Anda di halaman 1dari 13

Walaupun inokulasi (Suatu tindakan memberikan pustula cacar (smallpox) kepada seseorang

dengan maksud untuk menimbulkan respon ringan terhadap pencegahan penyakit) bahan yang didapat
dari nanah penderita cacar diberikan kepada orang sehat telah dilakukan 2000 tahun yang lalu di India
dan Cina, namun E Jenner, seorang dokter dari Inggris, dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan konsep imunisasi modern pada tahun 1796. Jenner berhasil melakukan inokulasi
bahan yang didapatkan dari nanah cowpox (cacar sapi) kepada pasien untuk mencegah cacar yang
disebabkan oleh virus (agen infeksius berukuran ultramikroskopis yang berisi materi genetik yang
dibungkus dengan protein. Virus hanya dapat memperbanyak diri di dalam tubuh pejamu hidup)
sejenis.
Pada tahun 1900, dikenal ada dua jenis vaksin virus untuk manusia yaitu vaksin cacar dan vaksin
anti rabies, dan tiga vaksin dari bakteri untuk mencegah typhoid. Tifoid (demam tifoid) Penyakit serius
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Tifoid menyebabkan demam tinggi, kelemahan, nyeri
perut, nyeri kepala, nafsu makan hilang dan kadang-kadang timbul ruam. Jika tidak diobati, 30% kasus
dapat meninggal. Terdapat beberapa jenis vaksin tifoid: vaksin inaktifasi yang diberikan dengan cara
suntikan, dan vaksin hidup yang dilemahkan dan diberikan secara oral (melalui mulut)., kolera (Kolera
Penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri, Vibrio cholerae dan ditandai
dengan diare cair yang hebat, muntah, kram otot, dehidrasi berat dan penurunan elektrolit). dan pes.
Pes (Penyakit infeksi yang serius, mengancam jiwa pada umumnya ditularkan kepada manusia melalui
gigigan kutu hewan pengerat. Merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada awal sejarah manusia).
Dengan surveilans yang baik dan program vaksinasi cacar yang baik dunia dinyatakan bebas cacar
tahun 1979 dan diumumkan pda tahun 1980 melalui resolusi WHA. Dunia bebas cacar merupakan
tonggak sejarah kemenangan gemilang umat manusia melawan penyakit yang mengancam kesehatan
masyarakat.
Pada abad ke 20 beberapa jenis vaksin lain ditemukan seperti vaksin pertusis (batuk rejan).
Pertusis disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala batuk yang khas seperti menggonggong,
batuk ini disebut juga batuk rejan.
Penyakit difteri disebabkan oleh strain toksigenik dari Corynebacterium diphteriae dengan gejala khas
pembentukan pseudomembrane di tenggorokan. Penyakit ini fatal pada anak-anak yang tidak
diimunisasi.
Vaksin tetanus untuk mencegah penyakit tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani.
Penyakit yang jarang namun fatal karena menyerang sistem syaraf pusat yang dapat menimbulkan
kejang-kejang.
Berikutnya ditemukan vaksin polio dan vaksin campak. Campak disebabkan oleh virus yang menular
dan menimbulkan gejala demam, erupsi kulit yang berupa bercak bulat pada kulit dan dapat
menyebabkan kematian pada usia muda dan individu yang daya tahan tubuhnya lemah. Rubela
gejalanya mirip campak namun lebih ringan dibandingkan campak. Rubela menjadi masalah apabila
menginfeksi ibu hamil karena dapat menimbulkan kecacatan dan kematian pada janin.
Begitu vaksin-vaksin tersebut diatas tersedia di pasaran negara-negara maju menganjurkan pemberian
imunisasi rutin kepada bayi-bayi mereka. Sampai saat ini ada lebih dari 20 jenis vaksin untuk PD3I.
Berdasarkan pengalaman keberhasilan dari program pembasmian cacar maka pada tahun 1974, WHO
meluncurkan Program Pengembangan Imunisasi (Expanded Programme on Immunization (EPI)). Pada
awalnya, EPI bertujuan menjamin agar semua anak-anak menerima vaksin untuk melindungi mereka
dari enam penyakit pada anak yaitu : tuberkulosisTuberkulosis (TB)Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut umumnya menyerang paru-paru. Namun ,
bakteri TB dapat menyerang bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang belakang dan otak. Apabila
tidak diobati dengan sempurna TB dapat menyebabkan kematian., polio, difteri, pertusis, tetanus dan
campak yang diberikan sebelum usia satu tahun. Khusus vaksin Tetanus toksoid (TT)Vaksin toksoid
tetanus (TT)Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus. Apabila akan diberikan pada wanita usia
subur, vaksin yang mengandung toksoid tetanus (TT atau Td) tidak hanya melindungi wanita terhadap
tetanus, tapi juga mencegah tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. yang diberikan kepada wanita
usia subur (WUS), selain melindungi WUS itu sendiri juga melindungi bayi mereka yang baru lahir
dari tetanus neonatorum akibat penanganan tali pusat yang tidak steril pada saat dilahirkan.
Sejak itu banyak vaksin-vaksin baru muncul dan beredar di pasaran antara lain vaksin hepatitis B.
Infeksi virus yang mengenai hati yang ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi virus hepatitis. Beberapa infeksi terutama yang didapat pada saat bayi, dapat berkembang
menjadi kronis dan mengakibatkan sirosis dan kanker hati primer pada usia dewasa., rotavirus.
Kelompok virus yang menyebabkan diare (rotaviral gastroenteritis) pada anak., Haemophilus tipe b
(Hib). Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit infeksi invasif yang serius seperti pneumonia dan
meningitis; terutama pada anak dan orang dengan imuno kompromais (sistem kekebalan menurun
terhadap infeksi). Hib merupakan satu dari enam penyebab utama meningitis bakterialis pada bayi
yang tidak di imunisasi.. Vaksin pneumokok dianjurkan oleh WHO untuk dipakai secara global.
Vaksin lain yang ditemukan pada dekade berikutnya adalah vaksin yellow fever. Penyakit virus tropis
yang sangat menular yang ditularkan melalui nyamuk dan ditandai dengan demam tinggi, ikterus dan
perdarahan saluran cerna. (demam kuning). Sampai tahun 1990 imunisasi yang dilakukan secara rutin
telah melindungi lebih dari 80% anak-anak di dunia dari enam jenis PD3I. Setelah itu di beberapa
negara selain ke-6 antigen, dan beberapa vaksin baru ditambahkan dalam imunisasi rutin mereka.
Pada tahun 1999 dibentuklah GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization) yang tujuannya
untuk memperluas jangkauan program pengembangan imunisasi kepada penduduk terutama di daerah
terpencil, dan membantu negara-negara yang sangat miskin untuk introduksi vaksin baru dan vaksin
yang kurang pemanfaatannya (under used) untuk melindungi anak-anak mereka dari infeksi penyakit
yang membahayakan jiwa.
Penguatan program pengembangan imunisasi WHO
Walaupun menurut catatan yang ada sekitar 24 juta bayi masih belum menerima imunisasi
lengkap dari vaksin yang diberikan secara rutin melalui PPI, secara umum PPI telah behasil
menurunkan jumlah penderita campak dan polio (lihat grafik). Kedua penyakit ini adalah penyakit
yang ditargetkan WHO untuk dieliminasi dengan imunisasi (termasuk Tetanus neonatorum).
Walaupun secara umum vaksin yang digunakan dalam program imunisasi rutin relatif aman
dan efektif, kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan akan adanya efek simpang proses
pemberian imunisasi. Setiap pemberian pengobatan dengan produk farmasi termasuk pemberian
vaksinasi dapat timbul efek yang tidak diharapkan yang bisa ada kaitannya dengan bahan farmasi
tersebut ataupun tidak ada kaitannya sama sekali dengan bahan farmasi tersebut yang kita kenal
dengan kejadian koinsiden. Kepercayaan publik terhadap keamanan dan efek vital vaksin harus
diupayakan terus karena ia merupakan kunci sukses program imunisasi.
Vaksin yang digunakan dalam PPI sangat aman dan sangat efektif namun seperti halnya
dengan produk farmasi lainnya, vaksin pun tidak seratus persen bebas dari efek simpang, karena
walaupun sangat jarang, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bisa terjadi. KIPI yang terjadi
umumnya sangat ringan seperti demam dan kemerahan di lokasi suntikan, namun reaksi berat seperti
kejangKejang demamSuatu keadaan yang ditimbulkan oleh aktivitas listrik yang tidak terkontrol di
dalam otak, sehingga menimbulkan kejang, gejala klinis yang khas, gangguan kesadaran atau
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. dan syok anafilaksisAnafilaksisKejadian akut yang melibatkan
multisistem dalam tubuh manusia sebagai reaksi alergi (IgE imediated) terhadap substansi asing yang
masuk kedalam tubuh seseorang. Substansi asing ini dapat berupa obat, vaksin ataupun makanan.
Gejala anafilaksis termasuk sulit bernafas, penurunan kesadaran, dan penurunan tekanan darah.
Kondisi ini dapat bersifat fatal dan memerlukan tindakan medis dengan segera..
Secara umum masyarakat tidak bisa mentolerir KIPI walau sekecil apapun, karena vaksin
diberikan kepada orang yang sehat untuk mencegah penyakit. Oleh karena itu diperlukan standar
keamanan yang lebih tinggi untuk pemberian imunisasi dibandingkan dengan obat yang diberikan
kepada orang yang sedang sakit, misalnya pemberian antibiotika, insulin dan sebagainya. Toleransi
masyarakat yang rendah terhadap KIPI ini menyebabkan perlunya sistem yang lebih baik untuk dapat
mendeteksi dan melakukan investigasi KIPI.
National Regulatory Authority (NRA), di Indonesia BPOM (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan), adalah suatu Badan yang mengatur dan mengesahkan prosedur yang bisa menjamin bahwa
obat-obatan termasuk vaksin mempunyai keamanan dan potensi yang memadai. Produsen pabrik
vaksin bertanggung jawab secara resmi dalam lot release yang didasari pada data dan informasi yang
telah diberikan oleh pabrik atau dari hasil uji konfirmasi. NRA bertanggung jawab terhadap jaminan
kualitas (mutu) , keamanan dan efektifitas vaksin yang beredar, dan menjamin bahwa apabila diberikan
kepada masyarakat, vaksin dapat memberikan imunitas kepada penduduk yang diimunisasi dinyatakan
dalam persentase masyarakat yang melindungi sebelum digunakan dalam program imunisasi rutin,
vaksin telah melalui berbagai uji keamanan, efikasi dan berbagai uji klinis terhadap kemungkinan
munculnya efek simpang, cara pencegahannya dan cara penanganannya kalau efek simpang ini terjadi.
Yang dimaksud dengan uji klinis (clinical trial) adalah studi yang dilakukan secara sistematik terhadap
berbagai intervensi medis yang dilakukan kepada manusia (termasuk pasien dan pria sukarelawan yang
terlibat dalam uji klinis), Uji klinis ini bertujuan untuk dapat menemukan atau memastikan manfaat
dari efek dari intervensi medis ini termasuk efek simpangnya. Dalam uji klinis (clinical trials) ini
dipelajari juga absorpsi, distribusi, metabolisme,dan ekskresi dari bahan farmasi yang dimasukkan ke
dalam tubuh manusia agar didapat informasi tentang efikasi dan keamanan dari produk farmasi
tersebut.
Uji klinis biasanya dibagi menjadi fase I—IV, fase IV dimaksimalkan sebagai studi klinis yang
menentukan setelah produk farmasi mendapat izin beredar dan telah dipakai oleh masyarakat luas.
Tujuan uji klinis fase IV ini adalah untuk secara terus menerus mengamati karakteristik produk yang
diklaim dan dijamin oleh produsen dan otoritas yang memberikan izin beredar. Pengamatan yang
diperluas bilamana uji klinis fase IV ini menyangkut masyarakat luas yang menjadi konsumen produk
farmasi tersebut. Khusus untuk vaksin, pengamatannya lebih ketat, begitu vaksin beredar di
masyarakat vaksin ini terus menerus diamati terhadap potensi,keamanannya dan terhadap
kemungkinan terjadinya KIPI. Pengamatan lebih ketat diberikan terhadap vaksin dibandingkan dengan
obat biasa karena vaksin diberikan kepada orang sehat, sedangkan obat diberikan kepada orang sakit.
Uji klinis fase IV disebut juga Post Marketing Surveillance.
http://in.vaccine-safety-training.org/types-of-vaccine-overview.html

BAGAIMANA SISTEM IMUNITAS BEKERJA


Untuk bisa memahami reaksi vaksin yang terjadi di dalam tubuh manusia maka, pertama kali
kita harus mengerti tentang sistem imunitas. Sistem ImunSistem yang sangat komplek di dalam tubuh,
yang bertanggung jawab untuk melawan penyakit. Tugas utama adalah mengidentifikasi benda asing
dalam tubuh (termasuk bakteri, virus, jamur, parasit, organ atau jaringan transplantasi) dan
menghasilkan pertahanan tubuh untuk melawan benda asing tersebut. Pertahanan ini dikenal sebagai
respon imun.. Sistem imunitas didesain untuk mengenal dan menghancurkan benda asing yang masuk
kedalam tubuh manusia termasuk pathogen. PatogenSuatu penyakit yang disebabkan oleh substansi,
pada umumnya dipergunakan untuk organisme (bakteri, virus) dan produk biologisnya (misalnya
toksin)..

Bakteri (contoh).
Sumber: wikipedia.org
Patogen adalah benda atau bahan yang dapat menimbulkan penyakit. Penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksinPenyakit-penyakit yang ada vaksinnya untuk memberikan perlindungan
sebagian atau lengkap. pada manusia. Istilah patogen secara umum dipakai untuk organisme penyebab
penyakit seperti bakteri, virus dan produk biologisnya seperti toksin yang dihasilkan oleh organisme
tersebut.
Bakteri dalah mikroorganisme sel tunggal, punya inti sel, yang dapat membelah sendiri dengan
cepat.
Virus tidak dapat membelah sendiri, mereka membutuhkan sel dan jaringan hidup dari tubuh
inang/pejamu untuk membelah/memperbanyak diri.

Sel virus yang terinfeksi.


Sumber: wikipedia.org
Sistem imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon masuknya bakteri dan virus ke
dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat rumit dan komplek. Sistem imunitas ini
mengenal molekul (antigen. AntigenSubstansi asing didalam badan yang memicu untuk menghasilkan
antibodi.) yang unik dari bakteri atau virus yang merangsang timbulnya antibodi (sejenis protein) dan
sejenis sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan kemudian
menghancurkannya.
Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan
setiap benda asing masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang disebut dengan sel memory segera
berkembang menjadi limfosit yang mempunyai kemampuan membuat zat kekebalan yang bertahan
lama (long lasting immunity). Seperti telah disebutkan diatas, imunitas adalah mekanisme tubuh
manusia untuk melawan dan memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Benda
asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ transplantasi dll.
Apabila suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau organ tubuh ditransplantasikan ke dalam
tubuh seseorang maka tubuh orang tersebut akan menolaknya karena benda asing tersebut dianggap
bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh mereka. Benda asing tersebut dianggap sebagai pendatang
(invader) yang harus diusir. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan kembali bahwa sistem kekebalan
(immune system) ialah mekanisme tubuh manusia untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk
kedalam tubuh mereka. Pertama-tama “memory cells” berupaya mengenal benda asing yang masuk
dan disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini disebut dengan reaksi imunitas primer. Apabila
benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh orang tersebut untuk kedua kali dan seterusnya,
maka sel memori ini dengan lebih cepat dan sangat efektif akan merangsang sistem imunitas untuk
mengusir dan melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih cepat dan
lebih efektif dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan untuk pertama kalinya dengan benda asing
tersebut.
Respon imun
primer dan sekunder.
Sumber: wikipedia.org
Grafik dibawah ini membandingkan respon imun primer dengan sekunder terhadap patogen yang
sama. Respon sekunder akan dieliminasi oleh patogen sebelum terjadi kerusakan.59

Respon imun primer dan sekunder terhadap patogen yang sama


Pesan Utama
Imunisasi yang diberikan kepada seseorang akan merangsang sistem imunitas dalam tubuh
orang tersebut. Imunitas (kekebalan) yang timbul bertahan cukup lama untuk melindungi orang
tersebut terhadap infeksi patogen yang sama dengan antigen dalam vaksin yang diberikan kepada
mereka. Tingkat dan lama kekebalan yang diperoleh melalui imunisasi tidak berbeda jauh dengan
tingkat dan lama kekebalan yang diperoleh apabila orang tersebut baru sembuh dari sakit akibat
terinfeksi oleh patogen yang sama dengan antigen dalam vaksin yang diberikan.
BAGAIMANA VAKSIN BEKERJA
Pesan Utama
Vaksin merangsang sistem imunitas untuk membuat zat kekebalan tubuh (antibodi) yang
bertahan cukup lama untuk melawan antigen dari patogen spesifik yang masuk ke dalam tubuh orang
tersebut.
Tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang sistem kekebalan dalam tubuh orang
tersebut untuk melawan antigen, sehingga apabila antigen tesebut menginfeksi kembali, reaksi
imunitas. Respon imunPertahanan tubuh melawan setiap benda asing atau organisme, misalnya
bakteri, virus, organ atau jaringan transplantasi. yang lebih kuat akan timbul. Vaksin mengandung
bakteri, virus, atau komponennya yang dengan kemajuan teknologi sudah dikendalikan. Vaksin
mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan penyakit, namun antigen yang ada
didalam vaksin tersebut sudah dikendalikan (dilemahkan) maka pemberian vaksin tidak menyebabkan
orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut terpapar/terpajan dengan antigen yang sama
secara alamiah.
Priming. PrimingSuatu proses buatan untuk menginduksi imunitas dengan tujuan melindungi
penyakit infeksi. Priming pada sistem imun meliputi sensitisasi atau stimulasi respon imun dengan
antigen yang dapat menghasilkan imunitas terhadap penyakit yang disebabkan oleh organisme atau
toksin (racun). Pemberian vaksinasi yang mengandung satu atau lebih antigen dapat diberikan dalam
beberapa bentuk. adalah suatu proses sensitisasi atau stimulasi munculnya reaksi imunitas terhadap
organisme atau toksin penyebab penyakit. Vaksinasi adalah kegiatan pemberian vaksin kepada
seseorang dimana vaksin tersebut berisi satu atau lebih antigen yang tujuannya adalah apabila nanti
orang tersebut terpajan/terpapar dengan antigen yang sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan
menghancurkan antigen tersebut.
Dengan demikian ada dua cara untuk mendapat kekebalan tubuh terhadap suatu antigen yaitu
secara alamiah apabila orang tersebut terinfeksi oleh patogen tersebut atau secara buatan melalui
vaksinasi. Namun kekebalan yang didapat melalui vaksinasi, tidaklah bertahan seumur hidup terhadap
infeksi penyakit berbahaya. KIPI yang mungkin muncul sangatlah kecil risikonya jika dibandingkan
dengan risiko penyakit yang mungkin diderita akibat tidak di-imunisasi. Risiko adalah probabilitas
seseorang untuk mengalami suatu kejadian yang mungkin terjadi. Risiko terjadi KIPI dan risiko.
RisikoKemungkinan seseorang mengalami suatu kejadian tertentu dalam suatu periode waktu. sakit
karena tidak diimunisasi adalah satu contoh perbandingan probabilitas suatu kejadian.
Vaksin menyerupai infeksi alami dengan komplikasi yang kecil
Selanjutnya berbagai jenis vaksin baru direkomendasikan oleh WHO untuk dimasukan ke
dalam program imunisasi rutin tiap negara anggota WHO. Misalnya vaksin hepatitis B, vaksin
rotavirus untuk mencegah diare, vaksi pneumokok dan vaksin-vaksin yang digunakan untuk mencegah
ISPA yang disebabkan oleh Hib dan pneumokokus, bakteri Yellow fever (demam kuning) dianjurkan
bagi negara endemis yellow fever.
PD3I yang menjadi target program pengembangan imunisasi dan vaksinnya

Bacillus tuberculosis Vaksin BCG (Bacillus Calmete Guirine)

Vaksin polio oral (diteteskan)/OPV, Vaksin


Poliovirus
polio in aktif (disuntikkan)/IPV

Corynebacterium
Vaksin DT (difteri vaksin yang dikombinasi
diphtheriaeDifteri
dengan tetanus)**
(Diptheriae)*

Clostridium tetani Vaksin TT (Tetanus toksoid), DT (kombinasi


(Tetanus)* dg tetanus), DPT (difteri, pertusis dan tetanus)

Vaksin pertusis ada dua macam wP dan aP


Pertussis*
(bebas dari sel)

Campak (measles virus) Vaksin campak

Hepatitis B virus Vaksin hepatitis B


Rotavirus Vaksin rotavirus

Haemophilus influenzae type


Vaksin Hib conjugate
B (Hib)

Streptococcus Pneumoniae
Vaksin pneumokok
(infeksi oleh pneumococcus)

Yellow fever virus Vaksin Yellow Fever

* Vaksin difteriVaksin Toksoid DifteriVaksin yang mengandung toksoid difteri digunakan untuk
imunisasi difteri., tetanusVaksin toksoid tetanus (TT)Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus.
Apabila akan diberikan pada wanita usia subur, vaksin yang mengandung toksoid tetanus (TT atau Td)
tidak hanya melindungi wanita terhadap tetanus, tapi juga mencegah tetanus neonatorum pada bayi
baru lahir. dan pertusisVaksin pertusisSaat ini tersedia dua jenis vaksin pertusis; yaitu vaksin inaktivasi
sel utuh (inactivated whole-cell vaccine /wP) dan vaksin subunit protein (subunit protein-based
vaccine / aP) biasanya diberikan kepada bayi dalam bentuk kombinasi (DTwP atau DTaP). Ada juga
vaksin DTP dalam bentuk kombinasi dengan hepatitis B. Vaksin Hepatitis B (HepB)Vaksin
rekombinan berbasis subunit protein yang digunakan untuk imunisasi infeksi Hepatitis B. (DTwP-Hep
B, DTaP-Hep B), atau dikombinasikan lagi dengan Haemophilus influenzae type b (Hib).
Vaksin HibVaksin Haemophilus influenzae tipe b (Hib)Vaksin polisakarida konjugasi subunit
digunakan untuk imunsiasi penyakit invasif Hib. merupakan vaksin konjugat yang berisi sub unit
polisakarida yang dipakai untuk mencegah infeksi Hib. Dengan demikian ada vaksin kombinasi
(DTwP-Hep B+Hib, DTaP-HepB+Hib).
** Vaksin Toksoid DifteriVaksin yang mengandung toksoid difteri digunakan untuk imunisasi
difteri. hanya tersedia dalam bentuk kombinasi dengan toksoid tetanus Vaksin toksoid tetanus
(TT)Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus. Apabila akan diberikan pada wanita usia subur,
vaksin yang mengandung toksoid tetanus (TT atau Td) tidak hanya melindungi wanita terhadap
tetanus, tapi juga mencegah tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. dan vaksin anak-anak lain seperti
pertusi, hepatitis B, Hib dan IPV.

JENIS-JENIS VAKSIN
Ada berbagai jenis vaksin tersedia saat ini di pasaran. Vaksin ini diklasifikasikan menurut jenis antigen
yang terkandung didalamnya. Formulasi yang terkandung di dalam vaksin mempengaruhi cara
pemakaiannya, cara penyimpanan dan cara pemberian vaksin tersebut. Vaksin yang direkomendasikan
oleh WHO untuk dipakai didalam program imunisasi negara anggota akan dibahas secara tuntas
didalam modul ini, vaksin-vaksin ini masuk kedalam 4 kategori jenis antigen.

Jenis-jenis vaksin
Produsen vaksin selalu berupaya untuk memproduksi berbagai jenis vaksin yang :
 Efektif untuk mencegah dan melindungi masyarakat dari penyakit infeksi berbahaya.
 Tahan lama, tahan terhadap suhu dan memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit
infeksi berbahaya.
 Dapat menimbulkan kekebalan optimal dengan dosis minimal.
 Berisi kombinasi sejumlah antigen dalam sediaan yang dapat melindungi terhadap infeksi penyakit
penyakit berbahaya secara luas.
 Tanpa efek simpang atau dengan efek simpang minimal.
 Stabil dalam suhu penyimpanan yang ekstrim dalam waktu penyimpanan yang lama.
 Dapat diproduksi secara massal untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
 Murah dan terjangkau oleh dana yang tersedia.

KLASIFIKASI KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada seseorang yang terjadi setelah
pemberian imunisasi. Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang
bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi)
bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah salah satu dari
5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh tentang klasifikasi KIPI.
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang terkandung di dalam
vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan dalam produk vaksin, termasuk
penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu melakukan
inaktivasi virus polio saat proses pembuatan vaksin IPV. Vaksin polio inaktivasi (IPV)Vaksin polio
inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV) ,
vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon
imun. (inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat menyebabkan kelumpuhan
apabila IPV tersebut disuntikkan kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan cara pemberian vaksin yang salah.
Kesalahan ini sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang terkontaminasi oleh mikroba
(Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak
steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncope. Sinkope vasovagalReaksi
neurovaskuler yang menyebabkan pingsan. yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya
mata berkunang-kunang , badan terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda
pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Dalam hal ini
dikatakan sebagai asosiasi temporal.
Asosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama
dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya.. Sebagai contoh di daerah
endemis malaria. MalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan
dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika.seperti di daerah sub sahara, penderita
malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat
sering terjadi. Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi, maka dapat dijadikan sebagai
indikasi bahwa ada masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu dianalisis lebih jauh.

Anda mungkin juga menyukai