D
DENGAN CHF NYHA III
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUP DR. KARIADI KOTA SEMARANG
Disusun oleh:
Tomy Suganda
Anif Usni Faizah
Agnes Yovita Prisca Rahayu
Rena Widyasari
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
kegawatdaruratatan kardiovaskuler, khususnya Congestive Heart Failure
(CHF).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian gawat darurat pada pasien dengan Congestive
Heart Failure.
b. Menentukan masalah keperawatan gawat darurat yang muncul pada
pasien dengan Congestive Heart Failure.
c. Merencanakan intervensi keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan Congestive Heart Failure.
d. Melakukan implementasi dari rencana intervensi keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan Congestive Heart Failure.
e. Mengevaluasi hasil intervensi keperawatan gawat darurat yang telah
diberikan kepada pasien dengan Congestive Heart Failure..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh (Smeltzer & Bare, 2010). Congestive heart failure (CHF)
merupakan keadaan patofisiologi yaitu jantung tidak stabil untuk menghasilkan
curah jantung yang adekuat sehingga perfusi jaringan tidak adekuat dan atau
peningkatan tekanan pengisian diastolic pada ventrikel kiri sehingga
tekananpada kapiler paru meningkat (Brashers, 2008). Penyakit congestive
heart failure biasanya sering terjadi pada usia lansia. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Nurhayati dkk (2009) yang menyebutkan bahwa penderita
congestive heart failure paling banyak diderita oleh lansia. Semakin
bertambahnya usia maka daya kerja organ dalam tubuh juga mengalami
penurunan salah satunya adalah daya kerja jantung.
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure terjadi bila
jantung tidak dapat memompa darah kembali ke sisi kanan jantung atau
memberikan sirkulasi sistemik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
organ-organ dan jaringan dalam tubuh (Cecily, 2009).
CHF menunjukkan tidak hanya ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan pengiriman oksigen yang cukup, melainkan juga merupakan
respon sistemik mencoba untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.
(Figueora, 2009)
Klasifikasi Gagal jantung Kongesif menurut ACC/AHA:
a. Stadium A
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak
terdapat gangguan struktural atau fungsional jantung.
b. Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan
perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda dan gejala.
c. Stadium C
Gagal jantung yang simpatomatis berhubungan dengan penyakir
structural jantung yang mendasari
d. Stadium D
Penyakit structural jantung yang lanjut serta gejala gagal jantung yang
sangat bermakna saat istirahat walaupun telah mendapat terapi.
6. Pengkajian Sekunder
a. Symptom (Gejala)
1) Demam yang mendadak
2) Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri
tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan gastrointestinal.
Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptosis,
penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung
1-3 hari.
b. Alergy (Alergi)
Tanyakan adanya alergi terhadap makanan dan obat terutama alergi
terhadap antibiotik tertentu.
c. Medication (Obat-obatan)
Menanyakan obat yang sudah dikonsumsi perlu untuk mengetahui terapi
lanjutan apa yang akan diberikan.
d. Past medical history (Riwayat penyakit dahulu)
3) Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh.
4) Riwayat penyakit, influenza, hepatitis, bruselosis, pneuma atipik, DBD,
penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
5) Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi
seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani.
e. Last Oral Intake (asupan makanan terakhir)
Asupan makanan terakhir untuk mengetahui adanya gangguan pencernaan
serta keseimbangan nutrisi.
f. Event (peristiwa yang menyebabkan penyakit)
Tanyakan kronologis pasien sakit dari awal gejala hingga masuk Rumah
Sakit.
7. MasalahDiagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Penurunan curah Jantung
b. Gangguan pertukaran gas
c. Intoleransi aktivitas
d. Kelebihan volume cairan
e. Ketidakefektifan pola nafas
8. Intervensi Keperawatan
Tabel 1. Intervensi Keperawatan yang Dapat Diberikan
Diagnosa
No. Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah 1. Fluid monitoring
Jantung - Pantau intake dan output cairan dalam tubuh
- Pantau berat badan
- Patau tekanan darah, nadi dan status pernapasan
- CVP
2. Oxygen therapy
- Pertahankan potensi keluarnya jalan napas
- Pantau posisi perangakat alat oksigen
- Pantau aliran cairan di alat oksigen
2. Gangguan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pertukaran gas 2. Pasang mayo bila perlu
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Berikan bronkodilator
7. Barikan pelembab udara
Diagnosa
No. Intervensi
Keperawatan
8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
9. Monitor respirasi dan status O2
10. Catat pergerakan dada ,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
12. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
13. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
15. Observasi sianosis khususnya membran mukosa
16. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
17. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
3. Intoleransi 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
pucat, perubahan hemodinamik)
Diagnosa
No. Intervensi
Keperawatan
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
7. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
8. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
9. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
10. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
11. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
12. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
4. Kelebihan 1. Fuid management
volume cairan - Pantau Berat Badan setiap hari
- Akurasi intake dan output cairan
- CVP
- Pantau indikasi adanya kelebihan cairan (edema), bunyi crakles, distensi vena jugularis
- Kaji lokasi edema
- Beri informasi makanan yang boleh di amakn apa tidak
- Pemberian nutrisi
- Barikan terapi deuretik
Diagnosa
No. Intervensi
Keperawatan
2. Hypernatremia management
- Pantau TTV
- Pantau BB
- Mentoring intake dan output caiaran
- Mentoring integritas kulit
- CVP
5. Ketidakefektifan Airway management
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pola nafas
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu pernafasan
3. Pasang mayo bila perlu
4. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau dengan suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Lakukan suction pada mayo
Oxygen Theraphy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Diagnosa
No. Intervensi
Keperawatan
Vital sign monitor
1. Monitor TD, S, N, RR
2. Monitor irama dan frekuensi pernafasan
3. Dengarkan suara paru
4. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
1) Monitor sianosis perifer
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Identitas
1. Klien/Pasien
a. Nama (Inisial) : Tn. D
b. No. CM : B438031B43xxxx
c. Umur : 21 Maret 1961 (56 tahun)
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : Kristen
f. Pendidikan : Magister
g. Pekerjaan : Pengajar / Guru
h. Suku : Batak
i. Bahasa : Indonesia
j. Alamat : Surabaya
k. Diagnosa Medis : CHF NYHA III
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama (Inisial) : Ny. M
b. Umur : 51 th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Surabaya
e. Hubungan dengan klien : Isteri
f. No. Telp : 081325517xxx
Pengkajian Primer
1. Airway
Look : Jalan napas klien bersih, tidak terlihat adanya sumbatan.
Listen : Tidak terdengar suara napas tambahan
Feel : Terasa hembusan nafas melalui hidung
2. Breathing
Look : Dipsnea (+) dengan skala dipsnea 1 (ringan), napas cepat
dan dangkal (+), penggunaan otot bantu pernafasan (-),
retraksi intercostal (-), pernafasan cuping hidung (-),
pergerakan dinding dada simetris, suara dasar napas
vesikuler. Commented [KK1]: Tidak di primary survey
3. Circulation
Look : TD : 85/65 mmHg, HR : 74 kali/menit, capillary refill 3
detik, SpaO2 : 94%, telapak tangan dan kaki pucat (+),
konjungtiva anemis (-)
Listen : -Bunyi jantung I dan II normal Commented [KK2]: Tidak di primary survey
4. Disability
Kesadaran : composmentis (E4M5V5)
5. Exposure
Suhu tubuh klien 36,70C, tidak terdapat jejas atau cedera lain di tubuh
klien.
Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis (SAMPLE)
S (Signs and Symptoms)
Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak napas saat sejak 12
jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan sesak napasnya
sering kambuh bila beraktifitas terlalu berat.
A (Allergies)
Alergi terhadap obat dan makanan disangkal.
M (Medications)
Klien melakukan kontrol rutin di poliklinik RSDK Semarang, terakhir
kontrol pada tanggal 4 Juli 2017 dengan resep obat :
g.1.Furosemid 40 mg/24 jam
h.2.Spirolakton 25mg/24 jam
i.3. Asetosal 80mg/24 jam
j.4. Klopidrogel 75mg/24 jam
k.5.Cardace 2.5 mg/25 jam
l.6. Digogsin 0.25 mg/24 jam
m.7. Atorvastatin 20 mg/24 jam
n.8.Lanzoprazole 60 mg/24 jam
E (Events)
Pada tanggal 31 Juli 2017, 14 jam sebelum masuk rumah sakitsetelah
pulang dari lembur bekerja kurang lebih pukul 21.30,, klien merasakan
dadanya terasa sedikit nyeri namun belum muncul sesak. Setelah selesai
mandi, kira-kira 12 jam sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan
nyeri dada dan sesak napasnya bertambah, klien meminta isterinya untuk
memasangan memberikan oksigen tambahan sebesar 3 ltr/menit sampai
klien tertidur, sampai keesokan paginya kira-kira 6 jam sebelum masuk
rumah sakit, sesak napas sedikit berkurang, namun nyeri dada masih
menetap. Klien memutuskan untuk ijin dari kerja dan beristirahat di
rumah. Namun pada pukul 12.00Kemudian 1 jam sebelum masuk rumah
sakit, nyeri dada dan sesak bertambah sehingga klien dan isterinya segera
memeriksakan diri di RSDK Kariadi semarang mendapatkan tindakan
medis pada pukul 13.05 WIB.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah, tidak berdaya., dan belum sadarkan
diri. Commented [KK3]: Diatas kesadaran komposmentis? Knp tidak
sadarkan diri?
Kesadaran : Komposmentis, GCS : E4M5V6
Vital sign :
TD : 85/65 mmHg
HR : 74 kali/menit
RR : 30 kali/menit
Suhu : 36,70C
Pengkajian Nyeri dada metode OPQRST :
1) Onset : Nyeri dimulai sejak 12 jam sebelum masuk rumah
sakit
2) Provokasi : Klien pulang dari lembur kerja dan tiba-tiba
dadanya terasa nyeri, dan tidak lama kemudia diikuti sesak
napas. Sesak berkurang saat tidak beraktifitas.
3) Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan menetap
4) Radiation : Nyeri pada bagian dada sebelah kiri, tidak
menjalar ke bagian tubuh yang lain
5) Severity : Nyeri berada pada skala 4 setelah diberikan nasal
kanul berkurang menjadi skala 3
6) Time : Nyeri menetap kurang lebih selama 142 jam
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala messochepal, persebaran rambut
merata, rambut sebagian besar sudah beruban, kulit
kepala bersih dan tidak ada lesi, jejas atau
perdarahan.
Palpasi : Tidak terkaji
b. Telinga
Inspeksi : Lesi/jejas (-), perdarahan (-), alat bantu dengar (-),
serumen (-).
Palpasi : Tidak terkaji
c. Mata
Inspeksi : Mata simetris (+), sklera ikterik (-), konjungtiva
anemis (-)
Palpasi : Tidak terkaji
f. Leher
Inspeksi : Jejas/lesi (-), tidak nampak benjolan pada leher
Palpasi : Tidak terkajiJVP : 5 + 2 cm H2O
h. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikular garis
sinistra, HR : 78 kali/menit, irama regular.
Perkusi : Terdengar suara pekak sepanjang batas atas ICS 3,
batas bawah ICS -5, tepi kanan jantung pada linea
sternalis kanan sekitar 1,5 jari dari sternum, tepi
kiri jantung berada pada mid clavicula kiri sekitar
4 jari dari sternum toraks sinistr.a
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, gallop (-), mur-mur (-)
i. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, jejas/lesi (-), stria (-), massa (-),
asites (-), umbilicus tidak menonjol
Auskultasi : Bising usus 15 kali/menit
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), distensi abdomen (-)
Perkusi : Timpani di area gaster, pekak di area hepar.
j. Genetalia
Tidak terpasang kateter.
k. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Capilary refill 2 detik, turgor kulit tidak elastic, kulit lembab,
akral hangat, telapak tangan dan kaki lembab, pucat (+), edema (-
), lesi/jejas (-), kekuatan otot 5|5
Ekstremitas Bawah
Capilary refill 2 detik, turgor kulit tidak elastic, kulit kering, akral
teraba dingin, telapak tangan dan kaki pucat (-), edema (-),
lesi/jejas (-), kekuatan otot 5|5
Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
Interpretasi EKG
Irama : Reguler
HR : 300/3 = 100 x/menit
Axis :
R-S di lead 1 : 5-1 = 4 (sumbu x)
R-S di lead AvF : 7-1 = 6 (sumbu y)
Derajat axis : 45°
T Inverted : -
ST depresi : lead I, III, avF
ST elevasi : -
Q patologis : -
PR interval : 5 x 0,04 = 0,20 detik
M Shape : -
Disritmia lain
Kesimpulan akhir : normal sinus rhytm dengan normal axis, HR : 100
x/menit.
Pemeriksaaan Laboratorium tanggal 1 Agustus 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.3 g/dL 13.00-16.00
Hematokrit 42.4 % 40-54
Eritrosit 4.7 10^6/uL 4.4-5.9
MCH 30.4 Pg 27.00-32.00
MCV 90.2 fL 76-96
MCHC 33.7 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 9.5 10^3/uL 3.8-10.6 H
Trombosit 241 10^3/uL 150-400
RDW 13.1 % 11.60-14.80
MPV 9.5 fL 4.00-11.00
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 99 mg/dL 80-160
Asam Laktat - mmol/L 0.4-2.0 H
SGOT - U/L 15-34 H
SGPT - U/L 15-60 H
Albumin - g/dL 3.4-5.0 L
Ureum 33 mg/dL 15-39
Kreatinin 1.2 mg/dL 0.6-1.30
Magnesium 0.80 mmol/L 0.74-0.99
Kalsium - mmol/L 2.12-2.52 L
Elektrolit
Natrium 138 mmol/L 136-145 L
Kalium 3.9 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 98 mmol/L 98-107
BGA KIMIA
0
Temp 36.8 C
FiO2 32 %
pH 7.473 7.37-7.45
pCO2 35.8 mmHg 35-45 L
pO2 24.3 mmHg 83.0-108.0 LH
pH (T) 7.399 7.35-7.45
pCO2 (T) 35.5 mmHg L
pO2 (T) 24.0 mmHg LH
HCO3- 26.5 mmol/L 18-23 HL
TCO2 27.6 mmol/L
BEecf 2.6 mmol/L
BE (B) 3.5 mmol/L -2-3 HL
SO2c 48.2 % 95-100
A-aDO2 162.2 mmHg
RI 6.7
KOAGULASI
Plasma Prothrombin Time (PPT)
Waktu Prothrombin - detik 9.4-11.3
PPT Kontrol - detik
Partial Thromboplastin Time (PTTK)
Waktu Thromboplastin - detik 27.7-40.2 H
APTT Kontrol - detik
INR -
D-Dimer Kuantitatif - mg/dL 0-500
Titer Fibrinogen/Fibrinogen Kuantitatif - mg/dL 154.3-397.9
Terapi
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi dan Cara Kerja Kontra Indikasi Efek Samping
RL 1000 ml 42 ml/24 jam Parenteral Resusitasi, suplai ion bikarbonat, Hipernatremia, kelainan ginjal, Edema jaringan pada penggunaan
asidosis metabolik kerusakan sel hati, asidosis laktat volume yang besar, biasanya paru-paru
Dobutamin 5 mg/kgBB/mnt Parenteral Membantu inotropik miokardium Efek samping yang timbul pada
pada terapi gagal jantung dasarnya adalah tergantung pada dosis
kongestif akut atau syok dan sebaiknya dosis dikontrol dengan
kardiogenik. Setelah pemberian Dobutamine dikontraindikasikan mengurangi kecepatan infus.
secara intravena, mula kerja pada pasien dengan stenosis Dobutamine hampir sempurna
dobutamine timbul dalam waktu subaorta hipertrofik idiopatik dieliminasi dalam waktu 10 menit,
2 menit. Konsentrasi plasma atau pada pasien yang diketahui efek samping yang timbul akan segera
puncak dan efek obat terjadi hipersensitif terhadap obat atau hilang dengan cara pengurangan dosis
dalam waktu 10 menit setelah bahan-bahan yang terdapat di atau penghentian infus. Mual, sakit
pemberian awal infus hintravena. dalam formula. kepala, palpitasi, sesak nafas, dan
nyeri dada pernah dilaporkan sebagai
efek samping yang paling umum
terjadi.
B. ANALISA DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. D (56 th)
No RM : B438031
Ruang Rawat : IGD RSDK Semarang
No Data Masalah Etiologi TTD
1. Data Subjektif : Penurunan Curah Perubahan preload dan afterload Rena
- Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak Jantung kontraktilitas jantung Tomy Commented [KK6]: Data yang mendukung etiologi mana?
napas saat sejak 142 jam sebelum masuk rumah sakit Anif
- Pasien mengatakan sesak napasnya sering kambuh bila Agnes
beraktifitas terlalu berat
- Pasien mengatakan mendapat pesan dari dokter saat
kontrolr di poliklinik RSDK untuk mengurangi
konsumsi air, sebanyak sebanyak 800 cc perhari sejak
1 bulan yang lalu.
- Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak usia 30 tahun Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Data Objektif :
- Dipsnea (+), skala dipsnea ringan : (1) Formatted: English (United States)
-
- RR = 30 x/menit
- Pengkajian nyeri dada metode OPQRST : Commented [KK4]: Data nyeri knp masuk pada diagnose
a. Onset : Nyeri dimulai sejak 12 jam sebelum penurunan curah jantung? Data yang mendukung curah jantung
masuk rumah sakit campur aduk, ada dispneu, dll
b. Provokasi : Klien pulang kerja dan tiba-tiba
dadanya terasa nyeri diikuti sesak napas
c. Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
menetap
d. Radiation : Nyeri tidak menjalar ke bagian
tubuh yang lain
e. Severity : Nyeri berada pada skala 4 setelah
diberikan nasal kanul berkurang menjadi skala
3
f. Time : Nyeri menetap lebih selama 12 jam
- TD = 85/65 mmHg
- N = 74 x/menit
- Hasil pemeriksaan EKGEKG abnomal dengan hasil Commented [KK5]: Tidak ada di pemeriksaan penunjangnya,
bacaan nonspesific ST and T wave lakukan interpretasi EKG sesuai dengan langkah langkahnya
2. Data Subjektif : Ketidakefektifan pola NyeriPerubahan membrane Rena
- Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak napasGangguan alveolar-kapiler Tomy Commented [KK7]: Data yang mendukung etiologi tidak
napas saat sejak 142 jam sebelum masuk rumah Pertukaran Gas Anif nampak
sakit Agnes
Data Objektif :
- Pasien tampak lemah
- Dipsnea, dipsnea rimgan (derajat 1)
- Napas cepat dan dangkal
- RR = 30x/menit
- Spa02 = 94%
Akral teraba dingin Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" +
- Indent at: 0.5"
- Pengkajian nyeri Formatted: English (United States)
Onset : Nyeri dimulai sejak 12 jam sebelum
Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" +
masuk rumah sakit Indent at: 0.5"
Provokasi : Klien pulang dari lembur kerja dan
tiba-tiba dadanya terasa nyeri, dan tidak lama Formatted: English (United States)
kemudia diikuti sesak napas. Sesak berkurang Formatted: Font: 10 pt
saat tidak beraktifitas. Formatted: Normal, Justified, Indent: Left: 0.55", Line
Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan spacing: single, No bullets or numbering
menetap
Radiation : Nyeri pada bagian dada sebelah kiri,
tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain
Severity : Nyeri berada pada skala 4 setelah
diberikan nasal kanul berkurang menjadi skala 3
- Time : Nyeri menetap kurang lebih
selama 14 jamHasil AGD :
a. pH = 7.473
d. BE = 3,5 mmol
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. D (56 th)
No RM : B438031
Ruang Rawat : IGD RSDK Semarang
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas 01/08/2017 01/08/2017 Formatted: Centered
jantung
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeriGangguan 01/08/2017 01/08/2017 Formatted: Centered
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
kapiler
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan curah jantung 01/08/2017 01/08/2017 Formatted: Centered
C. RENCANA INTERVENSI
Tabel 7. Rencana Intervensi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
1. 1 Agustus Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
2017 jam berhubungan dengan selama 1x4 jam, penurunan curah jantung a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
berapa? perubahan preload dan dapat teratasi, tanda vital dalam batas durasi)Batasi asupan cairan klien Commented [KK9]: Intervensi tidak sesuai dengan kriteria
afterloadahan kontraktilitas normal dan bebas gejala gagal jantung, a. hasilnya
jantung output urine adekuat dengan kriteria hasil : b. Batasi aktivitas klien Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Tanda vital dalam rentang normal b.c. Monitor status cardiovaskuler
(tekanan darah, nadi, respirasi) c.d. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
Dapat mentoleransi aktivitasas output (bradikardi, takikardi, peningkatan jvp, Commented [KK8]: Pernafasan masuk mana? Penurunan CO?
Pola pernafasan baik oliguria, peningkatan atau penurunan tekanan darah, atau pertukaran gas?
Tidak ada penurunan kesadaran bunyi jantung tambahan s3 dan s4, akral dingin, CRT
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
> 3, SpO2 < 95%)
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
d. Monitor status pernafasan.
e. Monitor Tanda-tanda vital
f. Kolaborasi pemberian terapi digitalis atau inotropik
e.
2. 1 Agustus Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management
2017 berhubungan dengan selama 1 x 4 jam, pola gangguan pertukaran a. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
nyeriGangguan pertukaran gas kliennapas efektif dapat teratasi, tidak b. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan
gas berhubungan dengan ada keluhan sesak napas atau penurunan nafas buatan
perubahan membrane respon napas, dengan kriteria hasil : c. Monitor respirasi dan status O2
alveolar-kapiler - RR klien 12-20 x/menitien dalam d. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
batas normal dengan metode OPQRST
- Skala nyeri berkTidak ada c.e. Kolaborasi pemberian analgesik Commented [KK10]: Dari awal tidak adaGas darah tidak dibuat
penggunaan otot bantu pernapasan kriteria?
- Klien tampak tidak cemasurang Respiratory Monitoring
menjadi 2 a. Monitor suara napas
- Akral teraba hangat b. Monitor pola napas
- SpO2 > 95%
3. 1 Agustus Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Activity Therapy
2017 berhubungan dengan selama 1 x 4 jam, klien dapat meningkatkan a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
penurunan curah jantung kemampuan beraktivitasnya, dengan kriteria merencanakan program terapi yang tepatBatasi aktivitas
hasil : fisik klien yang memperparah dipsneu
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
tanpa disertai peningkatan tekanan mampu dilakukandalam pemenuhan ADL selama di
darah, nadi, dan RR IGD
- Mampu melakukan aktivitas sehari- c. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.berikan
hari secara mandiriRR 12-20 edukasi kepada keluarga untuk membatasi aktivitas
x/menit klien dan membantu pemenuhan ADL di rumah.
- Tanda-tanda vital normal c.d. Monitor tanda-tanda vital klien
- Klien menyatakan sesak napas
berkurang setelah beraktivitas
D. IMPLEMENTASI
Tgl/ Jam No. Dx Implementasi Respon TTD
13.15 WIB 1,2,3 Memindah pasien ke label S: Tomy, Rena,
kuninghijau O: Anif, Agnes Commented [KK11]: Hujai atau kuning?
13.25 WIB 1 Mengevaluasi nyeri dada S: klien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak Tomy, Rena,
O: klien tampak memegangi dadanya Anif, Agnes
13.30 WIB 1,2,3 Memindah pasien ke label merah S:- Tomy, Rena,
O : menempatkan pasien di label merah karena Anif, Agnes
penurunan kesadaran Formatted: Indonesian
14.35 WIB 1,2,3 Berkolaborasi dengan tenaga medis S: keluarga klien mempersilahkan pemasangan Tomy, Rena,
dalam pemasangan infus Ringer cairan infus Anif, Agnes
Lactat pada klien O : klien terpasang cairan infus Ringer Lactat
15.15 WIB 1,2 Berkolaborasi dengan tenaga S: - Tomy, Rena,
medis dalam pemberian dobutamin O: pemberian Injeksi dobutamin 5 mcg/kgBB/menit Anif, Agnes
(inotropik) dengan syringe pump kecepatan 3,6 ml/jam telah Formatted: Indonesian
15.25 WIB 1 Memonitor tanda-tanda vital S:- Tomy, Rena, Formatted: Indonesian
jalan nafas yang baik (paten) O : RR : 25 x/menit, SpO2 : 95%jalan nafas tampak Commented [KK14]: Caranya?
baik
15.50 WIB 3 Membantu klien mengidentifikasi S: klien sedikit demis sedikit sudah mampu leluasa Tomy, Rena,
aktivitas yang mampu dilakukan menggerakan tangan dan kakinya Anif, Agnes
O: klien tampak lebih baik dari sebelumnya
16.00 WIB 1,2,3 Memonitor KU dan TTV S: klien mengatakan dirinya sudah lebih baik Tomy, Rena,
O: TD : 100/70 mmHg, RR 25 kali/ menit, Nadi : 85 Anif, Agnes
kali/ menit, SpO2 : 95%
16.15 WIB 3 Monitor respon fisik, emosi, sosial S ; klien mengatakan keadaannya sudah membaik Tomy, Rena,
dan spiritual klien O : klien tampak merasa lebih nyaman dan rileks Anif, Agnes
16.457.00 1,2,3 Memonitor KU dan TTV S: klien mengatakan dirinya sudah membaik dan Tomy, Rena,
WIB sudah bisa pulang Anif, Agnes
O: TD : 105/70 mmHg, RR 23 kali/ menit, Nadi : 85
kali/ menit,
17.00 WIB 1,2,3 Mengedukasi pasien dan keluarga S : klien dan keluarga mengatakan memahami Tomy, Rena, Formatted: Indonesian
untuk membatasi aktivitas klien tentang manfaat pembatasan aktifitas pada klien Anif, Agnes
dan membantu klien dalam O : klien dan keluarga kooperatif selama edukasi
pemenuhan kebutuhan ADL klien
Tidak teridentifikasi factor pencetus sesak nafas dan nyeri dada pasien? Sehingga bisa untuk menegakkan diagnose utk
manajemen perawatannya dirumah
Evaluasi
1 1 Agustus 2017 Penurunan curah S: klien mengatakan bahwa sudah membaik dan sesak Tomy Formatted: Line spacing: Multiple 1.15 li
Jam 17.05 WIB jantung berhubungan napas sudah berkurang lebih baik dan sudah bisa Rena Formatted: Line spacing: Multiple 1.15 li
preload dan O: aliran pola nafas membaik :, hasil EKG abnomal Agnes Formatted: Font: 12 pt
P : Intervensi dilanjutkan
2 1 Agustus 2017 Ketidakefektifan pola S: klien mengatakan sudah membaik dan nyeri dada Tomy Formatted: Font: 12 pt
Jam 17.05 WIB napas berhubungan klien berkurang Rena Formatted: Line spacing: Multiple 1.15 li
nyeriGangguan Onset : Nyeri dimulai sejak 12 jam sebelum masuk Agnes Formatted: Font: 12 pt
berhubungan dengan Provokasi : Klien pulang dari lembur kerja dan Formatted: Font: 12 pt
tiba-tiba dadanya terasa nyeri, dan tidak lama
perubahan membrane
kemudian diikuti sesak napas. Sesak berkurang saat Formatted: Font: 12 pt
alveolar-kapiler tidak beraktifitas.
Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
menetap
Radiation : Nyeri pada bagian dada sebelah kiri,
tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain
Severity : Nyeri berada pada skala 2
Time : Nyeri menetap kurang lebih selama 14
jamlebih baik dan sudah bisa pulang
O: klien lebih tenang, pola nafas membaik
TD : 100/70 mmHg, RR 25 kali/ menit, Nadi : 85 kali/
menit, SpO2 : 95%TD : 105/70 mmHg, HR :
85x/menit, RR : 23x/menit
A: masalah belum teratasi
P : Intervensi dila njutkan
3 1 Agustus 2017 Intoleransi aktifitas S: klien mengatakan sudah mampu menggerakan Tomy Formatted: Line spacing: Multiple 1.15 li
Jam 17.05 WIB berhubungan dengan tangan dan kakinya, klien mengatakan keadaannya Rena Formatted: Font: 12 pt
Sekitar 14 jam sebelum masuk rumah sakit, setelah pulang dari lembur
bekerja kurang lebih pukul 21.30, klien merasakan dadanya terasa sedikit nyeri
namun belum muncul sesak. Setelah selesai mandi, klien merasakan nyeri dada dan
sesak napasnya bertambah, klien meminta isterinya untuk memasangan oksigen
tambahan sebesar 3 ltr/menit sampai klien tertidur, sampai keesokan paginya sesak
napas sedikit berkurang, namun nyeri dada masih menetap. Klien memutuskan
untuk ijin dari kerja dan beristirahat di rumah. Namun pada pukul 12.00 nyeri dada
dan sesak bertambah sehingga klien dan isterinya segera memeriksakan diri di
RSDK Kariadi semarang mendapatkan tindakan medis pada pukul 13.05 WIB. Dari
hasil pengkajian didapatkan hasil GCS E4M5V5 dengan kesadaran composmentis,
Jalan napas klien bersih, tidak terlihat adanya sumbatan, Dipsnea (+), napas cepat
dan dangkal (+) penggunaan otot bantu pernafasan (-), retraksi intercostal (-),
pernafasan cuping hidung (-), suara dasar napas vesikuler, TD : 85/65 mmHg, HR
: 74 kali/menit, capillary refill 3 detik, SpO2 : 94%, telapak tangan dan kaki pucat
(+), konjungtiva anemis (-) serta Suhu tubuh klien 36,70C, tidak terdapat jejas atau
cedera lain di tubuh klien.
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan
tubuh (Smeltzer & Bare, 2010). Congestive heart failure (CHF) merupakan
keadaan patofisiologi yaitu jantung tidak stabil untuk menghasilkan curah jantung
yang adekuat sehingga perfusi jaringan tidak adekuat dan atau peningkatan tekanan
pengisian diastolic pada ventrikel kiri sehingga tekananpada kapiler paru meningkat
(Brashers, 2008).
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang
terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan
penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu
ditemukan gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal
dyspnea, Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer. Kematian pada CHF Aritmia dan
gangguan aktivitas, serta gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala,
mimpi buruk sampai delirium.
Berdsarkan tanda dan gejala yang dialami oleh Tn.D mengarah pada CHF
NHYA III. Hal ini sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan oleh dokter yaitu Tn.
D menderita CHF NHYA III. Berdasarkan hasil pengkajian, dapat diambil masalah
keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload-
afterload. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan curah
jantung. Tindakan keperawatan yang diberikan pertama kali adalah pemberian O2
masker sebanyak 3 liter per menit serta memberikan posisi semifowler 300.
Selanjutnya karena pasien tiba-tiba mengalami penuruna kesadaran, maka dibawa
ke ruangan label merah. Tindakan selanjutnya yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan jantung klien maka dilakukan perekaman jantung EKG, setelah tindakan
perekaman jantung EKG selesai klien mulai sadar. Intervensi selanjutnya dipilih
untuk mengatasi gejala yang muncul yakni shock management dengan kolaborasi
pemasangan IV line, pengambilan sampel darah, serta dilakukan resusitasi cairan
menggunakan Ringer Laktat sebanyak 1000ml untuk mengatasi shock yang
dialami, RL dipilih sebagai cairan resusitasi, suplai ion bikarbonat, asidosis
metabolik. Diberikan intervensi kolaborasi pemberian Dobutamin 5 mg/kgBB/mnt
untuk mengatasi masalah klien. Dobutamin digunakan untuk membantu inotropik
miokardium pada terapi gagal jantung kongestif akut atau syok kardiogenik. Setelah
pemberian secara intravena, mula kerja dobutamine timbul dalam waktu 2 menit.
Konsentrasi plasma puncak dan efek obat terjadi dalam waktu 10 menit setelah
pemberian awal infus hintravena.
Setelah dilakukan penanganan pertama di IGD, didapatkan hasil kesadaran
baik, kondisi hemodinamik klien mulai stabil dengan TD : 105/70 mmHg, RR 23
kali/ menit, Nadi : 85 kali/ menit. Klien mengatakan dirinya sudah membaik dan
meminta dirinya agar untuk bisa pulang. Setelah dilakukan komunikasi dengan
dokter penanggung jawab pasien, akhrnya pasien tersebut diizinkan untuk pulang
namun dengan catatan harus diberikan dahulu pendidikan kesehatan tentang
penyekait klien yaitu CHF dan terapi rehabilitasi jantung klien sebagai program
rutin bagi pasien CHF selama menjalani perawatan dirumah Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widagdo F, Karim D dan Novayellinda R, dimana
perawat perlu untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang
menyebabkan kejadian rawat inap ulang pada pasien CHF agar angka kejadian
rawatinap ulang dapat berkurang. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh
Yenni E, Sofiana N dan Sabrian F bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
kemampuan (kepatuhan) sebelum dan sesudah diberikan diberikannya pendidikan
kesehatan. Maka dari hal tersebut harapannya setelah dilakukan pendidikan
kesehtan pada pasien Tn.D sebelum pulang kerumah dapat memberikan
pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan klien.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
AHA, (2012). Heart disease and stroke statistic. Diperoleh pada tanggal 08 Juni
2014 darihttp://ahajournal.org.com.
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Edisi 8.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2006. Diakses pada
tanggal 6 Agustus 2017.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20I
n donesia%202008.pdf
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
AHA, (2012). Heart disease and stroke statistic. Diperoleh pada tanggal 08 Juni
2014 darihttp://ahajournal.org.com.
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Edisi 8.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2006. Diakses pada
tanggal 6 Agustus 2017.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20I
n donesia%202008.pdf
Figueroa, Michael, et.al. Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology,
Therapy, and Implications for Respiratory Care. Respiratory Rate 2009;51
(4) :403– 412.
Gaziano, T.A., Gaziano, J.M., 2008. Epidemiology of Cardiovascular
Disease. In: Fauci, A.S., et al., eds. Harrison’s Principles of Internal