PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara pembuatan salep yang baik dan benar
b. Untuk mengetahui komposisi dan fungsi bahan dalam suatu formula
salep
c. Untuk mengetahui evaluasi sediaan salep
1
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara pembuatan salep yang baik dan benar?
b. Apa saja komposisi dan fungsi bahan dalam suatu formula salep?
c. Apa saja evaluasi sediaan salep?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawadibagi dalam 4
kelompok:dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang
dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep
berlemak antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil
komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar
dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak berubah dalam waktu lama.
Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan
kelompok ke 2terdir atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampurdengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga dapat bermanfaat
sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi
minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim”(lihat
kremores). Dasat ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena
mudah dicuci dikulit atau dilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar
kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar
salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini
adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada
kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak
berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan
banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”.
4
2.2. Macam – Macam Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. secara umum salep dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
yaitu:
a. Salep berlemak
Senyawa hidrokarbon dan malam juga diaggap termasuk lemak. Daya menyerap
air dari basis adalah sebagai berikut:
- 100 bagian adeps lanae dapat menyerap air 200 bagian.
- 100 bagian lanolinum dapat menyerap air 120 bagian.
- 100 bagian vaselinum dapat menyerap air 10 bagian.
- 100 bagian vaselinum dengan 5% cera dapat menyerap air 40 bagian
- 100 bagian vaselinum dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 100 bagian.
- 100 bagian cetylicum dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 30 bagian.
b. Pasta berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk).sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin, parafin cair. Bahan tidak
berlemak seperti glycerinum, mucilago atau sabun dan digunakan sebagai
antiseptik atau pelindung kulit.
c. Salep pendingin
Suatu salep yang mengadung tetes air yang relatif besar. Pada pemakaian pada
kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang mengakibatkan rasa
sejuk.
d. Krim (cremor)
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk luar.
e. Mikstur gojog
Suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri air, glycerinum
dan alkohol. Mikstur gojog biasanya mengandung 60% cairan.wadah yang
digunakan adalah botol mulut lebar, sebelum dipakai digojog dulu.sebagai
pensuspensi digunakan bentonit.
5
f. Pasta kering
Suatu pasta bebas lemak mengandung + 60% zat padat (serbuk).Dalam
pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis Ichthamolum atau
Tumenol ammonium. Adanya zat tersebut akan menjadikan pasta menjadi encer.
g. Pasta pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan
Salep Tiga Dara.
6
Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam kulit,
tetapi tidak melalui kulit, terabsorbsi sebagian, digunakan untuk
melunakan kulit atau selaput lendir. Ds yang baik adalah minyak lemak.
Salep diadermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya saalep yang
mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.
7
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan.
Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu:
metode pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu
terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya.
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan segala cara
sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan
dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan
sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan ditambahkan pada
cairan yang sedang mengental setelah didinginkan.
Meliputi uji sifat fisik dan kecepatan pelepasan obat dari salep.
a. Viskositas
8
Viskositas menyatakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi
akan semakin besar tegangan. (Martin dkk, 1993).
b. Daya melekat
c. Daya menyebar
Untuk mengetahui kelunakan massa salep pada waktu dioleskan pada kulit
yang diobati.
d. Daya proteksi
Untuk mengetahui kekuatan salep melindungi kulit dari pengaruh luar pada
waktu pengobatan.
Uji pelarutan in-vitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu
media dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam
produk obat. Sifat medium pelarutan juga akan mempengaruhi uji pelarutan.
9
Kelarutan maupun jumlah obat dalam bentuk sediaan harus dipertimbangkan.
Dalam melakukan uji in-vitro ini perlu diperhatikan beberapa faktor, yaitu :
- Ukuran dan bentuk wadah yang mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan.
- Jumlah pengadukan dan sifat pengadukan. Kenaikan pengadukan dari media
pelarut akan menurunkan tebal stagnant layer mengakibatkan kelarutan obat
lebih cepat (Shargel dan Yu, 2005). Pengadukan terlalu lemah ada resiko
cuplikan dalam medium tidak homogen dan pengadukan terlalu kuat
menyebabkan turbulensi (Aiache,1982).
- Suhu
Dalam medium percobaan suhu harus dikendalikan pada keadaan yang
konstan yaitu dilakukan pada suhu 37 oC sesuai dengan suhu tubuh manusia.
Adanya kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien konsentrasi juga
akan meningkatkan energi kinetik molekul dan meningkatkan tetapan difusi
sehingga akan menaikkan kecepatan disolusi (Shargel dan Yu, 2005).
- Medium pelarutan
Sifat medium pelarutan akan mempengaruhi uji pelarutan obat. Medium
disolusi hendaknya tidak jenuh dengan obat. Medium yang baik merupakan
persoalan tersendiri dalam penelitian. Dalam uji, biasanya digunakan suatu
media yang lebih besar daripada jumlah pelarut yang diperlukan untuk
melarutkan obat secara sempurna (Shargel dan Yu, 2005).
10
BAB III
FORMULASI
3.1. Formula
Salep
3.2. Resep
R/ Hidrokortison 40 gr
R/ Asam Salisilat 1 %
R/ Lanolin 10 %
R/ Lcd 3%
R/ Soft u Derm 15 gr
R/ Fucilex 5 gr
11
BAB IV
PEMBAHASAN URAIAN BAHAN
Rumus struktur :
CH2OH
CO
H CH3
OH
HO
CH3
O
Pemerian : Serbuk hablur putih sampai praktis, putih; tidak
berbau
atopic/kontal, neurodermatitis
12
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat
Rumus struktur :
COOH
OH
alami.
13
b) Lanolin (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007; Excipients 6th, 2009)
CH2
CH2
H2C
N
H
HO
CH2
khas
dalam kloroform
kamar terkendali
Rumus Molekul :
Rumus Struktur :
14
Pemerian :
Kelarutan :
Khasiat :
salepnya.
dari cahaya.
Nama Lain :
Rumus molekul :
Rumus Struktur :
Pemerian :
Kelarutan :
Pemerian :
15
4.1 Informasi obat
Cara Penyimpanan
sediaan melembek karena dasar salepnya yang bersifat dapat mencair. Salep
biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube (Ansel, 2011)
Cara Pemakaian
Salep digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian kulit yang terkena
Resep ini rasional karena zat aktif dan zat tambahan dari resep berinteraksi
dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari berbagai indikasi masing-masing zat
pasien.
Metode pembuatan salep terdiri dari dua metode yaitu metode pencampuran
dan metode peleburan. Metode pencampuran dilakukan dengan cara komponen
salep dicampur dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Sedangkan
metode peleburan dilakukan dengan cara semua atau beberapa komponen dari
salep dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental.
Metode pembuatan salep yang digunakan yaitu metode pencampuran. Metode
tersebut dipilih berdasarkan karakteristik komponen yang digunakan, dimana
komponen yang digunakan berbentuk serbuk (benzocaine, propil paraben dan alfa
tocoferol) yang tidak perlu dilebur terlebih dahulu malainkan dilarutkan didalam
media cair (propilenglikol) kemudian dicampurkan dengan basis sampai
homogen.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Pembuatan salep yang baik dan benar yaitu dengan mengetahui terlebih
dahulu karakteristik dari masing-masing bahan dan zat yang digunakan, hal
ini dimaksudkan untuk memberikan perlakuan khusus pada sediaaan yang
tentunya memiliki kelarutan dan konsistensi, serta, sifat kimia fisika yang
berbedaa-beda. Selain itu interaksi yang kemungkinan terjadi antara bahan
yang satu dengan bahan lain, serta bahan dengan alat dan wadah yang
digunakan juga perlu diperhatikan.
b. Komposisi bahan dalam suatu formula salep terdiri dari bahan aktif dan
bahan tambahan.
c. Evaluasi sediaan salep terdiri dari in process control (uji organoleptis dan uji
homogenitas) dan end process control (uji daya menyerap air, uji kandungan
air, uji konsistensi, uji penyebaran, uji termoresistensi, dan uji ukuran
partikel)
5.2. Saran
Hendaknya dalam memformulasikan suatu sediaan seorang praktikan harus
benar-banar memperhatikan karakteristik bahan, konsentrasi bahan, sifat dari
masing-masing bahan serta interaksi antar bahan yang besar
kemungkinannnya sangat bias terjadi. Sehingga dengan demikian sediaan yang
diformulasikan akan menghasilkan suatu sediaan yang benar-benar layak pakai
dan seminimal mungkin dapat mengurangi kekurangan dari sediaan salep
tersebut.Selain itu factor lain yang yang perlu diperhatikan adalah pada proses
pembuatannya. Dengan mempertimbangkan karakteristik, konsentrasi dan
interaksi dari masig-masing bahan tadi, seorang praktikan harus mampu
merancang dan membuat prosedur kerja yang sebaik mungkin sesuai ketentuan,
agar sediaan yang dibuat dapat memenuhi standar evaluasi yang ditetapkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18