PENDAHULUAN
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “ pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “ pesan” tersebut
menjadi suatu tindakan.
Kelenjar gonad adalah testis pada pria dan ovarium pada wanita. Kelenjar ini
mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin , testis menghasikan
hormon seks yaitu androgen dan sperma , sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron untuk memproduksi sel telur.
Gonat dan kelenjar-kelenjar asesoris pada waktu lahir mempunyai ukuran yang lebih
kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas , kelenjar gonad menjadi aktif dan sifat kelamin
sekunder mulai nampak. Selain itu, juga terjadi peningkatan sekresi gonadotropi (FSH dan
LH ) yang merangsang perkembangan dan reproduksi kelenjar gonad . peningkatan sekresi
(FSH dan LH) disebabkan oleh kepekaan hipotalamus terhadap inhibisi (hambatan) streroid
menurun.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Tubulus seminiferus terdiri dari lapisan luar berupa jaringan ikat dan otot polos,
dekelilingi oleh lapisan dalam yang mengandung sel Sertoli. Tertanam dan di antara sel-sel
Sertoli terdapat sel germinal yang memproduksi spermatozoa. Spermatozoa dilepaskan
kedalam lumen tubulus dan disimpan di bagian ekor epididimis. Sel Leydig, yang disebut juga
sel interstisial, terletak diantara tubulus-tubulus seminiferus dan mensekresi testosteron.
1. Varikokel. Varikokel merupakan varises yang terjadi pada testis. Penderita varikokel
akan merasa ada cacing di testisnya ketika berdiri, tetapi akan hilang ketika duduk.
Kondisi ini adalah pembesaran pembuluh darah vena( pleksus pampiniformis). Bila katup
dalam pembuluh darah tidak berfungsi baik, maka darah akan berkumpul di tempat-
tempat yang tidak seharusnya.
2. Epididymitis. Epididymitis biasanya dipicu oleh infeksi baik yang ditularkan melalui
hubungan intim maupun bukan. Gejalanya antara lain pembengkakan pada testis, demam
dan jika dibiarkan lama-kelamaan akan bernanah.
3. Hernia inguinalis. Hernia umumnya ini terjadi di bagian jaringan lemak atau usus,
seringkali di dinding perut. Jika testis terasa sakit, ini merupakan pertanda orang
menderita hernia inguinalis tidak langsung, yang terjadi di dekat paha. Karena hernia
mengambil rute yang sama dengan desensus testis.
4. Kanker testis. Sekitar 10 persen penderita kanker testis mengalami gejala yang cukup
menyakitkan, testis terasa tidak nyaman dan berat, bahkan terlihat lebih besar dan
bengkak.
5. Torsi testis Torsi testis merupakan suatu keadaan yang mana saluran spermatika
terpuntir sehingga terjadi gangguan dalam mendapatkan alirasn darah ke testis. Ini
merupakan keadaan darurat dan jika tidak segera mencari pertolongan, pria bisa
kehilangan testisnya.
6. Hipogonadisme Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan
dapat dilakukan dengan terapi hormon.
7. Kriptorkidisme : Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk
turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat
ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang
terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
8. Uretritis : Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan
sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis
adalah Chlamydia trachomatis,Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
9. Prostatitis Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan peradangan
pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menghambat uretra sehingga
timbul rasa nyeri bila buang air kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti
Escherichia coli maupun bukan bakteri.
10. Epididimitis Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
11. Orkitis Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
12. Anorkidisme Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau
tidak ada sama sekali.
13. Hyperthropic prostat Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang
biasanya terjadi pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
14. Kanker prostat Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat. Menimbulkan
banyak kematian pada pria usia lanjut.
15. Impotensi Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi
penis pada pada hubungan kelamin yang normal.
16. Infertilitas (kemandulan) Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas
dapat disebabkan faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas
didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan
oleh:
- Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar radio aktif, terkena
racun, infeksi, atau gangguan hormone
- Tersumbatnya saluran sperma
- Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit
Pada kasus yang ringan, agar tidak terjadi nyeri testis pada saat berjalan jauh,
sebaiknya kenakan pakaian yang tepat agar dapat membantu mencegah sakit pada testis
ketika berjalan jauh. Bila keluhan belum ada perbaikan, sebaiknya anda memeriksakan
diri ke dokter yang berpraktek di dekat tinggal anda agar dapat menyingkirkan kondisi
yang berbahaya.
BAB III
KONSEP TEORI
3.1 Definisi
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar
dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan
mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat
ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat
menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala lainnya.
Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat,
tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan
sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara keganasan sistem urogenitalia pada
pria. Tumor ini menyerang pasien yangberumur di atas 50 tahun, diantaranya 30%
menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80 tahun. Kanker ini
jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun
Kanker prostate adalah kanker yang paling umum pada pria (selain kanker kulit
nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat
kanker pada pria Amerika yang berusia lebih dari 55 tahun.
Kanker prostate adalah kanker yang paling prevalen secara keseluruhan insidennya
hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian sekitar tiga kali lebih
tinggi.
3.2 Etiologi
1. Predisposisi genetic
Kemungkinan untuk menderita kanker prostate menjadi dua kali jika saudara
laki-lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima kali jika
ayah dan saudaranya juga menderita.
2. Pengaruh hormonal
Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia
lanjut.
3. Diet
Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang, daging
merah dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostate.
Beberapa nutrisi diduga dapat menurunklan insidens kanker prostate, adalah
Vitamin A, Beta karoten, Isoflavon atau Fitoestrogen yang banyak terdapat pada kedelai,
likofen (anti oksidan karotenoit yang banyak terdapat pada tomat). Selenium (terdapat
pada ikan laut, daging, biji-bijian), dan vitamin E.
4. Pengaruh lingkungan
Kanker prostate lebih banyak diderita oleh bangsa afrika amerika yang berkulit
hitam dari pada kulit bangsa putih. Pada penelitian yang lain didapatkan bahwa bangsa
asia (cina dan jepang lebih sedikit menderi penyakit ini).
3.3 Patofisiologi
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga
sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara
hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses
diferensiasidan proliferasi sel. Diferenaiasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel
kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan
serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)
3.4 Manifestasi Klinik
Kanker prostate pada tahap awalnya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang
terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut. Jika
neoplasma cukup besar untuk menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan tanda
obstruksi urinarius terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urin, dan
penurunan ukuran serta kekuatan aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan dengan
metastasis mencakup sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada perineal dan
rektal, anemia, penurunan berat badan, kelemahan, mual dan oliguria (penurunan
keluaran urin). Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang uretra atau
kandung kemih atau keduanya. Sayangnya, hal ini mungkin menjadi indikasi pertama
yang jelas dari kanker prostate.
3.5 Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli
penuh / kosong )
b. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin
kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan
“Ballottement”.
c. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.
2. Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa
rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan
melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat
jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas
dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :
3.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan menggunakan
radiasimaupun pembedahan berupa :
a. Gangguan ereksi (impotensi)
b. Perdarahan post operasi
c. Anastomosi striktur pada perineal prostatectomy
d. Urocutaneus fistula (perineal prostatectomy)
e. Hernia perineal (Perineal prostatectomy).
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Tuan SH berusia 70 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 26 juli 2014 tanpa surat
pengantar. Pasien merasa nyeri saat BAK, pasien tidak dapat menerangkan nyeri akan, saat, atau
setelah BAK. Pasien mengatakan BAK anyang-anyangan (sering, sedikit-sedikit, seperti ada
yang tersisa dan tidak puas). Harus mengejan jika BAK. Urin pasien berwarna kemerahan, tidak
pernah keruh, tidak pernah keluar batu. Jika malam kadang terbangun untuk BAK. Dalam
semalam dapat BAK 4 kali. Hal ini dirasakan sudah lama, pasien tidak ingat.
4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. SH
Umur : 70 Tahun
Alamat :Ds. Pulorejo, Kec. Tembelang, Kab. Jombang
Pendidikan : SD
Status pernikahan :Menikah
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
SukuBangsa :Jawa
Tanggal MRS :26 Juli 2014
B. Anamnesa
Keluhan Utama
Sulit buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD BRSD Setjonegoro Wonosobo tanpa surat pengantar. Pasien
merasa nyeri saat BAK, pasien tidak dapat menerangkan nyeri akan, saat, atau setelah
BAK. Pasien mengatakan BAK anyang-anyangan (sering, sedikit-sedikit, seperti ada
yang tersisa dan tidak puas). Harus mengejan jika BAK. Urin pasien berwarna
kemerahan, tidak pernah keruh, tidak pernah keluar batu. Jika malam kadang terbangun
untuk BAK. Dalam semalam dapat BAK 4 kali. Hal ini dirasakan sudah lama, pasien
tidak ingat.
Pasien merasa nyeri perut sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Nyeri perut diasakan di
semua region abdomen dan menjalar sampai kedua pinggang. Sejak 2 hari sebelum
masuk RS nyeri semakin hebat dan tidak bisa BAB. Pasien merasa tidak bisa BAB pagi
hari sebelum masuk RS. Pasien pernah berobat ke dokter tapi keluhan hanya hilang
sementara. Pasien tidak tahu jenis obat-obatan apa saja yang didapat dari dokter. Pasien
tidak merasa mual maupun muntah. Pasien tidak merasa panas.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat trauma pada abdomen dan alat genital sebelumnya disangkal
b. Riwayat sesak nafas dan bengkak di muka, perut, kaki dan tangan disangkal
c. Riwayat hipertensi disangkal
d. Riwayat minum jamua-jamuan disangkal
e. Riwayat penyakit serupa seperti ini sirasakan sejak lama (>1 tahun)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang serupa dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik
A. Tanda – Tanda Vital
Suhu : 38°C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Tekanan Darah : 112/88
Nadi : 80 x/mnt
HR : 80 x/mnt
B. Pemeriksaan Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : Tidak ada nafas cuping hidung, Tidak ada secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, sianosis (-), perdarahan (-)
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar Limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : Dada Simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler.
b. Kardiovaskuler dan limfe
Wajah
Inspeksi : Tidak pucat, tidak anemis, Tidak sianosis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis normal,
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : bunyi jantung pekak
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 reguler, tidak ada S3 murmur, tidak ada S4
gallop, Suara nafas ronchi (-), wheezing (-), gargling (+), krepitasi (-), Sonor.
c. Persyarafan
Anamnesa
Pasien tidak sesak nafas
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu putih.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Saat klien diminta membuka mulut dan bersuara “aaaa” dan diketukkan palu
reflek di garis tengah dagu klien menutupkan mulut dengan tiba – tiba
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup,
bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien tidak terganggu.
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah.
3 3
Kekuatan otot
5 5
g. Sistem endokrin dan eksokrin
Anamnesa
Klien merasa lemah, pandangan tidak kabur, berat badan menurun.
Kepala
Inspeksi : tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : tidak ada edema.
h. Sistem reproduksi
Laki-laki
Payudara
Inspeksi :-
Palpasi :-
Axila
Inspeksi :-
Palpasi :-
Genetalia
Inspeksi : Ada oedem
Palpasi : Ada nyeri tekan
i. Persepsi sensori
Anamnesa
Tidak Ada penurunan tajam penglihatan,
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal jernih,
sklera putih
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa
kanina
3.2 Analisa Data Pasien
(NANDA-I)
Skala Nyeri :8
Diagnostic
3.4 Implementasi
No. diagnose
masalah Tgl/jam Tindakan Paraf
kolaboratif
Nyeri Akut 18-04- 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
2015/ komprehensif termasuk lokasi,
07.00 karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, kekuatan nyeri dan faktor
presipitasi.
2. Melakukan observasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan,
terutama dalam ketidakmampuan
08.00 komunikasi secara efektif.
3. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien dan
09.00 menyampaikan penerimaan dari
respon pasien terhadap nyeri.
4. Mengkaji pengaruh budaya terhadap
respon nyeri.
5. Melakukan evaluasi pasca
pengalaman nyeri termasuk riwayat
individu dan riwayat keluarga
mengenai nyeri kronis atau
menimbulkan ketidakmampuan,
sesuai keperluan.
6. Melakukan evaluasi bersama pasien
dan tim pelayanan kesehatan tentang
keefektifan pengukuran kontrol pasca
nyeri yang dapat digunakan.
7. Membantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan.
8. Melakukan kontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien mengalami ketidaknyamanan
( suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan).
9. Mengurangi atau hilangkan faktor
yang menjadi presipitasi atau
peningkatan pengalaman nyeri
seperti ( ketakutan, kelemahan,sifat
membosankan, dan rendahnya
pengetahuan ).
10. Memilih dan implementasikan
berbagai pengukuran (farmakologi,
non farmakologi dan interpersonal)
untuk memfasilitasi penurunan nyeri.
11. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri ketika memilih strategi
penurunan nyeri. Anjurkan pasien
untuk memantau nyerinya sendiri dan
intervensi segera.
12. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi.
13. Memberikan penurun nyeri yang
optimal dengan resep analgetik.
14. Melakukan evaluasi keefektifan
pengukuran kontrol nyeri yang
dilakukan dengan pengkajian terus
menerus terhadap pengalaman nyeri.
15. Meningkatkan istirahat yang adekuat,
tidur untuk memfasilitasi penurunan
nyeri.
3.5 Evalusi
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kelenjar kelamin pada laki-laki adalah testis . Selain Sebagai organ endokrin, testis
merupakan organ reproduksi laki-laki. Fungsi dari testis sendiri yaitu untuk proses
spermatogenesis dan sebagai penghasil hormone testosterone . Sekresinya diatur oleh hormon
yang dihasilkan kelenjar hipofisis. Testosteron berfungsi untuk menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki.
Kelainan yang terjadi pada testis antara lain adalah :
a. Varikokel.
b. Epididymitis
c. Hernia inguinalis
d. Kanker testis
e. Torsi testis
f. Hipogonadisme
g. Kriptorkidisme
h. Uretritis
i. Prostatitis
j. Epididimitis
k. Orkitis
l. Anorkidisme
m. Hyperthropic prostat
n. Kanker prostat
o. Impotensi
p. Infertilitas (kemandulan)
5.2 Saran
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran, EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Price, S. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC