Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 55 Tahun
Alamat : JL. Agus salim
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 10-86-88
Tanggal Masuk : 20/08/2015
Ruang/Kelas : Poliklinik syaraf
B. ANAMNESIS : Auto-anamnesa
I. Keluhan Utama: Pusing berputar-putar sejak 2 hari yang lalu
II. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pusing berputar-putar sejak 2 hari yang lalu, pusing dirasakan
hilang timbul dan timbul secara mendadak, pusing di dirasakan
hampir setiap hari. Pasien mengaku pusing seperti ini muncul
ketika berdiri lama saat beraktifitas, semakin lama lingkungan
disekitar semakin terasa berputar-putar. Pusing dipengaruhi oleh
perubahan kepala dan hilang keseimbangan ketika berdiri. Saat
pasien tidur dan memejamkan mata pusingnya berkurang dan
ketika pasien duduk kembali pusingnya semakin bertambah. Pasien
merasakan mudah lelah. Pasien juga mengeluhkan mual dan tidak
muntah.
2
III. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat hipertensi 1 tahun yang lalu.
- Riwayat trauma disangkal
IV. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes melitus disangkal
V. Riwayat Pribadi dan Sosial:
- Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis kooperatif
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 55 kg
Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 84 x/menit, reguler.
- Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,8 oC
Rambut : lebat dan sukar dicabut.
Kelenjar Getah Bening
- Leher : tidak ada pembesaran
- Aksila : tidak ada pembesaran
- Inguinal : tidak ada pembesaran
Kepala
Mata : Seklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat, refleks
pupil +/+.
Hidung : Sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada.
3
Mulut : Bibir kering (-).
Telinga : Dalam batas normal
Leher : Spasme otot-otot leher dan bahu (-), nyeri (-)
Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga tidak
ada.
Palpasi : Fremitus suara +/+, simetris kanan dan kiri.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba. Thrill tidak ada.
Perkusi :
- Batas jantung kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra.
- Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea midclavicula
sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I & II, reguler, gallop tidak ada, Murmur
tidak ada.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, ascites tidak ada.
Auskultasi : Bising usus positif.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, turgor kulit
kembali cepat.
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, tidak
ada kelemahan.
4
Inferior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
Tidak ada kelemahan tungkai.
II. Status Neurologis
A. Tanda Rangsang Selaput Otak:
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Kernig Sign : Negatif
B. Tanda Peningkatan Tekanan intrakranial:
Pupil : Isokor
Refleks cahaya : +/+
C. Pemeriksaan Saraf Kranial:
N.I (N. Olfactorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subyektif Normal Normal
Obyektif dengan Tidak dinilai Tidak dinilai
bahan
5
N.III (N. Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Ada Ada
Ekso/Endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil :
Bentuk Normal Normal
Refleks cahaya Positif Positif
Rrefleks akomodasi Normal Normal
Refleks konvergensi Normal Normal
N. IV (N. Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke Normal Normal
bawah
Sikap bulbus Normal Normal
N. V (N. Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik :
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik :
Divisi Optalmika
6
Refleks kornea Normal Normal
Sensibilitas Tidak dinilai Tiidak dinilai
Divisi Maksila
Refleks masseter Normal Normal
Sensibilitas tidak dinilai Tidak dinilai
Divisi Mandibula
Sensibilitas Tidak dinilai Tidak dinilai
N. VI (N. Abduscen)
Kanan Kiri
Gerakan mata Normal Normal
lateral
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
7
N. VIII (N. Vestibulocochlearis)
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Renne test Normal Normal
Scwabach test Tidak ada Tidak ada
lateralisasi lateralisasi
Webber test :
Memanjang Normal Normal
Memendek Normal Normal
Nistagmus :
Pendular Tidak ada Tidak ada
Vertikal Tidak ada Tidak ada
Siklikal Tidak ada Tidak ada
Pengaruh posisi Tidak ada tidak ada
kepala
N. IX (N. Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 Normal Normal
belakang
muntah/Gag reflek
N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
8
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi 84x/menit 84x/menit
N. XI (N. Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
ke kanan
ke kiri
di dalam
dijulurkan
9
dengan baik
Romberg tes Jatuh kekiri bila Tes jari-jari Pasien tidak bisa
mata tertutup melakukan dengan
baik
Stepping tes Penderita Tes tumit lutut Tidak ada
beranjak dari
tempat berjalan
dan badan
terputar.
Tandem walking Tidak bisa Disgrafia Tidak ada
tes berjalan lurus
Ataksia Tidak ada Supinasi-pronasi Tidak ada
Rebound Tidak ada
phenomen
10
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Tidak dinilai
Sensibilitas kortikal Tidak dinilai
Stereognosis Tidak dinilai
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan
G. Sistem Refleks
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Normal Normal
Berbangkis Normal Normal
Laring Tidak dinilai Tidak dinilai
Masseter Normal Normal
Dinding perut
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Tengah Normal Normal
Biseps Normal Normal
Bulbokavernosus - -
Kremaster -
Sfingter Normal
11
Babinski Negatif Negatif
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Normal Reflek glabella Tidak ada
Fungsi intelek Normal Reflek snout Tidak ada
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap Tidak ada
Reflek memegang Tidak ada
Refleks palmomental Tidak ada
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gula darah sewaktu : Tidak dilakukan
E. MASALAH
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Benign Paroxysmal Posisional Vertigo
Diagnosis Topik : Sistem Vestibuler
Diagnosis Etiologi : Idiopatik
Diagnosis Sekunder : Hipertensi stage 1.
12
F. PEMECAHAN MASALAH
Terapi
Umum
Bedrest total dengan kepala ditinggikan 30º selama 1-2 hari
Mencegah faktor pencetus
Mengurangi stress
Latihan duduk, berdiri dan kemudian berjalan
Khusus
Anti Histamin : Betahistin mesilat 3 x 8 mg/hari
Domperidone 1x10 mg
13
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Vertigo adalah ilusi bergerak, sensasi rotasi tanpa adanya perputaran
yang sebenarnya atau rasa berputar yang khayal dengan disorientasi ruang
yang biasanya menimbulkan gangguan keseimbangan.1 Penderita merasa
dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak mengelilinginya.
Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan
ketidak seimbangan.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
14
melitus, atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark
serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka
yang berusia 60-80 tahun.3
2.3 ETIOLOGI
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks.2
2. Meniere Disease
Meniere’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti
dengan keluhan pendengaran. Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada
rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi
penuh pada telinga. Meniere’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus
vertigo otologik2,4,6
15
Meniere’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik.
Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan
kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.
Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri
telinga atau gangguan metabolik6
3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan
nistagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus
vestibularis. Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai
dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar
15% kasus vertigo otologik7
16
Faktor G
Pencetus e
Intrinsik&Eks j
trinsik a
Spr Sist.T -Vasodilatasi Nye Meningkatk
l
eed rigemi -Me ri an aktv.
a
ing novas Ambang kepa Sist. Saraf
a
de kular nyeri la simpatis
u
Ge
pre Inti2 -Vasodilatasi pemb. Pembuluh
t
jal
ssi saraf darah luar otak darah melebar
o
a
on di -Vasokontriksi dan berdenyut
Migren tanpa aura n
aur batan pemb. darah dalam
Migren dengan aura o
a g otak otak
m
(rafe
&
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau
lokus
serotonin pada pusat muntah di batang otak (chemoreseptor trigger zone/
serule
CTZ). Sedangkan us)
pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan fotofobia.
Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia
kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga
timbulah aura.2
Pencetus (trigger) migren berasal dari:2
17
Kriteria Diagnosis
1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan
manifestasi serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala
unilateral, berdenyut-denyut dengan intensitas sedang sampai berat dengan
disertai mual, fonofobia, dan fotofobia. Nyeri kepala diperberat dengan
adanya aktivitas fisik2
2. Migren dengan aura
Nyeri kepala ini bersifat idiopatik, kronis dengan bentuk serangan dengan
gejala neurologik (aura) yang berasal dari korteks serebri dan batang otak,
biasanya berlangsung 5-20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit.
Neri kepaala, mual, atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala
aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini biasanya
berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidak ada2.
Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik,
hemifaresis, disfagia, atau gabungan dari gejala diatas2
3. Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode
rekuren dari suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan
pasien terjadi beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia
tua dan pada paien yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease.
Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh,
dan lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal5
4. Tumor Intrakranial
Tumor intrakranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi
sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala
neurologis . Tumor pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau
Chiari malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk
diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut
18
dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain
dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya5
2.5 KLASIFIKASI
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau
otak) atau di perifer (telinga dalam atau saraf vestibular).10
19
somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain10 :
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala
atau tanda batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit
kepala tuli dan temuan neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory
20
loss pada infark arteri cebellar postero inferior. Pada pasien seperti ini
perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red flag pada pasien dengan
vertigo meliputi :10
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
21
Vertigo Sentral
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak
atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya
diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.4
Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung :5
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai
nistagmus.
22
atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi
berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test
posisional atau gerakan kepala.5
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul
karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau
pada kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula
kanalis semi-sirkularis.
23
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini
penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat
membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah
dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan
bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.
2.6 PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem
optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis,
dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh
akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik.5
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual
dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya
dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang
muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
24
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.8
Gejala Penyerta
Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo12:
Gejala Kemungikanan diagnosis
Sensasi penuh di Acoustic neuroma; Ménière’s disease
telinga
25
Tuli Ménière’s disease; perilymphatic fistula;
acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis;
transient ischemic attack or stroke involving
anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster
oticus
Imbalans
Acute vestibular neuronitis (usually moderate);
cerebellopontine angle tumor (usually severe)
Nistagmus
Peripheral or central vertigo
Fonofobia,fotofobia
Migraine
tinnitus
Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s
disease
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau
tuli pada usia muda perlu ditanyakan.
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo meliputi obat-obatan
yang ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative.
26
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan
tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak
hanya terbata pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure,
arrhythmia, atau cerebrovascular event12.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
27
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
28
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi11.
1. Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre12
Tes Kalori11
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita
diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar
29
bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian
dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf).
Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh
karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah
suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1
mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira
20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus.
Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga
yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan)
Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik)
dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus
berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit.
Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya
nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada
penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat,
sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal
hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila
tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik.
Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa
labirin tidak berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin
normal hipoaktif atau tidak berfungsi.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan
untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian
nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang
mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan
somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
30
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan
pun dalam keadaan biasa (normal)
b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi
(serupa dengan tes romberg)
c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri
pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang,
maka input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk
orientasi ruangan.
d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri
digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input
somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu.
e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan
berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu
(kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem
sensorik lainnya untuk input (informasi)
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan
tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy
Audiometry, Tone Decay.
31
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk
terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi
struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white
matter, dan kompleks nervus VIII.1,2
32
flexion-extension attack-terutama
injury temporal lobe
epilepsy
Obat-obatan- misalnya,
phenytoin, barbiturate
Syringobulosa
2.11 TATALAKSANA
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan 11
1.Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya
sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini
memberikan dampak yang positif.
- Betahistin
33
Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.
2. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis
kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan
antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
34
3. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
- Khlorpromazine (Largactil)
4. Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah
efedrin.
- Efedrin
35
5.Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam
- Diazepam
36
BAB III
PENUTUP
37
DAFTAR PUSTAKA
2008
Desember:2006.
7. Chain. TC. Practical Neurology 3nd edition: approach to the Patient with
38
10. Turner, B, Lewis, NE. Symposium Neurology : Systemic Approach that
12. Sura. DJ. Vertigo diagnosis and management in primary care. 2010.
39