilakukan. Nilai
viskositas yang diperoleh dari percobaan ini adalah
0,0558 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒 atau setara dengan 5,58 cSt sedangkan berdasarkan
literature viskositas minyak biji alpukat adalah 0,826 – 4,55 cSt.
Pengujian berat jenis merupakan salah satu uji karakteristik pada
minyak untuk mengetahui tingkat kekentalan minyak tersebut. Jika
viskositas semakin tinggi, tahanan untuk mengalir akan semakin
besar. Atau dengan kata lain nilai viskositas ini dipengaruhi oleh
densitasnya. Karena pada hasil diatas nilai densitasnya diatas dari
ketentuan literature, maka akan sebanding dengan nilai viskositas
28

yang diperoleh, sehingga nilai viskositas ini diatas dari kisaran


literatur. Besar selisih nilai viskositas antara literature dengan
percobaan 0,0172, karena tingkat kesalahan masih berada pada rentan
<2,5% maka masih dianggap benar. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa minyak biji alpukat tidak terlalu kental dan berdasarkan
literatur dari ketetapan SNI berdasarkan karakteristik viskositasnya,
minyak biji alpukat berpotensi untuk dijadikan biodiesel, dimana salah
satu syarat suatu minyak baik untuk dijadikan biodiesel adalah
memiliki viskositas antara 2,3 – 6,0 cSt. (Sumber : SNI 04-7182-
2006).

Dalam hal penentuan nilai rendemen, diperoleh nilai rendemen


dari percobaan adalah 52% , sedangkan berdasarkan literature yang
ada nilai rendemen berada pada kisaran 0,367% - 0,82%. Perbedaan
nilai yang sangat jauh ini menunjukkan bahwa percobaan ini tidak
sempurna dalam membentuk ekstrak minyak atau permbentukan
minyak tidak terbentuk secara sempurna, terbukti jauhnya nilai
minyak yang diperoleh berbenbanding dengan massa awal simplisia,
hal ini diakibatkan kecerobohan praktikan saat praktikum
berlangsung, ada cairan yang tumpah atau menetes di luar tempat
penampungan, serta akibat proses pendestilasian yang tidak
berlangsung sampai tuntas, tetapi sebenarnya perbedaan rendemen ini
juga dipengaruhi oleh bahan baku biji alpukat, dimana ditentukan oleh
keadaan geografis tanaman alpukat dari biji alpukat yang digunakan
berasal dari tempat yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi hasil
% rendemen untuk setiap varibel, sehingga dalam praktik dan
perkembangannya diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Pengujian indeks bias tidak kami lakukan karena matahari sudah
terbenam dan yang bisa membiaskan prisma itu adalah sinar matahari.
29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh


beberapa kesimpulan sebagai beriku:

a. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan


perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda.
b. Pada percobaan ini didapatkan volume ekstrak sebesar 8,2 ml dan
massa ekstrak sebesar 7,8 gram dengan densitas
sebesar 0,9512 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 , viskositas (kekentalan) absolute yang
diperoleh sebesar 0,0558 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒, serta rendemen sebesar 52%.
Bentuk fisik dari ekstrak itu sendiri berwarna kuning tua, encer, dan
mempunyai bau khas.

5.2 Saran

Adapun saran yang disampaikan penulis kepada pembaca


ataupun praktikum selanjutnya sebagai berikut:
a. Diharapkan untuk membuat variasi untuk percobaan selanjurnya,
yaitu variasi volume atau suhu yang berbeda, sehingga mengetahui
faktor lain yang mempengaruhi hasil percobaan.
b. Melakukan percobaan ekstraksi dengan bahan alami lain, seperti
ekstrak nabati atau hewani lain yang kandungan nya banyak
bermanfaat.
c. Mengguakan metode yang berbeda untuk proses ekstraksi
d. Menguunakan pelarut yang lain selain etanol dalam percobaan,
sehingga mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat
kemurnian esktrak yang diperoleh.
30

DAFTAR PUSTAKA

[1]
Sudjaji, Drs. 1986. Metode Pemisahan.Yogyakarta : UGM Press.
[2]
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
[3]
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
[4]
Adrian,Peyne,2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan
Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas Negeri Andalas.
[5]
Tobo, Fachruddin. (2001). Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I.
Makassar: Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas.
[6]
Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press
31

LAMPIRAN

A. Perhitungan

Massa awal simplisia : 15 gram


Volume pelarut awal : 85 ml
Volume pelarut akhir : 20,2 ml
Massa akhir simplisia : 9,5 gram
Volume minyak : 8,2 ml
Massa minyak : 7,8 gram

1. Perhitungan densitas (P)

𝑚 (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟+𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘)−(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


P= =
𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
45,1 𝑔𝑟𝑎𝑚−37,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,2 𝑚𝑙
7,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,2 𝑚𝑙
= 0,9512 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 = 0,9512x 10^-3 kg / 𝑚3

2. Perhitungan viskositas (M)

a. Viskositas kinematik (𝑽)


𝑉 = 𝑘 .𝑡
𝑉 = 1,438 𝑚2 𝑠 −2 . 4,08 s = 5,86704 𝑚2 𝑠 −1

b. Viskositas absolute (M)

𝑀 = 𝑉. 𝑃

𝑀 = 0,9512 x 10 ^-3 kg / 𝑚3 . 5,86704 𝑚2 𝑠 −1


= 5,5808 𝑥 10^ − 3𝑘𝑔. 𝑚−1 𝑠 −1 x 10 = 0,0558 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒

3. Rendemen (R)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 7,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑥 100% = 𝑥 100% = 52%
15 𝑔𝑟𝑎𝑚
32

B. Blanko Percobaan Ekstraksi

Hari / Tanggal : Rabu / 22 Maret 2017


Kelompok : B-12
Anggota : 1. Dinar Fuza Laksana
2. Siti Nurbaeti
3. Yuza Pratama Muharam
NPM : 1. 3335 16 0052
2. 3335 16 0024
3. 3335 16 0050
Asisten : Rafi Muhammad

Data awal :
Berat serbuk biji alpukat = 15 gram
Volume etanol = 150 ml
Hasil percobaan :

No Data Percobaan Hasil Percobaan

1 Massa awal simplisia 15 gram

2 Massa akhir simplisia 9,5 gram

3 Volume pelarut awal 85 ml

4 Volume pelarut akhir 20,2 mL

5 Volume minyak 8,2 mL

6 Massa minyak 7,8 gram

7 Densitas 0,9512 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙

8 Viskositas 0,0558 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒

9 Rendemen 52%
33

Cilegon, Maret 2017

Asisten Praktikan
1.Dinar Fuza Laksana
2.Siti Nurbaeti
3.Yuza Pratama Muharam
Rafi Muhammad

Anda mungkin juga menyukai