Latar Belakang
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang
menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun preparatif, ektraksi
pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit
namun seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat
diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ektraksi biasanya bersih dalam arti tak ada analog
kopresipitasi dengan suatu system yang terjadi ( Underwood, 1986, hal: 461)
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa peemisahan ini
dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus
atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida
atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat di transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan
dua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis
Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentang ekstraksi maka
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui metode pemisahan dan cara ekstraksi pelarut pada sampel bayam ?
2. Menentukan nilai presentasi kadar lemak yang terkandung dalam sampel daun bayam ?
C. Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari
suatu campuran homogeny menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponene-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair
merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut,
ektraksi cair-cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu
terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Misalnya idion sebagai
pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida.
dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida
yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida
yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam
pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001, hal: 340).
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna
sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat
ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar
terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah
terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa
homogen ikut menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Ekstraksi Cair, 2012).
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan
ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Kelarutan Pelarut sedapat
mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar atau kebutuhan pelarut lebih sedikit.
Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya secara terbatas
larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran. Bila beda kerapatannya kecil, seringkali
pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal. Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak
boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam
hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali
ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
dalam bentuk larutan. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang tidak dapat bercampur, ada satu hubungan
yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kali
memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut
akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding
konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1986, hal: 462).
Menurut Khopkar (2008, hal: 92) mekanisme reaksi di bagi atas tiga tahap, antara lain :
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3), Kloroform dikenal karena sering
digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap sedangkan
Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-
ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan
juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan
senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara
alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil (Aseton, 2012
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Selasa/16 April 2012
c. Pinset 1 buah
d. Bulp 1 buah
f. Corong 1 buah
k. Spritus 1 buah
m.
Gelas kimia 100 mL 2 buah
2. Bahan
a. Aseton ( CH3COCH3 )
b. Aquadest
c. Daun bayam
d. Kertas saring
e. Kloroform (CHCl3)
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1. Menimbang 5 gram daun bayam lalu menggerus dengan menggunakan lumpang dan mortal sampai
2. Memindahkan ekstrak sampel ke dalam corong pisah lalu menambahkan 5 mL kloroform dan
mengocoknya.
3. Mendiamkan sampel tersebut sampai terjadi pemisahan lalu mengeluarkan lapisan organiknya.
4. Menambahkan pelarut organik ke dalam lapisan ekstraknya sampai terbentuk pigmen warna dari sampel.
BAB IV
2fase (berwarna hijau) + aseton 2 fase (merah dan hijau) diuapkan ekstrak kental 2
fase hasil.
Bayam = 5 gram
= 3,42 gram
= 1,24 gram
= 0.8 gram
Persentasi kadar =
= 14,545 %
B. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penimbangan terhadap sampel daun bayam sebanyak 5 gram lalu
digerus sampai mengeluarkan ekstrak yang kental yang akan dijadikan sebagai ekstrak kemudian di
pindahkan ke dalam corong pisah, dimana corong pisah ini adalah alat utama yang digunakan untuk
melakukan esktraksi pelarut secara cair-cair. Setelah itu ditambahkan 5 ml kloroform, fungsi penambahan
kloloform adalah sebagai pelarut non polar dan merupakan larutan yang mudah menguap sehingga sampel
ekstrak tersebut tidak larut atau tidak beraksi dengan kloroform. Kemudian di kocok beberapa menit, fungsi
pengocokan ini agar larutan kloroform tersebut dapat bercampur dengan ekstrak kental dari daun bayam,
sehingga terbentuk 2 fase dari cairan tersebut. Diamkan beberapa menit agar terjadi dua pemisahan yaitu
lapisan organik dan lapisan ekstrak. Lapisan organiknya di buang sedangkan lapisan ekstraknya dituangkan
ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan dengan pelarut organik sampai terbentuk pigmen warna dari sampel
yang digunakan. Kemudian ditambahkan lagi 5 mL kloroform ke dalam ekstrak tersebut lalu dilakukan
dengan perlakuan yang sama seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu ditambahkan aseton ke
dalam ekstrak tersebut, fungsi dari penambahan aseton ini adalah sebagai pelarut polar terhadap ekstrak
sampel tersebut kemudian hasil ekstrak tersebut di uapkan dengan cara pemanasan agar larutan kloroform
yang ada dalam larutan tersebut habis menguap.
Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan ekstrak kental dengan dua fase yaitu pada penambahan
kloroform fase berwarna hijau dan pada penambahan aseton fase pada campuran tersebut berwarna hijau dan
merah, dimana fase yang berwarna hijau merupakan klorofil dan fase yang berwarna merah merupakan
santofil dari sampel tersebut. Dari perlakuan tersebut didapatkan ekstrak kental sebelum pemanasan sebesar
3,42 g dan ekstrak kental setelah pemanasan sebesar 1,24 gr dengan berat wadah yang ditempati sebesar 5,50
gr sehingga bobot ekstrak setelah penguapan sebesar 0,8 gr. Dengan demikan didapatkanlah Presentasi
kadar dari sampel daun bayam tersebut dimana sampel bobot ekstrak setelah penguapan dibagi dengan bobot
wadah yang digunakan dikali dengan 100 % adalah sebesar 14,545 %. Hal ini berarti dalam 5 gram sampel
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam metode pemisahan dengan cara esktraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan pemisahan
lapisan ekstrak dan organiknya dalam suatu sampel daun bayam dengan menggunakan corong pisah.
B. Saran
Saran dari percobaan ini sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan sampel daun pandan
atau daun ubi jalar agar dapat diketahui perbedaan warna dari sampel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA