1.1. BETON
Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen portland,
aggregate halus (pasir) dan aggregate kasar (krikil) atau agregat lainnya, dan air untuk
membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan
dimensi yang diinginkan. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat
partikel partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat. Beton dalam
berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari
perbandingan jumlah material pembentuknya.
1.2.1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis),
dengan batu gips sebagai bahan tambahan.
1
Kandungan Senyawa-Senyawa Semen dalam Semen
Trikalium silikat (3 CaO.SiO2)
Dikalium silikat (2CaO.SiO2)
Trikalium aluminat (3CaO.Al2O3)
Tetra kalsium (4CaO)
Alumina ferit (Al2O3.Fe2O3)
Kapur bebas (CaO)
Batu tahu (CaCO4 C3S)
a. MgO
Senyawa ini adalah hasil pembawaan dari bahan dasar kapur yang digunakan.
Jumlah MgO dalam semen portland, dibatasi maksimum 4%. Jika kadarnya
melebihi jumlah ini akan mengakibatkan semen menjadi tidak kekal ( berubah
bentuk) setelah pengerasan terjadi. Perubahan bentuk ini terjadi setelah pengerasan
terjadi beberapa lama (setelah sekian bulan atau bahka tahun). Perubahan bentuk
terjadi karena mengembangnya MgO, dari oksida membentuk hidrat MgO(OH)2.
d. Kadar alkali
Di dalam semen portland, kadar alkali biasanya rendah (kurang dari 1%). Kadar
alkali dalam semen mempengaruhi waktu pengerasan. Pemakaian kadar alkali yang
lebih dari 0,6% dapat mengakibatkan terjadi reaksi pengembangan bila semen
2
dicampur agregat yang bersifat alkali reaktif yaitu agregat yang megandung silika
amorf (gas alam, batu api, opal, dan lain-lain).
f. Kadar Gips
Gips dalam semen ditambahkan untuk memperlambat pengerasan klinker semen.
Jika klinker semen digilinga tanpa penambag gips, bubuk halus klinker akan segara
bersenyawa dengan air dan adonan itu akan mengeras dalam waktu kurang lebih 10
menit. Hal ini akan menyulitkan dalam pemakaian semen. Dengan demikian untuk
memperlambat pengerasan bubuk klinker dicampur gips. Penambahan bahan ini
dalam semen adalah maksimum 4% dari berat klinker. Dalam analisis kimi, gips
akan terlihat sebagai senyawa SO3 dan dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih
2,5%-3%.
3
Berat isi (berat satuan) semen sangat tergantung pada cara pengisian semen ke
dalam takaran. Jiak cara mengisinya sembur (los), berat isinya rendah yaitu antara ,1
ka/liter.jika pengisiannya dipadatkan, berat isinya dapat mencapai 1,5 ka/liter.
Dalam praktek biasanya dipakai berat isi rata-rata yaitu antara 1,25 ka/liter.
4. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubuk semen yang telah
mengeras, di mana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk itu tidak
berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras. Apabila benda
menunjukkan danya cacat (retak, melengkung, membesar, dan menyusut), berarti
semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.
5. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang perlu di ketahui
di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaranmengenai daya
rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat). Pada umumnya, pengukuran kekuatan
daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat
tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.
7. Pengaruh Suhu
4
Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Pada
suhu kurang dari 15ºC, pengerasan semen akan berjalan sangat lambat. Semakin
tinggi suhu udara disekitarnya, maka semakin cepat semen mengeras.
Jenis I
Semen portland jenenis umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland
untuk penggunaan dalam kontruksi beton secara umum tidak memerlukan sifat-sifat
khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, urung-urung, pasangan bata, dan
sebagainya.
Jenis II
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified portland cement). Semen
ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada
semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal tebal seperti pilar dengan
ukuran besar, tumpuan dan dinding tanah tanah tebal, dan sebagainya retak-retak
pengerasan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di
tempat yang memiliki sulfat agak tinggi.
Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (hogh-early-strength-portland-cement).
Jenis ini memperoleh kekuatan besar delam waktu singkat, sehingga dapat digunakan
untuk perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segara digunakan atau yang
acuannya perlu segera dilepas.
Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low-heat portland- cement). Jenis
ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yag memerlukan panas hidrasi
serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk
bangunan beton massa seperti bendungan-bendungan garavitasi besar.
Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate-resisting portland cement). Jenis ini merupakan
jenis khusus yag maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang
kena sulfat, seperti di tanah atau air tang tinggi kadar alkalinya. Pengerasan berjalan
lebih lambat daripada semen portlan biasa.
5
1.2.2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton.
Agregat aduk da beton dapat juga didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai
pengisi atau pengkurus, dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu
massa yang keras, padat bersatu, yang disebut adukan beton.
1. Agregat Halus
Pasir Galian
Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan anah, atau dengan cara
menggali dari dalam tanah. Pasir ini pada umumnya tajam, bersudut, berpori, dan
bebas dari kandungan garam yang membahayakan. Namun karena pasir ini diperoleh
dengan cara menggali maka pasir ini sring bercampur dengan kotoran atau tanah,
sehingga sering harus dicuci terlebiha dulu sebelum digunakan.
Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsunga dari dasar sungai . pasir sungai pada umumnya
berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses gesekan yang terjadi. Karena
butirannya halus, maka baik untuk plesteran tembok. Namun karena bentuk yang bulat
itu, daya lekat antarbutir menjadi agak kurang baik.
Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Bentuk butirannya halus dan bulat,
karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak mengandung saram, oleh karena itu
kurang baik untuk bahan bangunan. Garam yang ada dalam pasir ini menyerap
6
kandungan air dari udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan juga
menyebabkan penembangan setelah bangunan selesai dibangun. Oleh karena itu,
sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan untuk bahan bangunan.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan butir-butir tertinggal di atas ayakan dengab
lubang 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 40 mm.
3. Batu
Batu adalah agregat yang besar butirannya lebih besar dari 40 mm. Cara yang paling
banyak dilakukan untuk membedakan jenis agregat, adalah dengan didasarkan atas
besar butiran-butirannya. Jadi yang umum digunakan adalah agregat kasar dan agregat
halus. Adapun istilah batu umumnya digunakan pada batuan yang bukan berbentuk
(berfungsi sebagai agregat).
Gradasi Agregat
Gradasi Agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut
pengkelompokkan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase dari total
agregat atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih besar dari masing-
masing seri bukaan saringan.
Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat halus terhadap total
agregat. Gradasi agregat akan mempengaruhi luas permukaan agregat yang sekaligus
akan mempengaruhi jumlah pasta/air yang lebih sedikit karena luas permukaan lebih
kecil.
Apabila ditinjau dari volume pori (ruang kosong) antara agregat maka butir yang
bervariasi akan mengakibatkan volume pori lebih kecil dengan kata lain kemampatan
menjadi tinggi. Hal ini berbeda dengan ukuran agregat yang seragam yang akan
mempunyai volume ruang kosong yang lebih besar.
7
Gradasi kontinu, dimana ukuran butirab pada agregat kasar dan agregat halus
bervariasi mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Seperti pada
gambar berikut
Gradasi seragam, diamana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat halus
maupun agregat kasar. Seperti pada gambar berikut
Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana satu atau lebih agregat dalam ukuran
tertentu tidak ada, sepeti pada gambar berikut
4. Air
Air merupakan bahan yang pentinga pada beton yang menyebabkan terjadinya reaksi
kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak diminum, dapat dipakai untuk
campuran beton. Akan tetapi dalam pelaksanaan banyak air tidak layak untuk
diminum memuaskan dipakai untuk campuran beton. Apabila terjadi keraguan akan
kualitas air untuk campuran beton sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air
diadakan trial mix untuk campuran dengan menggunakan air tersebut.
Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) Air harus bersih
b) Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda-benda merusak lainnya yang dapat
dilihat secatra visual.
c) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
d) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-
asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida
(Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m.
e) Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling, maka
penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak boleh
lebih dari 10%
f) Air yang mutunya diragukan harus dianalisia secara kimia dan dievaluasi mutunya.
g) Khusus untuk beton prategang, kecuali syart-syarat tersebut diatas, air tidak boleh
mengandunga Clorida lebih dari 50 p.p.m.
8
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton setelah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain;
2. Kuat Tekan
Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial bend uni silinder
beton diameter 150 mm, tinggi 300mm dengan satuan Mpa (N/mm²) untuk SKSNI
2002.
3. Kuat Tarik
Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari pada kuat tekannya, yaitu sekitar 10%-15%
dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk
memprediksi retak dan defleksi balok.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25%-50% dari kuat tekan beton.
9
5. Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat dimana beton mengalami deformasi terus menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
6. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat pemudahan
adukan untuk diaduk, diangkut, dituang (dicetak), dan dipadatkan. Perbandingan
bahan-bahan ataupun sifat bahan-bahan itu secara bersama-sama mempengaruhi sifat
dapat dikerjakan beton segar.unsur-unsur yang mempengaruhi sifat mudah dikerjakan
antara lain sebagai berikut:
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton
Makin banyak air yang digunakan, makin mudah beton itu dikerjakan.
Penambahan semen ke dalam adukan beton
Hal ini juga menambah kemudahan dikerjakan pada beton, karena biasanya
penambahan semen diikuti dengan penambahan air untuk memperoleh harga
faktor air semen tetap.
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan beton
Pemakaian butir maksimum agregat kasar, akan berpengaruh terhadap kemudahan
dikerjakan pada aduk beton.
10
Cara pemadatan beton dan atau jenis alat yang digunakan
Jika pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan alat getar misalnya, diperlukan
tingkat kelecekan yang berbeda dibandingkan menggunakan alat yang lain.
Beton Kelas II
Merupakan beton untuk perkerjaan-perkerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125, K175, dan K225. pada mutu
B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang terhadap kuat desak
tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan K225 pengawasan mutu
terdiri dari pengawasan ketat terhadap mutu bahan, dengan keharusan untuk
memeriksa kekuatan beton secara kontinu menurut pasal 4.7 PBI 1971.
11
Kerugian dari beton antara lain:
a. Kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, dengan demikian perlu diberi
baja tulangan.
b. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat expansion joint
untuk struktur yag panjang.
c. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail).
e. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah kembali.
Untuk membuat beton yag baik sebenarnya menuntut banyak hal, jika mereka yang
bertugas itu betul-betul tahu apa beton itu. Jika para petugas di lapangan atau para
pelaksana mau mematuhi cara permainan dalam pembuatan beton, maka tentu akan
dihasilkan beton yang baik, dan sebaliknya. Kecuali itu, bahan-bahan dasar yang
digunakan untuk beton juga sangat menentukan dalam pembuatan beton yang baik.
Semua bahan dasar yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai bahan beton.
Untuk menjamin agar beton yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang di minta,
dianjurkan agar pertama-tama menguji terlebih dahulu agregat yang akan digunakan,
kemudian membuat uji coba beton atau campuran uji beton setelah rancangan
campuran (mix design) dilakukan.
12
Penangkaran (penimbangan) bahan-bahan adalah pengambilan bahan-bahan untuk
beton menurut takaran yang ditentukan. Takaran bahan dapat ditentukan menurut
perbandingan berat atau perbandingan volume. Baik penangkaran dengan ukuran
berat maupun dengan volume, penangkaran harus dilakukan dengan cermat.
Takaran yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas beton yang dihasilkan
mungkin kurang memenuhi syarat mutu. Terutama takaran yang berkaitan dengan
banyaknya air pengadukan atau banyaknya semen, sebab jika faktor air semen tidak
tepat maka akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya. Makin besar harga faktor
air semen pada komposisi bahan yang sama, akan makin kecil kekuatan beton yang
dihasilkan.
2. Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton,
yaitu semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan.
Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar
homogen, warnanya tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak
terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang
kurang homogen akan dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan mesin (molen).
Mesin pengaduk atau pencampur beton ada beberapa jenis. Secara umm dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran yang berputar, dan mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran tetap yang dilengkapi dengan pengaduk untuk mencampur bahan.
Mesin pengaduk ada yang memiliki sejenis silinder putar yang dapat dimiringkan
atau tidak dapat. Pencampur yang menerus ada dua jenis, yaitu pencampur yang
13
prosesnya dikerjakan oleh sejenis silinder putar, dan pencampur yang prosesnya
dilakukan oleh semacam garpu yang berputar pada suatu tempat yang tepat.
3. Pengangkutan Beton
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai
untuk pengangkutan beton antara lain:
a) Gerobak beroda satu.
b) Kereta dorong.
c) Truk ringan.
d) Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
e) Gerobak (lorries).
f) Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
g) Ban berjalan.
h) Pompa adukan beton, dan sebagainya.
Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun,
pengangkuatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Pengangkutan harus sedemikian cepat, sehingga sampai di tempat
pengecoran beton tidak kering atau kehilangan sifat workability dan
plastisitasnya.
b) Adanya segregasi harus dikurangi seminimal mungkin, agar terhindar dari
terjadinya beton tak seragam. Demikian juga kehilangan pasta semen akibat
adanya kebocoran (adukan tumpah) harus dihindarkan.
c) Pengangkuatan aduk harus diorganisir sedemikian, hingga selama
pencetakan pada bagian tertentu, tidak terjadi keterlambatan pada bidang
cor, sambungan dingin, atau sambungan konstruksi.
Pada PBI 1971 dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
pelaksanaan pengangkutan aduk beton.
a) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara sedemikian sehingga dapat dicegah
terjadinya pemisah butir dan kehilangan bahan-bahan.
b) Cara pengangkutan aduk beton harus lancar, sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor
dan beton yang akan dicor. Pemindahan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran dengan menggunakan talang-talang
miring, hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh pengawas ahli. Dalam
hal ini pengawas ahli mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi,
kemiringan, dan panjang talang itu.
c) Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
14
diperpanjang sampai dua jam, tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu
secara mekanis. Jika diperlukan jangka waktu yang lebih lama lagi, harus
dipakai bhan-bahan penghambat pengikatan.
5. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-betul
padat, tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan kata
lain hubungan antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan
15
tangan atau dengan penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus
dibuat sedemikian beratnya sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik.
Pemadatan beton biasa dapat dilakukan dengan tangan asal dapat mencapai
kepadatan yang baik. Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat berupa
tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan beton yang baru saja dituang ke dalam
cetakan harus segera dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja
atau kayu.
Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan
tongkat itu dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan mortar diatas
permukaan beton yang dipadtkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan
kurang baiknya mutu beton karena berongga (keropos). Jangan menambahkan air
pada adukan beton untuk memudahkan pemadatan.
Alat ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar yang baru
saja dituang.
Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang
ditempelkan di bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat
beton segar ikut bergetar pula hingga menjadi padat.
Kelembaban beton itu harus dijaga agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan
wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakuakan, akan terjadi
beton yang kurang kuat, danjuga timbul retak-retak. Selain itu, kelembapan
permukaan beton tadi juga dapat menambah beton menjadi lebih tahan terhadap
pengaruh cuaca dan lebih kedap air.
16
1.8 Perancangan Campuran Beton
Pada konstruksi beton mutu tinggi, dituntut untuk dapat merancangkan komposisi
campuran beton yang tepat. Pembuatan beton dengan menggunakan perbandingan
volume yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3 krikil untuk beton biasa, dan campuran
1 semen : 1½ pasir : 2½ krikil untuk beton kedap air rupanya sudah kurang memuaskan
lagi, karena dapat meghasilkan kuat desak beton yang sangat beragam (bervariasi).
Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti itu hanya
boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 MPa, dan dengan slump
yang tidak lebih dari 100 mm.
Ada beberapa cara dalam mengerjakan rancangan campuran beton, antara lain
rancangan menurut cara Inggris (British Standard) dan rancangan menurut cara
Amerika (American Concrete Institute/ACI).
Tujuan penggunaan bahan tambah untuk beton (admixture) secara umum adalah
untuk memperoleh sifat-sifat beton yang diinginkan, sesuai dengan tujuan atau
keperluannya. Sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki antara lain:
a) Memperbaiki klecekan beton segar.
b) Mengatur faktor air semen pada beton segar.
c) Mengurangi penggunaan semen.
d) Mencegah terjadinya segregasi dan bleending.
e) Mengatur waktu pengikatan aduk beton.
f) Meningkatkan kuat desak beton keras.
g) Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
h) Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras (lebih tahan lama); sifat tahan
lama ini dapat berhubungan dengan tahan terhadap pengaruh zat kimia, tahan
terhadap gesekan, dan sebagainya.
17
1.7 Penggolongan
Jika ditinjau dari fungsinya ASTM membagi bahan tambahan untuk beton menjadi 7
jenis.
1. Tipe A : Water Reducing Admixture
Bahan tambahan yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengadukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan pemakaian bahan
tambahan ini faktor air semen menjadi rendah pada tingkat kelecekan (Workability)
yang sama. Dengan demikian kekuatan beton dapat meningkat
Jika ditinjau dari kondisi bahan tambah setelah dicampur dengan air, dapat dibedakan
menjadi dua.
18
Untuk memperbaiki kelecekan adukan beton
Beton yang kurang bagian butir halus dalam agregat, menjadi tidak kohesif, dan
sudah bleeding. Untuk memperbaiki keadaan ini dapat ditambahkan tepung
benda padat yang halus sekali, misalnya tepung tras, kapur atau gilingan batu
kapur. Penambahan ini sering kali dibutuhkan air lebih banyak dari yang
seharusnya dan dilakukan pada:
a) Beton kurus dimana semennya kasar
b) Beton dengan kadar semen yang biasa, tetapi perlu dipompa dengan jarak
yang cukup jauh.
Pigmen untuk semen, yang baik adalah senyawa anorganik. Senyawa anorganik
tidak tahan terhadap kapur dan sinar ultra violet, dan akanmerubah warnanya.
Beberapa contoh pigmen, antara lain:
a) Oksida besi (kuning, merah, cokelat, hitam)
b) Oksida mangan (cokelat, violet, hitam)
c) Oksida chrom (hijau)
d) Oksida cobalt (biru)
e) Oksida titan (putih)
Jenis detergen
Pembentukan gelembung udara sering disebut AEA, umumnya adalah jenis
detergen, yaitu zat aktif terhadap permukaan. Zat itu umumnya adalah zak
organik yang dibuat sabun, sehingga jika diaduk dengan air akan menjadi
busa, dan busa ini akan tersebar didalam aduk dan aduk beton. Besarnya
butir gelembung dari diameter beberapa mikron hingga 1 mm - 2 mm.
19
memperbaiki kerapatan air, sebab gelembung-gelembung atu dengan yang
lainnya saling tersekat dan memutuskan kapiler pada betonnya.
Bahan untuk membuat AEA jenis ini pada umumnya dari senyawa organik.
AEA yang terbuat dari damar vinsol (yang berasal dari kayu pinus), juga
sangat efektif. Dia adalah senyawa aromatis asam abiet (abietic acid), yang
biasanya juga disebut soda api.
Pempercepat Pengerasan
Bahan jenis ini yang banyak dipakai adalah garam CCl2; bahan yang tidak
mengandung Clorida misalnya kalsium format, natrium nitrit, dan aluminat,
juga triethnol amine. Zat tanpa klorida lebih sedikit dipakai daripada CaCl 2.
a) Jenis akselerator biasanya ada dua kelompok.
b) Yang dihasilkan "pengikatan cepat"
c) Kelompok ini biasanya berupa benda-benda yang mempengaruhi reaksi
antara C3A dan gips.
Bahan Untuk Pengurangan Air dan Membuat aduk lebih cair (Water Reducing
and Fludifying agent):
WRA
Bahan ini adalah jenis plastimen (pembuat kelecekan) yang juga mampu
mengurangi penggunaan air. Dalam beberapa hal, bahan ini memiliki kesamaan
dengan AEA, yang aktif terhadap permukaan (surface active).
20
halus pada aduk beton akan membuat beton rapat air, karena pusolan mengikat
kapur dan dapat menutup pori-poriyang ada.
Butiran ini juga dapat mengganggu pengerasan semen, karena mereka menyekat
butiran-butiran semen yang akn mengeras bersatu, akibatnya ikatannya
berkurang kuat, rapuh, banyak pori, tidak rapat air, serta mudah susut. Oleh
karena itu, sebelum menggunakan admixture jenis tersebut, perlu pembuktian
terlebih dahulu, bahwa zat itu tidak merugikan beton.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka jika kita akan memakai admixture, bahan
tersebut harus betul-betul memberikan keuntungan pada kita atau adukan betonnya,
bukan sebaliknya. Pertimbangan-pertimbangan dalam pemakaian admixture adalah
sebagai berikut:
a) Jangan memakai admixture jika tidak tahu tujuannya yang pasti.
b) Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik.
c) Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton.
d) Pengawasan terhadap bahan ini amat penting, juga pengawasan atas
pengaruhnya pada adukan beton.
sumber : http://yoppyinfo.blogspot.com/2009/10/teknologi-beton-semen.html
sumber gambar : http://arifahdhaufani.files.wordpress.com/2012/12/k.jpg
21