Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS LARANGAN

NAMA : dr. Erfina Saumiandiani


SIP INTERNSHIP :
TANGGAL ANALISIS : Oktober 2017-Januari 2018
JENIS PROGRAM : Program Penyakit Tidak Menular (Osteoartritis)

HASIL ANALISIS:
1. Pendahuluan
Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di
masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehetan
masyarakat. Osteoartritis dapat terkadi dengan etiologi yang berbeda-beda,
namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis dan keluaran klinis yang
sama. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga
mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsil dan
jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi
mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi
yang dalam pada permukaan sendi. Harus dipahami bahwa pada OA merupakan
penyakit dengan progresifitas yang lambat, dengan etiologi yang tidak diketahui.
Terdapat beberapa risiko OA, yaitu: obesitas, kelemahan otot, aktivitas fisik
yang berlebihan atau kurang, trauma sebelumnya, penurunan fungsi, faktor
keturunan menderita OA dan faktor mekanik. OA paling sering mengenai lutus,
panggul, tulang belakang dan pergelangan kaki. Karakteristik OA ditandai
dengan keluhan nyeri sendi dan gangguan pergerakan yang terkait dengan derajat
kerusakan pada tulang rawan.
Osteoartritis saat ini tidak lagi dianggap penyakit degeneratif, namun usia
merupakan salah satu faktor risikonya. Usia diatas 65 tahun, hannya 50%
memberikan gambaran radiologis sesuai OA, meskipun hanya 10% pria dan !*%

1
wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA dan sekitar 10%
mengalami disabilitas karenanya Oanya.
Klasifikasi Osteoartritis dapat berdasarkan etiologi dan lokasi sendi yang
kena.

2
3
Pada dasarnya penyulit yang timbul tergantung dari sendi mana yang
mengalami OA serta kelainan, lokasi dan arah kelainan tersebut. Penyulit tersebut
bisa diakibatkan berbagai patologi. Beberapa diantaranya adalah efusi sinovial,
osteofit dan degenerasi jaringan sekitar sendi.
Kerusakan sendi pada OA dapat mengakibatkan malalignment dan subluksasi.
Penyempitan celah sendi asimetris mengakibatkan varus atau valgus. Ankilosis
jarang terjadi pada OA, dapat mengenai sendi sakro-iliaka dan simfisis.
Fragmentasi permukaan sendi yang terjadi berupa debris pada kavum sinovial
atau osteochondral bodies yang tetap melekat pada permukaan sendi asalnya.
Pada sendi lutut, efusi sinovial dapat menyebabkan timbulnya kista baker pada
fosa poplitea.

4
2. Laporan kegiatan
Dilaksanakan
No. Kegiatan
TIDAK
YA

1. Pedoman khusus mengenai penyakit dari Dinas Kesehatan √

3. Diagnosa penderita OA

4. Pelatihan tenaga kesehatan mengenai screening OA √

5. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit OA √

6. Manajemen dan tatalaksana OA √

7. Pencatatan dan pelaporan kasus OA di pos kesehatan √

3. Analisa kegiatan
Bentuk pelayanan dalam deteksi penyakit OA yang dilakukan di Puskesmas
Larangan adalah mencatat dan melaporkan kasus lama dan kasus baru ke Dinas
Kesehatan Kota Cirebon. Puskesmas Larangan pun melakukan rujukan penderita
OA terutama penderita OA dengan menurunnya kualitas hidup ke fasilitas
kesehatan tingkat dua.

3.1 Pedoman khusus mengenai penyakit OA dari Dinas Kesehatan

Pedoman khusus bertujuan agar sistem penanganan penderita hipertensi


dilakukan secara terpadu dan memiliki dasar advokasi yang kuat karena
dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah.
Kendala : belum adanya pedoman yang dibuat oleh pemerintah seperti penyakit
lain yang menjadi fokus nasional seperti Tuberkulosis dan penyakit kusta.
Saran : pembuatan pedoman yang komprehensif oleh pemerintah.

3.2 Diagnosa penderita OA

5
Bentuk pemeriksaan untuk diagnosis penderita hipertensi di Puskesmas
Larangan adalah melalui anamnesis dengan menggali riwayat pengobatan pasien
dan pemeriksaan fisik.
Kendala : Proses pemeriksaan tidak dapat dianalisa langsung dan terus menerus,
tidak semua pasien terdata dan secara rutin datang, pasien datang jika terdapat
keluhan saja.
Saran : Pedoman khusus dalam pemeriksaan OA.

3.3 Pelatihan Kader dan Tenaga Kesehatan

Kader sebagai tenaga non kesehatan yang berinteraksi langsung dengan


masyarakat terutama lansia dibantu oleh tenaga kesehatan dapat membantu
proses pendeteksian dan pelaporan penderita OA di wilayahnya. Dengan begitu,
data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat merepresentasikan demografi
penderita OA yang aktual.

Tenaga kesehatan yang mampu mendeteksi penderita OA di wilayah kerja


Puskesmas Larangan adalah dokter yang bertugas dan pemegang program
kesehatan penyakit tidak menular.
Kendala : kader dan tenaga kesehatan lain masih belum mencukupi.
Saran : pelatihan khusus kader dan tenaga kesehatan Puskesmas Larangan yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan atau pihak Puskesmas Larangan.

3.4 Sistem rujukan penderita OA


Penderita OA yang sudah terdeteksi kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan
setiap bulannya. Penderita yang sudah mengalami komplikasi dan menurunnya
kualitas hidup segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua. Penderita yang
mampu membiayai pengobatan sendiri diharapkan untuk kontrol rutin ke
puskesmas, klinik, maupun praktik swasta dokter ataupun dokter spesialis
penyakit dalam terdekat. Program ini sudah berjalan dengan baik.

3.5 Penyuluhan masyarakat mengenai OA


Penyuluhan kesehatan mengenai OA bertujuan untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai OA, bagaimana proses penyakitnya, prognosis, pemilihan

6
terapi, dan perubahan paradigma bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang
tidak dapat dihindari, cara mengurangi rasa nyeri, cara latihan fisik.
Kendala : Program penyuluhan ini belum berjalan dengan baik di Puskesmas
Larangan karena keterbatasan waktu dan tenaga, juga belum adanya arahan rutin
dari Dinas Kesehatan.
Saran : Kegiatan penyuluhan mengenai hipertensi dapat dibarengi dengan
kegiatan lintas bidang seperti Prolanis dan Posbindu, atau dapat dilakukan
kegiatan penyuluhan rutin yang terjadwal.

3.6 Manajemen dan Tata Laksana OA

. Pemberian terapi untuk penderita bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri


dan kekakuan, menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi, membatasi kerusakan
fungsi, mengurangi faktor penyebab dan mempertahan serta meningkatkan
kualitas hidup.
Kendala : terjadi backlog (penumpukan penderita) di fasilitas kesehatan tingkat
satu maupun dua karena ditanggung BPJS.
Saran : Memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat secara umum
mengenai kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi bagi pasien hipertensi.

3.7 Pencatatan dan Pelaporan

Penderita OA baru dicatat dan dilaporkan setiap bulannya ke Dinas Kesehatan


dengan form yang sudah terstandardisasi. Program ini belum berjalan dengan
baik.

1. Kesimpulan
Program Penyakit Tidak Menular khususnya hipertensi di Puskesmas
Larangan sudah berjalan dengan baik, namun kekurangan yang ditemukan dalam
analisa yaitu belum adanya pedoman khusus untuk OA oleh pemerintah dan
sistem pemeriksaan secara rutin namun masih banyaknya penderita yang tidak
terdeteksi mengidap OA, juga belum adanya bentuk penyuluhan dan pelatihan
untuk masyarakat, kader, dan tenaga kesehatan sehingga kesadaran mengenai
pentingnya pencegahan dan edukasi tentang OA masih kurang.

7
2. Saran
a. Untuk Kepala Dinas Kesehatan:
- Mengajukan pedoman khusus untuk penyakit OA ke pemerintah pusat
- Mengadakan pelatihan khusus untuk kader dan tenaga kesehatan
mengenai OA di wilayah kerjanya
b. Untuk Kepala Puskesmas Larangan:
- Memantau jalannya program penyakit tidak menular khususnya OA
c. Untuk Pemegang Program:
- Mengajukan pedoman khusus mengenai penyakit OA
- Menjadwalkan serta melaksanakan penyuluhan secara rutin ditiap pos
kesehatan maupun pada kegiatan prolanis dan posbindu kepada
masyarakat khususnya lansia mengenai penyakit OA.

Anda mungkin juga menyukai