Jurnal Kritis
Jurnal Kritis
Judul Jurnal : Kegunaan klinis terapi oksigen nasal cannul aliran tinggi untuk kegagalan
pernafasan akut pada pasien dengan penyakit hematologi
Latar Belakang : High-flow Nasal Cannula (HFNC) adalah alat yang baru dikembangkan
yang memungkinkan terapi oksigen aliran tinggi untuk pasien dengan
masalah kardiopulmoner serius, namun ada sedikit data mengenai
penggunaannya pada pasien dengan penyakit hematologi. Pasien dengan
penyakit hematologi sering mengalami gagal napas akut/ acute respiratory
failure (ARF) akibat terapi intensif atau penekanan imunosupresi.
Berdasarkan pemahaman saat ini, non-invasive positive pressure
ventilation (NPPV) dapat memberikan hasil yang lebih baik, terutama
untuk pasien dengan immunocompromised, daripada ventilasi invasif
konvensional. Baru-baru ini, High-flow Nasal Cannula (HFNC) telah
diperkenalkan sebagai perangkat non-invasif baru, yang tidak hanya
memasok konsentrasi oksigen yang tinggi, namun juga menghasilkan
tingkat tekanan udara positif yang rendah (PEEP; positive end-expiratory
pressure). Perangkat ini memiliki banyak kelebihan dibanding terapi
oksigen konvensional atau pun NPPV, dan telah dinilai di berbagai setting
klinis. Namun, ada sedikit data tentang penggunaannya dalam gangguan
hematologi, terutama pada keadaan trombosit yang rendah. Oleh karena itu,
sebuah studi retrospektif dilakukan untuk mengevaluasi efikasi, keamanan,
dan tolerabilitas terapi HFNC pada pasien dengan penyakit hematologi di
suatu institusi tunggal.
Metode : Restropektif chart review digunakan untuk mengevaluasi pasien dewasa
dengan berbagai penyakit hematologi yang menjalani terapi HFNC untuk
ARF antara bulan Oktober 2012 sampai September 2015. ARF didiagnosis
saat pasien memenuhi salah satu kriteria berikut : dalam kondisi menerima
tambahan oksigen lebih dari 4 L / menit; tingkat saturasi oksigen <90%; RR
lebih dari 25 kali/menit; dan tanda-tanda gangguan pernapasan seperti
dyspnea, penggunaan otot aksesori, dan diaphoresis.
Lima puluh enam pasien menjalani terapi HFNC selama 3 tahun terakhir.
Semua pasien diberi tambahan oksigen rata-rata 10L/menit (kisaran 4-
20L/menit) melalui nasal canul atau facial mask sebelum dipasangkan
HFNC. Pengaturan awal HFNC adalah : fraction of delivery oxygen (FDO2)
rata-rata 60% (kisaran 30-100%); aliran HFNC rata-rata 40L/menit (kisaran
15-60L/menit); dan terapi dilakukan dengan rata-rata durasi 88 jam (kisaran
1-950 jam). Terapi HFNC dikatakan berhasil apabila saat pasien berhenti
mendapatkan terapi, ARF tidak bertambah buruk. Kegagalan terapi
didefinisikan sebagai pasien yang gagal menanggapi terapi HFNC dan
menjalani terapi lini kedua, termasuk intubasi endotrakeal dengan ventilasi
mekanis (NPPV), atau meninggal pada saat pemberian terapi. Terapi HFNC
dinilai dapat ditoleransi ketika pasien tidak memperoleh terapi HFNC
karena distress.
HFNC dapat ditoleransi dengan baik pada 96% kohort, dan tidak didapati
efek samping utama seperti perdarahan mukosa hidung atau nekrosis
walaupun kebanyakan pasien memiliki jumlah trombosit yang rendah (rata-
rata 3.5 × 104/μL). Sebagai efek samping penyerta, dua orang pasien
mengeluh sakit pada hidung, namun hal tersebut membaik setelah dosis
volume aliran oksigen disesuaikan.
Kesimpulan : Terapi HFNC aman dan dapat ditoleransi dengan baik pada pasien dengan
penyakit hematologi yang mengalami ARF, namun tampaknya tidak
menjadi pilihan pengobatan yang tepat pada 4 dari 5 pasien dan pneumonia
dapat menjadi faktor risiko kegagalan pengobatan HFNC.