Anda di halaman 1dari 13

I.

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Selalu ada pesan-pesan yang disampaikan oleh pemimpin kepada para bawahannya
dalam setiap kegiatan bisnis, namun pesan-pesan tersebut terkadang tidak tersusun dengan
baik. Hal ini menyebabkan pesan-pesan yang disampaikan hasilnya tidak sesuai dengan
yang diharapkan atau kemungkinan adanya salah pengertian. Dengan mengatur ide-ide
secara logis, berurutan serta teratur sesuai dengan prosedur, maka ide yang ingin
disampaikan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan informasi bagi yang
bersangkutan. Menyusun pesan-pesan secara baik adalah suatu keharusan dan menjasi
tantangan bagi komunikator.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusunan pesan-pesan bisnis
yang baik adalah sebagai berikut : subjek dan tujuan harus jelas, informasi yang diberikan
harus sesuai dengan subjek dan tujuan, ide-ide harus dikelompokkan dan disusun dengan
cara yang logis, semua inti informasi yang penting harus sudah tercakup.

Revisi dalam suatu kegiatan bisnis sangat diperlukan agar pesan-pesan bisnis yang
telah direncanakan dan disusun dapat ditinjau ulang untuk nantinya disempurnakan agar
menghindari terjadinya kesalahan ataupun adanya kekurangan lainnya, sehingga pesan
bisnis yang disampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan yang dikehendaki. Dalam
menulis pesan bisnis diperlukan proses yang sesuai dengan prosedur.

Keterampilan dalam merevisi pesan-pesan bisnis sangat diperlukan oleh para pelaku
bisnis agar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan bisa sesuai dengan apa yang
direncanakan. Pemilihan kata yang tepat dan pengembangan paragraf yang efektif sangat
diperlukan dalam pembuatan revisi pesan-pesan bisnis.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengorganisasian pesan bisnis?


2. Bagaimana proses penyusunan pesan bisnis?
3. Bagaimanan proses menyunting pesan bisnis?
4. Bagaimana proses menulis ulang pesan bisnis?
5. Bagaimana proses mencetak pesan bisnis?

I.3. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah dia atas maka tujuan penyusunan paper ini adalah :

1. Mengetahui proses pengorganisasian pesan bisnis


2. Mengetahui proses penyusunan pesan bisnis
3. Mengetahui proses menyunting pesan bisnis
4. Mengetahui proses menulis ulang pesan bisnis
5. Mengetahui proses mencetak pesan bisnis
II. Isi
II.1. Pengorganisasian Pesan Bisnis
A. MENGORGANISASIKAN PESAN BISNIS

Komunikasi yang tidak dorganisasikan dengan baik bermasalah dalam isi,


pengelompokan dan urutan butir-butir pesan. Pesan yang tidak dioranisasikan dengan
baik akan sulit dipahami dan dapat berakibat adanya rasa frustasi pada penerima.

Hal-hal berikut bias menyebabkan tidak baiknya pesan bisnis:

1. Bagian awal terlalu panjang (bertele-tele)


Seringkali pesan pembuka terlalu panjang hingga beberapa paragraf. Bagian awal
yang terlalu panjang akan menyulitkan penerima dalam memahami ide pokoknya.
Terlebih lagi apabila ide pokok disajikan terlalu ringkas.
2. Memasukkan hal-hal yang tidak relevan dan tidak logis
Hal-hal yang tidak relevan dan tidak logis hanya akan memperpanjang pesan
bisnis, membuang waktu dan mengaburkan pesan pokok.
3. Informasi penting terlupakan
Informasi penting sering terlupakan karena perhatian terpusat pada penyajian ide-
ide pendukung atau pelengkap
4. Pengelompokan dan urutan pesan tidak menunjukan satu kesatuan yang logis
Butir-butir pesab bisnis yang tidak dikelompokan dengan baik dan tidak disajikan
secara kronologis bias membingungkan penerima. Butir pesan seolah terlepas dan
sulit dikaitkan satu sama lain.
Pesan bisnis berorientasi pada penerima.Tujuan pesan bisnis adalah pemahaman
penerima.Bukan semata-mata menghasilakn pesanbisnis. Oleh karena itu,
mengorganisasikan pesan dengan baik akan mempercepat dan meningkatkan efisiensi
penyusun pesan. Pesan yang diorganisasikan dengan baik akan memberikan beberapa
manfaat, yaitu (1) membantu audiens memahami pesan (2) membantu audiens
menerima pesan (3) menghemat waktu audiens dan (4) menyederhanakan tugas
komunikasi (Bovee dan Thill, 2013;136)
Bagaimana cara mencapai pengorganisasian pesan yang baik? Megorganisasikan
pesan dengan baik dapat dilakukan melalui tiga langkah berikut :
1. Menetapkan ide/gagasan pokok
Semua pesan bisnis memiliki tujuan umum dan tujuan spesifik.Setiap pesan bisnis
yang dimiliki satu ide/gagasan pokok.Ide/gagasan pokok merupakan inti atau tema
sentral pesan. Dalam Bab 5 telah disebutkab adanya tiga teknik untuk menentukan
ide/gagasan pokok, yaitu brainstornnning , minta petunjuk atasan, dan mengulang
kebiasaan.
2. Mengelompokan ide/gagasan pokok
Ide pokok biasanya didukung oleh beberapa ide pendukung. Dalam menyiapkan
pesan yang panjangdan kompleks pembuatan diagram skematis atau kerangka
akan membantu membayangkan hubungan antara bagian-bagian pesan.
3. Memutuskan pola atau pendekatan urutan gagasan
Setelah menetapkan ide pokok dan mengelompokan ide, perlu diputuskan pola
atau pendekatan yang dipergunakan dalam menentukan urutan penyajian
ide/gagasan. Terdapat 2 pola atau pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
a. Pendekatan deduktif atau langsung
Pendekatan deduktif merupakan pola urutan penyajian ide di mana ide pokok
ditempatkan di bagian awal, baru kemudi diikuti ide-ide pendukung atau
argumentasi atau bukti-bukti. Pendekatan itu dipergunakan apabila penerima
pesan diperkirakan akan bereaksi netral atau merasa senang saat menerima
pesan tersebut.
b. Pendekatan induktif atau tak langsung
Pada pendekatan induktif, argumentasi atau bukti-bukti pendukung disajikan
dibagian awal diikuti ide pokok. Pendekatan induktif dipergunakan untuk
pesan-pesan yang diperkirakan bias menimbulkan reaksi negative atau untuk
berita yang tidak menyenangkan atau penerima diperkirakan menolak gagasan
yang disampaikan atau kemudian bersikap skeptic.
Kedua pendekatan tersebut bias dipergunakan dalam sebuah pesan singkat
(informal) maupun pesan panjang (formal).

Berdasarkan reaksi audiens, terdapat empat bentuk organisasi pesan bisnis,


yaitu :
1. Direct request
Direct request atau permintaan langsung adalah pesan yang
penyampaiannya langsung pada poin yang dituju dapat berbentuk surat
dan memo. Misalnya, membuat surat penawaran kepada audiens yang
tertarik dan memiliki hasrat tinggi terhadap suatu produk. Permintaan
langsung sebaiknya enggunakan pendekatan langsung.
2. Pesan rutin, good news atau good will
Pesan rutin adalah pesan atau informasi yang disampaikan secara rutin
yang merupakan bagian dari bisnis tetap.Penerima pesan rutin pada
umumnya bersikap netral. Good news atau good will adalah berita baik
yang menimbulkan reaksi positif dan penerima. Misalnya, informasi
penurunan harga, undangan, ucapan selamat, dan lain-lain.Pesan-pesan
seperti itu sebaiknya disusun dengan pendekatan langsung karena reaksi
audiens netral atau positif.
3. Bad news
Nad news adalah pesan-psan yang tidak menyenangkan dan berpotensi
menimbulkan kekecewaan. Misalnya, penolakan lamaran kerja, penolakan
kredit, penurunan oangkat, dan rasionalisasi pekerja.Pesan seperti itu
sebaiknya menggunakan pendekatan tak langsung. Inti pesan dibuat
dengan bahasa yang halus dan tidak ditempatkan di bagian awal.
4. Pesan persuasive
Pesan persuasive bertujuan untuk membujuk dan penerima tidak tertarik
pada pesan tersebut. Ada kemungkinan penerima akan bereaksi megatif.
Oleh karena itu, sebaiknya pesan disusun dengan pendekatan tak langsung.

B. MEMFORMULASIKAN PESAN BISNIS

Setelah mengikuti tiga langkah pengorganisasian tersebut di atas, selanjutnya


dilakukan penyusunan naskah bisnis, ketika menyusun naskah untuk pertama
kali, hal-hal yang harus diperhatikan adalah gaya dan nada walaupun dapat
diperhalus dalam tahap revisi gaya dan nada sebaiknya ditentukan sejak awal
untuk menghemat waktu penulisan ulang. Pilihan kata-kata disesuaikan dengan
nada yang dikehendaki.

C. MENGENDALIKAN GAYA DAN NADA

Gaya adalah cara menggunakan kata-kata untuk mencapai nada atau kesan
secara keseluruhan. Gaya dapat berubah-ubah untuk menciptakan nada yang
sesuai demgam peristiwa.Struktur kalimat dan kosakata yang dipergunakan
disesuaikan dengan sifat pesan dan hubungan dengan penerima.Gaya dan nada
yang sopan dan bersahabat memungkinkan jalur komunikasi tetap terbuka.

Kemampuan penggunaan Bahasa dapat menunjukan kualitas pribadi dan


ciri khas seseorang. Gaya yang jelas, ringkas, dan benar yang secara tata bahasa
dipadukan dengan norma-norma kelompok atau organisasi akan mencerminkan
gaya organisasi. Setiap organisasi pada umumnya memiliki gaya tersendiri dan
menggunakan kosa kata tertentu yang cenderung sama.

Meskipun berbagai situasi memerlukan nada yang berbeda, dewasa ini


komunikator bisnis pada umumnya menggunakan nada percakapan yang
terdengar praktis, tidak terlalu formal, dan membosankan. Penggunaan Bahasa
sederhana yang mirip Bahasa percakapan akan lebih mudah dipahami.

Untuk mencapai nada yang hangat dan praktis, hendaknya tidak terlalu
ditunjukkan keakraban atau keintiman, humor digunakan dengan sangat hati-hati,
tidak berkhotbah, dan tidak menggunakan Bahasa berlebihan agar tidak terkesan
sombong.

Agar komunikasi berhasil, komunikator bisnis harus dapat menjaga


kredibilitas agar bisa dipercaya. Kredibilitas bias ditentukan dari interaksi yang
selama ini telah terjadi. Namun bila belum saling mengenal, informasi biasanya
mengenai kredibilitas komunikator yang bias diperoleh dari pihak lain.
Pemahaman terhadap situasi dan penggunaan kata-kata yang menggambarkan
rasa percaya diri dapat meningkatkan kredibilitas komunikator.

Komunikasi yang efektif memegang peranan penting dalam bisnis.


Komunikasi bisnis tertulis dikatakan efektif apabila memenuhi karakteristik
sebagai berikut (Quible, et. All, 1996: 27):

1. Courtesy (sopan santun)


Nada sopan dan santun akan membuat penerima merasa dihargai dan
dihormati. Penggunaan kata-kata berkonotasi positif, gender neutral
(penggunaan kata tidak membedakan jenis kelamin), dan permohonan maaf
yang tulus akan meningkatkan citra komunikator.
2. Correctness (tepat/benar)
Tidak terdapat kesalahan dalam penulisan, format, tanda baca, penggunaan
kata, ejaan, dan tata Bahasa. Penggunaan kata-kata dan istilah (jargon) yang
tidak familiarakan membingungkan para audiens.
3. Conciseness (ringkas)
Menggunakan kata, kalimat dan paragraf yang relevan secara ringkas.Tidak
mengulang kata-kata yang tidak perlu.Penggunaan kalimat aktif diutamakan
karena lebih mantap, ringkas dan secara umum lebih mudah dipahami.Kalimat
pasif hanya dipergunakan untuk memperlunak berita buruk.
4. Clarity atau Clearness (jelas)
Kata-kata mudah dimengerti hanya dengan sekali baca dan tidak menimbulkan
keraguan.Kalimat-kalimat tidak terlalu panjang dan bertalian secara logis
(coherence).
5. Concreteness (tepat)
Tidak menimbulkan kesalahan interpretasi karena disajikan secara spesifik dan
tidak biasa.
6. Completeness (lengkap)
Memberikan informasi lengkap sesuai kebutuhan dan keinginan
penerima.Informasi yang tidak lengkap bisa mengakibatkan kerugian
(misalnya, gagalnya penjualan, rugi waktu, pengembalian barang, dan
kehilangan pelanggan potensial).

D. MENGEMBANGKAN PARAGRAF YANG LOGIS

Paragraf adalah kumpulan dari kalimat yang berhubungan dengan satu topic
umum.Paragraf adalah satu kesatuan unit pemikiran.Setiap paragraf merupakan
bagian penting dari keseluruhan pesan.Panjang dan bentuk paragraf amat
bervariasi.Komunikasi dapat dilakukan secara efektif hanya dengan satu paragraf
pendek atau paragraf panjang hingga beberapa halaman.Pada umumnya, paragraf
pendek lebih mudah dibaca dan dipahami dibandingkan paragraf panjang.

Paragraf umumnya terdiri atas tiga unsur, yaitu kalimat topik, kalimat
pendukung topik dan unsur peralihan. Kalimat topic mengungkapkan subjek dari
paragraf dan bagaimana subjek akan dikembangkan. Paragraf dikembangkan
melalui deretan kalimat berkaitan yang menyediakan rincian atau dukungan
mengenai kalimat topic.Agar paragraf dapat diatur dalam urutan yang logis dan
terpadu, diperlukan beberapa unsur peralihan, seperti penggunaan kata sambung,
ungkapan, kata ganti dan kata-kata yang sering dipasangkan (misalnya, kata
maksimum dengan kata minimum, untung dengan rugi, legal dengan ilegal).

Paragraf bisa dikembangkan dengan banyak cara. Terdapat lima teknik


yang paling umum dipergunakan untuk mengembangkan paragraf, yaitu:

1. Ilustrasi: mengembangkan paragraf menggunakan ilustrasi atau contoh-


contoh yang dapat memperjelas ide pokok.
2. Perbandingan atau kontras: mengembangkan paragraf dengan menguraikan
persamaan dan perbedaan
3. Sebab akibat: mengembangkan paragraf dengan teknik sebab-akibat dan
memusatkan uraian pada alasan-alasan mengenai sesuatu.
4. Klasifikasi: mengembangkan paragraf dengan memecah ide umum menjadi
beberapa kategori spesifik.
5. Masalah dan penyelesaian: mengembangkan paragraf dengan menyajikan
suatu masalah dan kemudian membahas penyelesaiannya.
II.2. Proses Penyusunan Pesan Bisnis
Dalam organisasi bisnis, berbagai legiatan komunikasi terjadi setiap hari,
baik lisan maupun tertulis.Mulai dari kegiatan komunikasi yang sangat sederhana
sampai pada kegiatan komunikasi yang rumit dan kompleks. Misalnya membuat
memo, merevisi draft surat, mengetik e-mail, membuat laporan, menyiapkan surat
tanggapan atas keluhan pelanggan, membuat surat perjanjian dan lain-lain. Semua
kegiatan komunikasi itu saling bersaing untuk memperoleh perhatian penerima.
Oleh arena itu, pesan bisnis diupayakan selalu lebih menarik dibandingkan yang
lain atau lebih baik diandingkan sebelumnya.

Menyusun pesan bisnis yang menarik, mudah dibaca, dan mudah dipahami
memerlukan kreativitas. Namun demikian, tujuan penyusunan pesan bisnis
bukanlah agar penerima terpesona akan pengetahuan dan kreativitas pengirim.
Pesan bisnis yang dibuat hendaknya tetap berpusat pada penerima dan memiliki
tujuan yang jelas.
Agar pesan bisnis efektif, diperlukan pemahaman terhadao proses
penyusnunan pesan bisnis. Proses penyusunan pesan bisnis bersifat fleksibel.
Tidak ada proses penyusunan pesan bisnis yang terbaik. Walaupun demikian,
sejumlah langkah umum dalam menyusun pesan bisnis yang efektif perlu
diperhatikan. Mencetak pesan

Perkiraan pembagian waktu yang dilaksanakan pada masing-masing tahap


proses penyusunan pasan bisnis adalah merencanakan pesan Proses penyusunan
pesan bisnis umumnya terdiri atas 3 tahap sederhana, yaitu :

1. Perencanaan Pesan
Dalam tahap ini, ditemukan hal-hal yang mndasar dari suatu pesan yang akan
dikomunikasikan. Seacar rinci, tahap perencanaan tersebut meliputi :
- Penentuan tujuan
- Analisis audiens
- Penentuan ide pokok
- Pemilihan saluran dan media
2. Penyusunan Pesan
Setelah tahap perencanaan, selanjutnya ide/gagasan dituangkan ke dalam pesan
tertulis. Pengorganisasian dan penyusunan dokumen dimulai dari penusunan kata-
kata, kalimat, paragraf, serta memilih ilustrasi yang akan digunakan untuk
mendukung ide/gagasan.
Tahap ini meiputi 2 kegiatan , yaitu :
- Mengorganisasikan pesan
- Memformulasikan pesan
3. Revisi Pesan
Pesan yang telah disusun ikasi ulang untuk memastikan apakah ide/gagasan yang
diungkapkan sudah memadai. Pemerikasaan lebih detail juga dilakukan atas format
penulisan, tanda baca, dan tata Bahasa.
Berbagai kegiatan pada tahap revisi pesan adalah :
- Menyunting pesan
- Menulis ulang
- Memproduksi pesan
40% menyusun draft 20% dan merevisi 40% dari waktu total.
Pada bab ini akan dibahas tahap pertama dan proses penulisan pesan bisnis yaitu
perencanaan pesan bisnis yang dimulai dengan penentuan tujuan pesan bisnis.

II.3. Menyunting Pesan (Editing)

Setelah naskah pertama selesai, kebanyakan orang menganggap pekerjaan


menyusun pesan telah selesai dan mulai beralih ke pekerjaan lainnya. Hal yang
sesungguhnya tidaklah demikian. Menyusun pesan bisnis memerlukan proses
yang dilakukan dengan hati-hati. Draft pesan yang telah selesai harus ditelaah
ulang(review) dan diperbaiki lagi, baik dari sudut isi maupun gaya bahasa yang
digunakan, organisasi, serta format penulisannya.

1. Mengevaluasi Isi dan Organisasi


Idealnya, naskah pertama dibiarkan selama beberapa saat sebelum memulai
proses penyuntingan. Evaluasi dimulai dengan membaca secara cepat dan
memusatkan perhatian pada isi, organisasi, dan format pesan. Draft pesan
dibandingkan dengan rencana semula. Pertanyaan-pertanyaan berikut
dijadikan pedoman dalam melakukanevaluasi terhadap isi, organisasi, dan
format pesan:
1. Apakah sudah mencakup semua butir?
2. Apakah susunan sudah bertalian secara logis?
3. Apakah sudah ada kesinambungan antara informasi umum dan
spesifik?
4. Apakah gagasan yang paling penting sudah mendapat porsi cukup dan
ditempatkan pada posisi menonjol?
5. Apakah dukungan sudah cukup dan fakta sudah diperiksa ulang?
6. Apakah lebih meyakinkan bila pesan diatur dalam susunan yang
berbeda?
7. Apakah perlu menambahkan sesuatu?
Bagian awal dan akhir memiliki dampak yang paling besar bagi penerima.
Pastikan bahwa bagian awal relevan, menarik, dan sesuai dengan
kemungkinan reaksi penerima. Bagian akhir dikaji ulang untuk memastikan
bahwa gagasan pokok telah diringkas dengan baik dan memberikan kesan
positif bagi penerima.

2. Meninjau Ulang Gaya dan Kemudahan Pembacaan


Setelah puas dengan isi, organisasi, dan format pesan, berikutnya dievaluasi
gaya dan kemudahan pembacaan. Apakah gayanya sudah menimbulkan nada
yang sesuai dengan peristiwa? Untuk memastikan kemudahan pembacaan,
periksa kembali kosakata, panjang kalimat dan paragraph, dan struktur
kalimat. Perlu dicari kemungkinan-kemungkinan pesan lebih menarik
melalui penggunaan kata-kata dan ungkapan yang lebih kuat dan
bersemangat.
Pertanyaan berikut bisa dijadikan pedoman untuk meninjau ulang gaya dan
kemudahan pembacaan:
1. Apakah informasi penting telah ditekankan secara efektif?
2. Apakah paragraf memiliki kalimat topik yang jelas?
3. Apakah peralihan antara gagasan jelas?
4. Apakah terdapat istilah atau jargon yang tidak familiar?
5. Apakah terdapat penggunaan bahasa yang berlebihan?
6. Bagaimana pengaruh pilihan kata terhadap pembaca?

II.4. Menulis Ulang Pesan

Ernest Hemingway pernah menyatakan bahwa “Tidak ada yang disebut


menulis – yang ada hanya menulis ulang.” Pada kenyataannya, pelaku bisnis
banyak melakukan kesalahan berikut (1) hanya memindahkan kata-kata dan tidak
benar-benar memperbaikinya, (2) tidak melakukan penulisan ulang karea
dianggap membuang waktu, dan (3) mengirim dokumen pada saat-saat terakhir
dibutuhkan.
Telah disampaikan bahwa dokumen bisnis dapat meningkatkan citra
perusahaan. Dokumen yang ditulis ulang umumnya lebih mantap dan kuat.
Namun, perhatian dan waktu yang digunakan untuk melakukan perbaikan kata
dan kalimat hendaknya disesuaikan dengan batasan waktu(dead line).
Ketika menulis ulang, perhatian ditujukan pada setiap kata yang memberikan
kontribusi pada kalimat yang efektif dan pengembangan kalimat agar menjadi
paragraf yang bertalian secara logis. Banyak dokumen bisnis membengkak karena
menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak perlu. Bagian-bagian yang
mengganggu sebaiknya dihilangkan atau dihapus, tentunya setelah terlebih
dahulu menyimpan arsip versi sebelumnya.
Setelah penulisan ulang dilakukan dengan baik, dokumen bisnis kemungkinan
akan menjadi berjumlah separuh dari rencana semula. Dokumen menjadi lebih
ringkas, mantap, dan kuat.

II.5. Mencetak Pesan

Setelah menyusun pesan dari awal sampai akhir, langkah terakhir adalah
mencetak pesan. Teknologi layar komputer saat ini memang sudah WYSWYG
(What You See is What You Get ). Namun, mencetak dokumen di atas kertas perlu
dilakukan untuk memastikan marjin, penampilan, kebenaran nomor halaman,
judul, gambar, dan rincian lainnya.
Mencetak dokumen yang belum final (proof sheet) dengan printer
dapat dilakukan menggunakan pilihan print quality yang lebih rendah
(economode) untuk menghemat toner atau tinta. Membaca cetakan percobaan
(proof reading) dilakukan untuk memeriksa kebenaran seluruh isi pesan,
organisasi, penulisan, format, dan desain. Setelah puas, pesan dicetak kembali
dengan pilihan best quality dan selanjutnya didistribusikan kepada penerima.
Kesimpulan

1. Proses pengorganisasian pesan bisnis meliputi,menetapkan ide/gagasan pokok


Mengelompokan ide/gagasan pokok,memutuskan pola atau pendekatan urutan
gagasan. Terdapat 2 pola atau pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
Pendekatan deduktif atau langsung ,pendekatan induktif atau tak langsung

2. Proses penyusunan pesan bisnis umumnya terdiri atas 3 tahap sederhana, yaitu
perencanaan pesan ,penyusunan pesan ,revisi pesan

3. Menyunting Pesan (Editing) draft pesan yang telah selesai harus ditelaah
ulang(review) dan diperbaiki lagi, baik dari sudut isi maupun gaya bahasa
yang digunakan, organisasi, serta format penulisannya.Mengevaluasi Isi dan
Organisasi,Meninjau Ulang Gaya dan Kemudahan Pembacaan

4. Ketika menulis ulang pesan, perhatian ditujukan pada setiap kata yang
memberikan kontribusi pada kalimat yang efektif dan pengembangan kalimat
agar menjadi paragraf yang bertalian secara logis. Bagian-bagian yang
mengganggu sebaiknya dihilangkan atau dihapus, tentunya setelah terlebih
dahulu menyimpan arsip versi sebelumnya. Setelah penulisan ulang dilakukan
dengan baik, dokumen bisnis kemungkinan akan menjadi berjumlah separuh
dari rencana semula. Dokumen menjadi lebih ringkas, mantap, dan kuat.

5. Proses mencetak pesan bisnis diawali dengan mencetak dokumen yang belum
final (proof sheet) dengan printer dapat dilakukan menggunakan pilihan print
quality yang lebih rendah (economode) untuk menghemat toner atau tinta.
Lalu, membaca cetakan percobaan (proof reading) dilakukan untuk
memeriksa kebenaran seluruh isi pesan, organisasi, penulisan, format, dan
desain. Setelah puas, pesan dicetak kembali dengan pilihan best quality dan
selanjutnya didistribusikan kepada penerima.

Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi penyusunan pesan bisnis
ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Penulis berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun pada paper ini. Semoga
paper ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca.
Daftar pustaka
Sutrisna, Dewi.2011. Etika Bisnis. Denpasar : Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai