Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENGANTAR TEKNOLOGI BETON

1.1. BETON

Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen portland,
aggregate halus (pasir) dan aggregate kasar (krikil) atau agregat lainnya, dan air untuk
membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan
dimensi yang diinginkan. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat
partikel partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat. Beton dalam
berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari
perbandingan jumlah material pembentuknya.

1.2. Bahan-Bahan Pembuat Beton


Pembuatan beton secara umumnya terdiri dari:

1.2.1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis),
dengan batu gips sebagai bahan tambahan.

Bahan Baku Semen dan Senyawa-Senyawa Semen


• Batu kapur (CaO)
• Pasir silikat (SiO2)
• Tanah Liat (Al2O3)
• Bijih Besi (Fe2O3)
• Magnesia (MgO)
• Sulfur (SO3)
• Soda atau Potash (Na2O + K2O)

1
Kandungan Senyawa-Senyawa Semen dalam Semen
Trikalium silikat (3 CaO.SiO2)
Dikalium silikat (2CaO.SiO2)
Trikalium aluminat (3CaO.Al2O3)
Tetra kalsium (4CaO)
Alumina ferit (Al2O3.Fe2O3)
Kapur bebas (CaO)
Batu tahu (CaCO4 C3S)

Di samping senyawa-senyawa seperti tersebut di atas, di dalam semen portland juga


masih terdapat beberapa senyawa lain yang dapat mempengaruhi senyawa atau oksida
lainnya. Senyawa-senyawa ini berasal dari hasil bawaan bahan dasarnya atau bahan
tambahan dalam proses pembuatan semen. Senyawa atau oksida uang lain tersebut
antara lain:

a. MgO
Senyawa ini adalah hasil pembawaan dari bahan dasar kapur yang digunakan.
Jumlah MgO dalam semen portland, dibatasi maksimum 4%. Jika kadarnya
melebihi jumlah ini akan mengakibatkan semen menjadi tidak kekal ( berubah
bentuk) setelah pengerasan terjadi. Perubahan bentuk ini terjadi setelah pengerasan
terjadi beberapa lama (setelah sekian bulan atau bahka tahun). Perubahan bentuk
terjadi karena mengembangnya MgO, dari oksida membentuk hidrat MgO(OH)2.

b. Kapur Bebas (CaO)


Karena susunan kimia ini yang kurang tepat pada waktu pembuatan, dan atau
karena pembakaran yang kurang sempurna, dapat terjadi CaO (kapur kotor) yang
tidak terikat ke dalam empat senyawa semen.

c. Bagian tidak Larut


Zat ini merupaka bagian yang tidak larut dalam HCl. Umumnya zat tersebut adalah
senyawa tanah atau silikat yang tidak berubah menjadi empat senyawa semen.
Kadar bagian ini yang terlalu tinggi pada semen (maksimum 3%) menunjukkan
bahwa pembakaran atau penyusutan senyawa semen kurang baik, atau terdapat
kemungkinan bahwa semen tadi telah dengan sengaja dibubuhi benda lain setelah
penggilingan selesai. Meskipun akibat penambahan ini tidak membahayakan sifat
semennya, tetapi semen yang mengandung terlalu banyak bahan ii akan berkurang
daya ikatnya karena tercampur benda yang tidak berguna.

d. Kadar alkali
Di dalam semen portland, kadar alkali biasanya rendah (kurang dari 1%). Kadar
alkali dalam semen mempengaruhi waktu pengerasan. Pemakaian kadar alkali yang
lebih dari 0,6% dapat mengakibatkan terjadi reaksi pengembangan bila semen

2
dicampur agregat yang bersifat alkali reaktif yaitu agregat yang megandung silika
amorf (gas alam, batu api, opal, dan lain-lain).

e. Kadar Hilang pada Pemijaran


Zat ini adalah dari benda-benda yang terbang pada suhu 88ºC; biasanya air atau
CO2. Semen yang kadar hilang pijarnya tinggi, adalah semen yang telah
mengandung bagian-bagian yang mengeras.
Kadar bagian ini dibatasi maksimum 3-4.

f. Kadar Gips
Gips dalam semen ditambahkan untuk memperlambat pengerasan klinker semen.
Jika klinker semen digilinga tanpa penambag gips, bubuk halus klinker akan segara
bersenyawa dengan air dan adonan itu akan mengeras dalam waktu kurang lebih 10
menit. Hal ini akan menyulitkan dalam pemakaian semen. Dengan demikian untuk
memperlambat pengerasan bubuk klinker dicampur gips. Penambahan bahan ini
dalam semen adalah maksimum 4% dari berat klinker. Dalam analisis kimi, gips
akan terlihat sebagai senyawa SO3 dan dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih
2,5%-3%.

Sifat-Sifat Semen Portland


Semen portland memiliki beberapa sifat-sifat yang di antaranya sebagai berikut:
1. Kehalusan Butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang lebih
80% dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus butiran
semen, makin cepat pula persenyawaannya.
Makin halus butiran semen, maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat
semen akan menjadi lebih besar. Makin besar luas permukaan butir ini, makin
banyak pula air yang dibutuhkan bagi persenyawaannya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butir
semen. Cara yang paling sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan
mengayaknya.

2. Berat Jenis dan Berat Isi


Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3,10 sampai 3,30.
biasanya rata-rata berat jenis ditentukan 3,15. berat jenis semen penting untuk
diketahui, karena semen portland yang tidak sempurna pembakarannya dan atau
dicampur dengan bubuk batuan lainnya, berat jenisnya akan terlihat lebih rendah
daripada angka tersebut.
Untuk mengukur baik atau tidaknya atau tercampur atau tidaknya suatu bubuk
semen dengan bahan lain, dipakai angka berat jenis 3,00. dengan demikian jika kita
menguji semen dan hasilnya menunjukkan bahwa berat jenisnya kurang dari 3,00
kemungkinan semen itu tercampur dengan bahan lain (tidak murni) atau sebagian
semen itu telah mengeras.

3
Berat isi (berat satuan) semen sangat tergantung pada cara pengisian semen ke
dalam takaran. Jiak cara mengisinya sembur (los), berat isinya rendah yaitu antara ,1
ka/liter.jika pengisiannya dipadatkan, berat isinya dapat mencapai 1,5 ka/liter.
Dalam praktek biasanya dipakai berat isi rata-rata yaitu antara 1,25 ka/liter.

3. Waktu Pengerasan Semen


Waktu pengerasan semen dilakukan dengan menentukan waktu pengikatan awal
(initial setting) dan waktu pengikatan akhir (final setting). Sebenarnya yang lebih
penting adalah waktu pengikatan awal, yaitu saat semen mulai terkena ait hingga
mulai terjadi pengikatan (pengerasan). Untuk mengukur waktu pengikatan biasnya
digunakan alat vicat.bagi jenis-jenis semen portland waktu pengikatan awal tidak
boleh kurang dari 60 menit sejak semen terkena air.

4. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubuk semen yang telah
mengeras, di mana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk itu tidak
berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras. Apabila benda
menunjukkan danya cacat (retak, melengkung, membesar, dan menyusut), berarti
semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.

5. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang perlu di ketahui
di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaranmengenai daya
rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat). Pada umumnya, pengukuran kekuatan
daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat
tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.

6. Pengerasan Awal Palsu


Adakalanya semen portland menunjukkan waktu pengikatan awal kurang dari 60
menit, dimana setelah semen dicampur dengan air segera nampak mulai mengeras
(adonan menjadi kaku). Hal ini mungkin terjadi karena adanya pengikatan awal
palsu, yang disebabkan oleh pengaruh gips yang dicampurkan pada semen bekerja
tidak sesuai dengan fungsinya. Seharusbya fungsi gips dalam semen adalah untuk
menghambat pengerasan, tetapi dalam kasus diatas ternyata gips justru
mempercepat pengerasan. Hal ini dapat terjadi karena gips dalam semen telah
terurai. Biasanya pengerasan palsu ini hanya mengacau saja, sedangkan pengaruh
terhadap sifat semen yang lain tidak ada. Jika terjadi pengerasan palsu, adonan
dapat diaduk lagi. Setelah pengerasan palsu berakhir, jika adonan diaduk lagi
adonan semen akan mengeras seperti biasa.

7. Pengaruh Suhu

4
Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Pada
suhu kurang dari 15ºC, pengerasan semen akan berjalan sangat lambat. Semakin
tinggi suhu udara disekitarnya, maka semakin cepat semen mengeras.

Jenis-Jenis Semen Portland


Jenis-jenis semen portland dapat diperoleh dengan mengadakan variasi-variasi dalam
proporsi relatif dari komponen-komponen senyawa kimia serta derajat kehalusan
penggilingan bahan klinkernya. Sesuai dengan pemeakaiannya semen portland
dibedakan menjadi lima type (jenis), yakni;

Jenis I
Semen portland jenenis umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland
untuk penggunaan dalam kontruksi beton secara umum tidak memerlukan sifat-sifat
khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, urung-urung, pasangan bata, dan
sebagainya.

Jenis II
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified portland cement). Semen
ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada
semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal tebal seperti pilar dengan
ukuran besar, tumpuan dan dinding tanah tanah tebal, dan sebagainya retak-retak
pengerasan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di
tempat yang memiliki sulfat agak tinggi.

Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (hogh-early-strength-portland-cement).
Jenis ini memperoleh kekuatan besar delam waktu singkat, sehingga dapat digunakan
untuk perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segara digunakan atau yang
acuannya perlu segera dilepas.

Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low-heat portland- cement). Jenis
ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yag memerlukan panas hidrasi
serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk
bangunan beton massa seperti bendungan-bendungan garavitasi besar.

Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate-resisting portland cement). Jenis ini merupakan
jenis khusus yag maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang
kena sulfat, seperti di tanah atau air tang tinggi kadar alkalinya. Pengerasan berjalan
lebih lambat daripada semen portlan biasa.

5
1.2.2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton.
Agregat aduk da beton dapat juga didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai
pengisi atau pengkurus, dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu
massa yang keras, padat bersatu, yang disebut adukan beton.

Klasifikasi Agregat dari Besar Butirannya


Pengukuran besar butiran agregat didasarkan atas suatu pemeriksaan yang dilakukan
dengan menggunakan alat yang berupa ayakan dengan besar lubang yang telah
ditetapkan. Ukuran butir agregat, tanpa memperhatikan bentuknya, didefinisikan
sebagai butiran yang dapat lolos pada suatu ukuran ayakan tertentu. Dengan demikian
jika misalnya suatu butiran lolos pada ayakan dengan ukuran 3 mm, maka ukuran
butiran itu adalah 3 mm. Jika suatu agregat telah lolos pada ayakan 4 mm dan tertahan
(tertinggal) pada ayakan 3 mm, maka agregat tersebut memiliki butiran yang besarnya
antara 3 mm dan 4 mm. Dengan demikian agregat dapat dibedakan menjadi tiga, yakni;

1. Agregat Halus

Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya


menembus ayakan dengan lubang 4,8 mm. Agregat halus
dapat digolongkan menjadi tiga jenis:

Pasir Galian
Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan anah, atau dengan cara
menggali dari dalam tanah. Pasir ini pada umumnya tajam, bersudut, berpori, dan
bebas dari kandungan garam yang membahayakan. Namun karena pasir ini diperoleh
dengan cara menggali maka pasir ini sring bercampur dengan kotoran atau tanah,
sehingga sering harus dicuci terlebiha dulu sebelum digunakan.

Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsunga dari dasar sungai . pasir sungai pada umumnya
berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses gesekan yang terjadi. Karena
butirannya halus, maka baik untuk plesteran tembok. Namun karena bentuk yang bulat
itu, daya lekat antarbutir menjadi agak kurang baik.

Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Bentuk butirannya halus dan bulat,
karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak mengandung saram, oleh karena itu
kurang baik untuk bahan bangunan. Garam yang ada dalam pasir ini menyerap

6
kandungan air dari udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan juga
menyebabkan penembangan setelah bangunan selesai dibangun. Oleh karena itu,
sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan untuk bahan bangunan.

2. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat dengan butir-butir tertinggal di atas ayakan dengab
lubang 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 40 mm.

3. Batu

Batu adalah agregat yang besar butirannya lebih besar dari 40 mm. Cara yang paling
banyak dilakukan untuk membedakan jenis agregat, adalah dengan didasarkan atas
besar butiran-butirannya. Jadi yang umum digunakan adalah agregat kasar dan agregat
halus. Adapun istilah batu umumnya digunakan pada batuan yang bukan berbentuk
(berfungsi sebagai agregat).

Gradasi Agregat
Gradasi Agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut
pengkelompokkan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase dari total
agregat atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih besar dari masing-
masing seri bukaan saringan.

Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat halus terhadap total
agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi luas permukaan agregat yang sekaligus
akan mempengaruhi jumlah pasta/air yang lebih sedikit karena luas permukaan lebih
kecil.

Apabila ditinjau dari volume pori (ruang kosong) antara agregat maka butir yang
bervariasi akan mengakibatkan volume pori lebih kecil dengan kata lain kemampatan
menjadi tinggi. Hal ini berbeda dengan ukuran agregat yang seragam yang akan
mempunyai volume ruang kosong yang lebih besar.

Gradasi Agregat dapat digolongkan menjdai tiga macam;

7
Gradasi kontinu, dimana ukuran butirab pada agregat kasar dan agregat halus
bervariasi mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Seperti pada
gambar berikut

Gradasi seragam, diamana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat halus
maupun agregat kasar. Seperti pada gambar berikut

Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana satu atau lebih agregat dalam ukuran
tertentu tidak ada, sepeti pada gambar berikut

4. Air

Air merupakan bahan yang pentinga pada beton yang menyebabkan terjadinya reaksi
kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak diminum, dapat dipakai untuk
campuran beton. Akan tetapi dalam pelaksanaan banyak air tidak layak untuk
diminum memuaskan dipakai untuk campuran beton. Apabila terjadi keraguan akan
kualitas air untuk campuran beton sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air
diadakan trial mix untuk campuran dengan menggunakan air tersebut.

Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) Air harus bersih
b) Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda-benda merusak lainnya yang dapat
dilihat secatra visual.
c) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
d) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-
asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida
(Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m.
e) Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling, maka
penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak boleh
lebih dari 10%
f) Air yang mutunya diragukan harus dianalisia secara kimia dan dievaluasi mutunya.
g) Khusus untuk beton prategang, kecuali syart-syarat tersebut diatas, air tidak boleh
mengandunga Clorida lebih dari 50 p.p.m.

1.3. Sifat-Sifat Umum Beton

8
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton setelah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain;

1. Tahan Lama (Durability)


Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa
terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu
pembatasan nilai faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosisi semen
minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.sifat tahan lama pada
beton dapat dibedakan dalam beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

a) Tahan Terhadap Pengaruh Cuaca


Pengaruh cuaca yang dimaksud adalah pengaruh yang berupa hujan dan
pembekuan pada musim dingin, serta pengembangan dan penyusutan yang
diakibatkan oleh basah dan kering silih berganti.

b) Tahan Terhadap Pengaruh Zat Kimia


Daya perusak kimiawi oleh bahan-bahan seperti air laut, raw-rawa dan air
limbah, zat-zat kimia hasil industri dan air limbahnya, buangan air kotor kota
yang berisi kotoran manusia, gemuk, susu, gula, dan sebagainya perlu
diperhatikan terhadap keawetan beton.

c) Tahan Terhadap Erosi


Beton dapat mengalami kikisan yang diakibatkan oleh adanya orang yang
berjalan kaki dan lalu lintas diatasnya, gerakan ombak laut, atau oleh partikel-
partikel yang terbawa oleh angin dan atau air.

2. Kuat Tekan
Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial bend uni silinder
beton diameter 150 mm, tinggi 300mm dengan satuan Mpa (N/mm²) untuk SKSNI
2002.

3. Kuat Tarik
Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari pada kuat tekannya, yaitu sekitar 10%-15%
dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk
memprediksi retak dan defleksi balok.

4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25%-50% dari kuat tekan beton.

9
5. Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat dimana beton mengalami deformasi terus menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.

6. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.

7. Kemampuan Dikerjakan (Workability)


Workability adalah bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama,
menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah
diangkut, dituang atau dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa
terjadinya perubahan yang meninbulkan kesukaran atau penurunan mutu. Sifat
mampu dikerjakan (workability) dati beton sangat terganggu pada sifat bahan,
perbandinagn campuran, dan cara pengadukan serta jumlah seluruh air bebas.
Dengan kata lain, sifat dapat mudah dikerjakan suatu adukan beton dipengaruhi
oleh:
a) Konsistensi normal PC
b) Mobalitas, setelah aliran dimulai (sebaliknya adalah sifat kekasaran atau
perlawanan terhadap gerak)
c) Kohesi atau perlawanan terhadap pemisahan bahan-bahan
d) Sifat saling lekat (ada hubungannya dengan kohesi), berarti bahan
penyusunanya tidak akan terpisah-pisah sehingga memudahkan pengerjaan-
pengerjaan yang perlu dilakukan.

Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat pemudahan
adukan untuk diaduk, diangkut, dituang (dicetak), dan dipadatkan. Perbandingan
bahan-bahan ataupun sifat bahan-bahan itu secara bersama-sama mempengaruhi sifat
dapat dikerjakan beton segar.unsur-unsur yang mempengaruhi sifat mudah dikerjakan
antara lain sebagai berikut:
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton
Makin banyak air yang digunakan, makin mudah beton itu dikerjakan.
Penambahan semen ke dalam adukan beton
Hal ini juga menambah kemudahan dikerjakan pada beton, karena biasanya
penambahan semen diikuti dengan penambahan air untuk memperoleh harga
faktor air semen tetap.

Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus


Jika campuran pasir dan krikil mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan
yang dipakai, adukan beton akan mudah dikerjakan.

Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan beton
Pemakaian butir maksimum agregat kasar, akan berpengaruh terhadap kemudahan
dikerjakan pada aduk beton.

10
Cara pemadatan beton dan atau jenis alat yang digunakan
Jika pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan alat getar misalnya, diperlukan
tingkat kelecekan yang berbeda dibandingkan menggunakan alat yang lain.

1.4. Klasifikasi Beton


Menurut PBI tahun 1971, beton dapat diklasifikasi menjadi tiga, antara lain:
Beton Kelas I
Merupakan beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural. Untuk pelaksanaannya
tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan bahan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Mutu beton kelas I dinyatakan denga beton mutu B0.

Beton Kelas II
Merupakan beton untuk perkerjaan-perkerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125, K175, dan K225. pada mutu
B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang terhadap kuat desak
tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan K225 pengawasan mutu
terdiri dari pengawasan ketat terhadap mutu bahan, dengan keharusan untuk
memeriksa kekuatan beton secara kontinu menurut pasal 4.7 PBI 1971.

Beton Kelas III


Merupakan beton untuk pekerjaan struktural dimana dipakai mutu beton dengan kuat
desak karateristik yang lebih tinggi dari 225 ka/cm2. pada pelaksanaannya
memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga
ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap, dan
dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.

1.5. Keuntungan dan Kerugian Beton


Keuntungan dari beton antara lain:
a. Bahan-bahan mudah diperoleh.
b. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
c. Harga relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
d. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi
e. Adukan beton mudah diangkut dan mudah dicetak dalam bentuk yang diinginkan.
f. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu untuk memikul
beban yang berat.
g. Dalam pelaksanaannya adukan beton dapat disemprotkan dan dipompakan ke
tempat tertentu yang cukup sulit.
h. Biaya perawatan yang cukup rendah

11
Kerugian dari beton antara lain:
a. Kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, dengan demikian perlu diberi
baja tulangan.
b. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat expansion joint
untuk struktur yag panjang.
c. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail).
e. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah kembali.

1.6 Membuat Beton yang Baik


Di lapangan masih banyak dijumpai cara-cara membuat beton yang belum benar,
sehingga menghasilkan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.hal
tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab dari petugas-petugas yang ada di
lapangan pekerjaan, baik mereka berfungsi sebagai pengawas maupun pelaksana.

Untuk membuat beton yag baik sebenarnya menuntut banyak hal, jika mereka yang
bertugas itu betul-betul tahu apa beton itu. Jika para petugas di lapangan atau para
pelaksana mau mematuhi cara permainan dalam pembuatan beton, maka tentu akan
dihasilkan beton yang baik, dan sebaliknya. Kecuali itu, bahan-bahan dasar yang
digunakan untuk beton juga sangat menentukan dalam pembuatan beton yang baik.
Semua bahan dasar yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai bahan beton.

Untuk menjamin agar beton yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang di minta,
dianjurkan agar pertama-tama menguji terlebih dahulu agregat yang akan digunakan,
kemudian membuat uji coba beton atau campuran uji beton setelah rancangan
campuran (mix design) dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu beton adalah


a) Mutu bahan batuan.
b) Jenis atau mutu semen.
c) Faktor air semen.
d) Gradasi atau susunan butir bahan batuan.
e) Pelaksanaan pembuatan beton.
f) Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton untuk dapat mencapai kekuatan
yang diinginkan.

Pelaksanaan Pembuatan Beton dan Pengolahan Beton


Suatu hal yang sangat penting dalam beton, adalah pelaksanaan pembuatan beton atau
pengolahan beton. Pengolahan beton terdiri dari:

1. Penangkaran (Penimbangan) Bahan-Bahan

12
Penangkaran (penimbangan) bahan-bahan adalah pengambilan bahan-bahan untuk
beton menurut takaran yang ditentukan. Takaran bahan dapat ditentukan menurut
perbandingan berat atau perbandingan volume. Baik penangkaran dengan ukuran
berat maupun dengan volume, penangkaran harus dilakukan dengan cermat.
Takaran yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas beton yang dihasilkan
mungkin kurang memenuhi syarat mutu. Terutama takaran yang berkaitan dengan
banyaknya air pengadukan atau banyaknya semen, sebab jika faktor air semen tidak
tepat maka akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya. Makin besar harga faktor
air semen pada komposisi bahan yang sama, akan makin kecil kekuatan beton yang
dihasilkan.

2. Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton,
yaitu semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan.
Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar
homogen, warnanya tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak
terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang
kurang homogen akan dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan mesin (molen).

a. Pengadukan dengan Tangan


Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya dilakukan apabila jumlah
beton yang dibuat tidak banyak. Cara ini juga dilakukan jika di tempat pekerjaan
tidak ada mesin pengaduk atau tidak diinginkan adanya suara mesin yang
dirasa mengganggu.

b. Pengadukan dengan Mesin


Untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah
banyak, pengadukan dengan menggunakan tanmgan akan dapat menghasilkan
kualitas beton kurang baik, karena tangan manusia jika sudah capai akan dapat
menghasilkan aduk yang kurang homogen. Dalam hal ini pengadukan dengan
mesin akan lebih memuaskan, karena dapat menghasilkan aduk beton yang
lebih baik (homogen), dan dapat dilakukan dengan ukuran yang lebih tepat serta
dengan faktor air semen sedikit lebih kecil daripada diaduk dengan tangan.
Kecuali itu, pengadukan dengan mesin akan menghasilkan beton yang hampir
seragam.

Mesin pengaduk atau pencampur beton ada beberapa jenis. Secara umm dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran yang berputar, dan mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran tetap yang dilengkapi dengan pengaduk untuk mencampur bahan.
Mesin pengaduk ada yang memiliki sejenis silinder putar yang dapat dimiringkan
atau tidak dapat. Pencampur yang menerus ada dua jenis, yaitu pencampur yang

13
prosesnya dikerjakan oleh sejenis silinder putar, dan pencampur yang prosesnya
dilakukan oleh semacam garpu yang berputar pada suatu tempat yang tepat.

3. Pengangkutan Beton
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai
untuk pengangkutan beton antara lain:
a) Gerobak beroda satu.
b) Kereta dorong.
c) Truk ringan.
d) Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
e) Gerobak (lorries).
f) Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
g) Ban berjalan.
h) Pompa adukan beton, dan sebagainya.

Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun,
pengangkuatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Pengangkutan harus sedemikian cepat, sehingga sampai di tempat
pengecoran beton tidak kering atau kehilangan sifat workability dan
plastisitasnya.
b) Adanya segregasi harus dikurangi seminimal mungkin, agar terhindar dari
terjadinya beton tak seragam. Demikian juga kehilangan pasta semen akibat
adanya kebocoran (adukan tumpah) harus dihindarkan.
c) Pengangkuatan aduk harus diorganisir sedemikian, hingga selama
pencetakan pada bagian tertentu, tidak terjadi keterlambatan pada bidang
cor, sambungan dingin, atau sambungan konstruksi.

Pada PBI 1971 dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
pelaksanaan pengangkutan aduk beton.
a) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara sedemikian sehingga dapat dicegah
terjadinya pemisah butir dan kehilangan bahan-bahan.
b) Cara pengangkutan aduk beton harus lancar, sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor
dan beton yang akan dicor. Pemindahan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran dengan menggunakan talang-talang
miring, hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh pengawas ahli. Dalam
hal ini pengawas ahli mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi,
kemiringan, dan panjang talang itu.
c) Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat

14
diperpanjang sampai dua jam, tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu
secara mekanis. Jika diperlukan jangka waktu yang lebih lama lagi, harus
dipakai bhan-bahan penghambat pengikatan.

4. Pengecoran atau Penuangan Aduk Beton


Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan selama pengecoran tidak terjadi
segregasi pada betonnya, sebab pengecoran yang baik akan menghasilkan beton
yang berkualitas baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengecoran beton agar mendapatkan beton
yang berkualitas baik adalah sebagai berikut:
a) Adukan beton harus dituang secara terus-menerus (tidak terputus), supaya
diperoleh kualitas beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas.
b) Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus dioles
minyak atau oli agar beton setelah kering tidak melekat pada cetakannya.
c) Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan maupun
tulang tidak berubah.
d) Adukan beton jangan dijatuhkan dari ketinggian lebih dari satu meter, agar
tidak terjadi adanya pemisahan bahan-bahan atau butir.
e) Untuk dinding atau kolom-kolom yang tinggi, buatlah lubang-lubang
samping untuk pengisian beton tiap 11/2 m tingginya.
f) Kelecekan beton harus makin keatas makin kental. Misalnya pada 11/2 m
pertama (paling bawah), slump 120 mm, maka 11/1 m kedua kurangi tinggi
slum misalnya menjadi 100 mm, dan seterusnya setiap 11/2 m slump
dikurangi 20 atau 25 mm.
g) Pengecoran pada tempat yang miring, sebaiknya dilakukan dari bagian yang
rendah, sebab jika dilakukan dari tempat yang tinggi akan menyebabkan
terjadinya segregasi.
h) Pengecoran dengan menggunakan corong, dilakukan dengan mendekatkan
corong tersebut ke permukaan yang dicor sedekat mungkin.
i) Pada pengecoran dinding atau kolom, usahakan agar jatuhnya adukan beton
selalu di tengah, jangan sampai menyentuh cetakan atau terkena tulangan.
j) Pengecoran tidak boleh dilakuakn pada waktu turun hujan.
k) Pada beton massa, sebaikanya tebal lapisan beton untuk setiap kali
penuangan tidak lebih dari 45 cm, dan pad beton tertulang 30 cm.
l) Harus dijaga agar beton yag masih segar jangan diinjak.
m) Untuk menjegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang krikil,
adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran.

5. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-betul
padat, tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan kata
lain hubungan antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan

15
tangan atau dengan penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus
dibuat sedemikian beratnya sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik.

Pemadatan beton biasa dapat dilakukan dengan tangan asal dapat mencapai
kepadatan yang baik. Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat berupa
tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan beton yang baru saja dituang ke dalam
cetakan harus segera dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja
atau kayu.

Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan
tongkat itu dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan mortar diatas
permukaan beton yang dipadtkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan
kurang baiknya mutu beton karena berongga (keropos). Jangan menambahkan air
pada adukan beton untuk memudahkan pemadatan.

Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan menggunakan alat getar


(vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja
dituang, sehingga aduk beton mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang
terlalu lama harus dicegah untuk menghindari mengumpulnya krikil di bagian
bawah dan hanya mortar di bagian atas beton.
a) Alat getar yang biasa dipakai ada dua macam.
b) Alat getar intern (internal vibrator) ialah alat getar yang berupa "seperti
tongkat".

Alat ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar yang baru
saja dituang.

Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang
ditempelkan di bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat
beton segar ikut bergetar pula hingga menjadi padat.

6. Perawatan Beton (Curing)


Perawatan beton adalah suatu langkah atau tindakan untuk memberikan
kesempatan pada semen atau beton mengembangkan kekuatannya secara wajar dan
sempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu perkerjaan beton perlu
dijaga agar permukaan beton segar selalu lembap, sejak adukan beton dipadatkan
sampai beton dianggap cukup keras.

Kelembaban beton itu harus dijaga agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan
wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakuakan, akan terjadi
beton yang kurang kuat, danjuga timbul retak-retak. Selain itu, kelembapan
permukaan beton tadi juga dapat menambah beton menjadi lebih tahan terhadap
pengaruh cuaca dan lebih kedap air.

16
1.8 Perancangan Campuran Beton
Pada konstruksi beton mutu tinggi, dituntut untuk dapat merancangkan komposisi
campuran beton yang tepat. Pembuatan beton dengan menggunakan perbandingan
volume yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3 krikil untuk beton biasa, dan campuran
1 semen : 1½ pasir : 2½ krikil untuk beton kedap air rupanya sudah kurang memuaskan
lagi, karena dapat meghasilkan kuat desak beton yang sangat beragam (bervariasi).

Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti itu hanya
boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 MPa, dan dengan slump
yang tidak lebih dari 100 mm.

Perencanaan adukan beton (cincrete mix design) dimaksudkan untuk mendapatkan


beton yag sebaik-baiknya, yang tinggi sesuai perncanaan;
a) Kuat desak yang tinggi sesuai perencanaan;
b) Mudah dikerjakan;
c) Tahan lama (Durability);
d) Murah, dan
e) Tahan aus.

Ada beberapa cara dalam mengerjakan rancangan campuran beton, antara lain
rancangan menurut cara Inggris (British Standard) dan rancangan menurut cara
Amerika (American Concrete Institute/ACI).

Bahan Tambahan Untuk Beton


Bahan tambah untuk beton (Concrete Admixture) adalah bahan atau zat kimia yang
ditambahkan di dalam adukan beton pada tahap mula-mula sewaktu beton masih
segar.

Tujuan penggunaan bahan tambah untuk beton (admixture) secara umum adalah
untuk memperoleh sifat-sifat beton yang diinginkan, sesuai dengan tujuan atau
keperluannya. Sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki antara lain:
a) Memperbaiki klecekan beton segar.
b) Mengatur faktor air semen pada beton segar.
c) Mengurangi penggunaan semen.
d) Mencegah terjadinya segregasi dan bleending.
e) Mengatur waktu pengikatan aduk beton.
f) Meningkatkan kuat desak beton keras.
g) Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
h) Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras (lebih tahan lama); sifat tahan
lama ini dapat berhubungan dengan tahan terhadap pengaruh zat kimia, tahan
terhadap gesekan, dan sebagainya.

17
1.7 Penggolongan
Jika ditinjau dari fungsinya ASTM membagi bahan tambahan untuk beton menjadi 7
jenis.
1. Tipe A : Water Reducing Admixture
Bahan tambahan yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengadukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan pemakaian bahan
tambahan ini faktor air semen menjadi rendah pada tingkat kelecekan (Workability)
yang sama. Dengan demikian kekuatan beton dapat meningkat

2. Tipe B : Retarding Admixture


Bahan tambahan yang dapat memperlambat proses pengerasan aduk beton.

3. Tipe C : Accelerating Admixture


Jenis bahan tambah yang dapat mempercepat proses pengikatan dan pengerasan
adukan beton.

4. Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture


Jenis bahan tambahan yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi penggunaan
air tetapi tetap memperoleh adukan beton dengan konsistensi tertentu, dan
memperlambat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

5. Tipe E : Water Reducing an Accelerating Admixture


Jenis bahan tambahan yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi pengguaan
air dalam adukan dan mempercepat proses pengikatan dan pengerasaan adukan
beton.

6. Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture


Bahan tambah jenis ini yaitu bahan tambah yang dipergunakan untuk menghasilkan
adukan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih.

7. Tipe G : Water Reducing


Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pencampuran
adukan beton yag diperlukan, untuk menghasilkan adukan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih, dan juga untuk menghambat
pengikatan beton.

Jika ditinjau dari kondisi bahan tambah setelah dicampur dengan air, dapat dibedakan
menjadi dua.

1. Bahan Tambah yang Tidak Larut


Jenis admixture ini dapat berupa tepung atau suspensi dalam cairan. Umumnya ada
dua jenis.

18
Untuk memperbaiki kelecekan adukan beton
Beton yang kurang bagian butir halus dalam agregat, menjadi tidak kohesif, dan
sudah bleeding. Untuk memperbaiki keadaan ini dapat ditambahkan tepung
benda padat yang halus sekali, misalnya tepung tras, kapur atau gilingan batu
kapur. Penambahan ini sering kali dibutuhkan air lebih banyak dari yang
seharusnya dan dilakukan pada:
a) Beton kurus dimana semennya kasar
b) Beton dengan kadar semen yang biasa, tetapi perlu dipompa dengan jarak
yang cukup jauh.

Pigmen (bahan pewarna semen)


Yang penting diperhatikan pada pemakaian pigmen, adalah harus dipilih zat
yang tidak akan memperngaruhi pengerasan semen. Zat pigmen harus lebih
halus dari semennya, dan penambahannya hanya dalam persentase yang kecil
sekali.

Pigmen untuk semen, yang baik adalah senyawa anorganik. Senyawa anorganik
tidak tahan terhadap kapur dan sinar ultra violet, dan akanmerubah warnanya.
Beberapa contoh pigmen, antara lain:
a) Oksida besi (kuning, merah, cokelat, hitam)
b) Oksida mangan (cokelat, violet, hitam)
c) Oksida chrom (hijau)
d) Oksida cobalt (biru)
e) Oksida titan (putih)

2. Bahan Tambah yang Larut


Bahan ini memiliki fungsi yang beragam

Pembentukan gelembung udara (Air Entraining Agent/AEA)


Terdapat jenis detergen dan bukan detergen seperti yang dijelaskan berikut.

Jenis detergen
Pembentukan gelembung udara sering disebut AEA, umumnya adalah jenis
detergen, yaitu zat aktif terhadap permukaan. Zat itu umumnya adalah zak
organik yang dibuat sabun, sehingga jika diaduk dengan air akan menjadi
busa, dan busa ini akan tersebar didalam aduk dan aduk beton. Besarnya
butir gelembung dari diameter beberapa mikron hingga 1 mm - 2 mm.

Adanya gelembung-gelembung ini, yang berada di antara butir semen dan


atau agregat, akan berfungsi sebagai bola pelincir, sehingga adukan mudah
sekali diaduk. Setelah beton mengeras, gelembung-gelembung yang tersebar
itu akan membuat beton menjadi lebih kecil sifat susutnya, serta dapat

19
memperbaiki kerapatan air, sebab gelembung-gelembung atu dengan yang
lainnya saling tersekat dan memutuskan kapiler pada betonnya.

Bahan untuk membuat AEA jenis ini pada umumnya dari senyawa organik.
AEA yang terbuat dari damar vinsol (yang berasal dari kayu pinus), juga
sangat efektif. Dia adalah senyawa aromatis asam abiet (abietic acid), yang
biasanya juga disebut soda api.

Jenis bukan detergen


Jenis ini misalnya bubuk almunium yang halus (100 mikron) dengan air, di
dalam beton akan bereaksi membuat gelembung udara gas hidrogen. Untuk
mendapatkan gelembung yang terbagi rata, bubuk almunium harus
terdispersi rata, dan gelembungnya stabil, perlu dicampur dengan
stabilisator, misalnya natrium stearat atau Na-bensoat.

Pempercepat Pengerasan
Bahan jenis ini yang banyak dipakai adalah garam CCl2; bahan yang tidak
mengandung Clorida misalnya kalsium format, natrium nitrit, dan aluminat,
juga triethnol amine. Zat tanpa klorida lebih sedikit dipakai daripada CaCl 2.
a) Jenis akselerator biasanya ada dua kelompok.
b) Yang dihasilkan "pengikatan cepat"
c) Kelompok ini biasanya berupa benda-benda yang mempengaruhi reaksi
antara C3A dan gips.

Bahan Untuk Pengurangan Air dan Membuat aduk lebih cair (Water Reducing
and Fludifying agent):

WRA
Bahan ini adalah jenis plastimen (pembuat kelecekan) yang juga mampu
mengurangi penggunaan air. Dalam beberapa hal, bahan ini memiliki kesamaan
dengan AEA, yang aktif terhadap permukaan (surface active).

Zat WRA ini mengakibatkan butir-butir semen (yang sementara belum


mengeras) dan butir-butir agregat terdispersi merata sehingga zat ini juga
berfungsi sebagai pelumas atau pelicin antara butir-butir sehingga aduk beton
mudah diaduk.

Zat-Zat Penghambat Pengerasan


Zat jenis ini pada umumnya terbuat dari campuran-campuran zat admixture
padat dan admixture cair, atau admixture padat saja.

Penambahan zat tepung mineral halus kadang-kadang membuat beton lenih


rapat air, asal zat tadi tidak mengganggunya. Misalnya penambahan pusolan

20
halus pada aduk beton akan membuat beton rapat air, karena pusolan mengikat
kapur dan dapat menutup pori-poriyang ada.

Pengaruh Admixture Padat pada Kejuatan Semen


Butiran admixture yang halus akan lebih dapat menambah air, sehingga beton
tidak bleeding, dan kelecekannya lebih baik. Tetapi karena butiran halus tadi
memiliki permukaan yang luas, maka akan membutuhkan air lebih banyak
untuk melumaskannya, sehingga keperluan air dalam beton lebih banyak,
sehingga kekuatan beton turun.

Butiran ini juga dapat mengganggu pengerasan semen, karena mereka menyekat
butiran-butiran semen yang akn mengeras bersatu, akibatnya ikatannya
berkurang kuat, rapuh, banyak pori, tidak rapat air, serta mudah susut. Oleh
karena itu, sebelum menggunakan admixture jenis tersebut, perlu pembuktian
terlebih dahulu, bahwa zat itu tidak merugikan beton.

Pedoman Memilih Admixture


Admixture untuk beton adalah sekedar zat penolong untuk menambah supaya sifat
beton itu lebih baik. Tetapi admixture sendiri bukan zat yang membuat beton buruk
menjadi baik.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka jika kita akan memakai admixture, bahan
tersebut harus betul-betul memberikan keuntungan pada kita atau adukan betonnya,
bukan sebaliknya. Pertimbangan-pertimbangan dalam pemakaian admixture adalah
sebagai berikut:
a) Jangan memakai admixture jika tidak tahu tujuannya yang pasti.
b) Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik.
c) Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton.
d) Pengawasan terhadap bahan ini amat penting, juga pengawasan atas
pengaruhnya pada adukan beton.

sumber : http://yoppyinfo.blogspot.com/2009/10/teknologi-beton-semen.html
sumber gambar : http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg

21

Anda mungkin juga menyukai