Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran aliran fluida sangat penting dalam berbagai ragam penerapan,
mulai dari pengukuran laju aliran darah di dalam pembuluh darah manusia sampai
kepada pengukuran aliran oksigen cair di dalam roket.. banyak proses penelitian
dan proses industri yang bergantung pada pengukuran aliran fluida untuk
mendapatkan data-data penting untuk analisa. Dalam hal-hal tertentu, pengukuran
aliran memerlukan ketepatan yang sangat tinggi, sedang dalam hal-hal lain
mungkin pengukuran kasar saja sudah memadai. Pemilihan instrumen yang tepat
untuk sesuatu penerapan tertentu bergantung pada berbagai variabel, termasuk
diantaranya biaya. Pada berbagai operasi industri ketelitian pengukuran aliran
fluida berhubungan langsung dengan laba usaha. Contohnya yang sederhana
iyalah pompa bensin yang kita kunjungi sehari-hari atau meter air di rumah.
Tidaklah sulit memahami betapa suatu kesalahan kecildalam pengukuran aliran
pada pipa minyak atau pipa gas ukuran besar dapat berarti pebedaan ribuan dolar
pada suatu waktu tertentu. Demikianlah, bukan saja para ahli di laboratorium saja
yang berkepentingan dengan pengukuran aliran yang teliti, para insinyur di
industri pun sangat berminat tentang hal itu, disebabkan besarnya dampak
pengukuran aliran terhadap laba-rugi perusahaan.
Peranti pengukuran laju aliran biasanya memerlukan pengukuran tekanan
dan suhu secara teliti untuk menghitung keluaran instrumen itu. Laju aliran dapat
dinyatakan baik dalam satuan volume ataupun dalam satuan massa.
Dalam bab ini kita akan memberikan pembahasan umum mengenai
pengukuran aliran dan menunjukkan prinsip-prinsip operasi berbagai peranti yang
umum digunakan. Akan kita berikan pula metode-metode perhitungan yang
berhubungan dengan beberapa diantara peranti itu dan akan kita bahas pula
metode visualisasi aliran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud metode anjakan positif?
2. Bagaimana metode rintangan aliran?
3. Bagaimana tijauan praktis tentang meter rintangan?
4. Apa itu nosel sonik?
5. Bagaimana pengukuran aliran dengan efek seret?
6. Bagaimana cara kerja anemometer kawat panas dan anemometer film panas?
7. Bagaimana cara kerja meter aliran magnetik?
8. Bagaimana metode-metode visualisasi aliran?
9. Apa itu shadowgraph?
10. Apa itu schlieren?
11. Apa itu interferometer?
12. Bagaimana prinsip kerja doppler loser (LDA)?
13. Apa itu metode asap?
14. Apa itu kuat tekanan?
15. Bagaimana tekanan dampak dalam aliran supersonik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Anjakan Positif


Laju aliran zat cair yang tak mudah menguap, seperti air umpamanya,
dapat diukur dengan teknik penimbangan langsung, dimana bobot zat cair yang
dikumpulkan diukur dengan teliti. Laju aliran rerata (average) lalu dapat dihitung
dengan mudah. Ketelitian itu dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan waktu
interval yang lebih lama atau lebih teliti., ataupun dengan penimbangan yang
lebih tepat. Teknik penimbangan langsung biasa digunakan untuk kalibrasi meter
aliran air atau zat cair lain, dan karena itu dapat dianggap sebagai suatu teknik
kalibrasi yang standar. Metode ini tentu tidak cocok untuk pengukuran aliran
transien.
Meter aliran anjakan positif (positoive displacement flowmeter) pada
umunya dipakai dalam penerapan yang memerlukan ketelitian tinggi pada kondisi
aliran stedi (tunak). Contoh peranti anjakan positif ini ialah meter air rumah
tangga, yang skemanya terlihat pada Gambar II.1.

Gambar II.1 Skema meter piring-angguk


Meter ini bekerja dengan prinsip pring-angguk (nutating-disk). Air masuk
pada bagian kiri meter itu dan menekan piring yang terpasang secara eksentrik.
Agar zat cair dapat mengalir melalui meter itu, pring itu harus mengangguk-
ngangguk di seputar sumbu vertikal karena bagian atas dan bagian bawah piring
selalu dalam kontak dengan ruang tempat piring itu terpasang. Ruang masuk dan
keluar piring itu terpisah oleh suatu dinding sekat . volume zat cair yang mengalir
melalui meter itu terlihat dari jumlah anggukan piring. Penunjukan aliran
volumetrik diberikan melalui suatu sususnan roda gigi dan pencatat yang
dihubungkan dengan pring angguk. Meter piring angguka dapat digunakan untuk
pengukuran aliran dengan ketelitian 1 persen.
B. Metode Rintangan Aliran
Beberapa jenis meter aliran termasuk dalam kategori peranti rintangan atau
obstruksi (obstruction device). Peranti demikian sering disebut meter tinggi tekan
(head meter) karena disini dsebagai petunjuk tentang laju aliran digunakan
pengukuran kehilangan tinggi (head loss) atau penurunan tekanan (pressure
drop). Sekarang baiklah kita tinjau beberapa persamaan umum mengenai meter
rintangan.

Gambar II.2 Skema aliransatu dimensi


Perhatikan sistem aliran satu dimensi seerti terlihan pada gambar II.2.
hubungan kontinuitas untuk situasi ini adalah:
m = ρ1A1u1 = ρ2A2u2 (2.1)
dimana u ialah kecepatan. Jika aliran itu adiabatik atau tanpa gesek (frictionless)
dan fluida itu tak mampu mampat (incompressible), maka persamaan bernoulli
yang kita kenal dapat kita tuliskan,
p1/ ρ1 + u12/2gc = p2/ ρ2 + u22/2gc (2.2)
dimana sekarang ρ1 = ρ2. Bila persamaan (2.1) dan (2.2) diselesaikan secara
serentak kita dapatkan sebagai penurunan tekanan,
p1 - p2 = u22 ρ/2gc [1- (A1A2)2] (2.3)
dan laju alira volumetrik dapat kita tuliskan,
Q = A2U2 = A2/√1 − (𝐴2/𝐴1) 2 √2𝑔𝑐/ 𝜌2 (𝑝1 − 𝑝2) (2.4)
Dimana Q = ft3/s atau m3/s
A = ft2 atau m2
ρ = lbm/ ft3 atau kg/m3
p = lbf/ft2 atau N/m2
gc = 32,17 lbm . ft/lbf . s2 atau 1,0 kg . m/N . s2
jadi, kita lihat bahwa saluran seperti pada Gambar II.2 dapat kita gunakan untuk
pengukuran aliran, dimana kta hanya perlu mengukur penurunan tekanan (p1 – p2)
dan lalu menghitung aliran dari persamaan (2.4). namun tidak ada saluran
demikian yang tanpa gesek sama sekali, dan selalu saja ada kehilangan tekanan
dalam aliran itu. Laju aliran volumetrik yang dihitung dari persamaan (2.4) ialah
nilai ideal , dan biasanya behubungan dengan laju aliran nyata dan suatu koefisien
buang C oleh hubungan sebagai berikut.
Qnyata/Qideal = C (2.5)
Pada gambar II.3 terlihat tiga macam meter rintangan. Jenis venturi
mempunyai keunggulan dalam ketelitiannya yang tinggi dan penurunan
tekanannya yang kecil, akan tetapi dari segi biaya orifis (orifice) jauh lebih murah.
Baik nosel aliran (flow aliran) maupun orifis mempunyai penurunan tekanan
permanen yang relatif tinggi. Perhitungan laju aliran untuk ketiga jenis peranti
dapat dilakukan atas dasar persamaan (2.4) dengan menggunakan konstanta
empirik yang didefinisikan sebagai berikut.
M = faktor kecepatan masuk = 1/√1 − (𝐴2/𝐴1) 2 (2.6)
K = koefisien aliran = CM (2.7)
β = rasio diameter = d/D = √𝐴2/𝐴1 (2.7)
dengan demikian kita mempunyai persamaan semiempirik berikut, yang
secara konvensional berlaku untuk venturi, nosel atau orifis.
 Venturi, aliran tak mampu mampat
Qnyata = CMA2 √2𝑔𝑐/ 𝜌 √𝑝1 − 𝑝2 (2.8)
 Nosel dan orifis, aliran tak mampu mampat
Qnyata = KA2 √2𝑔𝑐/ 𝜌 √𝑝1 − 𝑝2 (2.9)
Dimana, Q = laju aliran volume, ft3/s atau m3/s
A = luas, ft2 atau m2
gc = 32,17 lbm . ft/lbf . s2 atau 1,0 kg . m/N . s2
ρ =densitas, lbm/ ft3 atau kg/m3
p = tekanan, lbf/ft2 atau N/m2
C. Tinjauan Praktis Tentang Meter Rintangan
Konstruksi meter rintangan sudah dibakukan oleh American of mechanical
engineers. Bagian-bagian tabung venturi yang disarankan terlihat pada gambar
II.3. perhatikan bahwa titik pengambilan tekanan dihubungkan dengan manipol
atau bahulipat yang mengelilingi bagian hulu dan bagian leher tabung itu.
Manipol ini menerima cuplikan tekanan dari sekeliling bagian itu sehingga di
dapatkan nilai rata-rata. Nilai-nilai yang lebih tepat untuk venturi bisa didapatkan
dengan jalan kalibrasi langsung, dalam hal ini ketelitian +-0,5 % dapat dengan
mudah dicapai.

Gambar II.3 Perbandingan ukuran-ukuran yang disarankan untuk tabung


venturi.
D. Nosel Sonik
Meter rintangan yang dibahas di atas dpat digunakan untuk gas. Bila laju
aliran cukup tinggi, diferensial tekanan menjadi sangat besar dan akhirnya kita
akan mendapat kondisi aliran sonik (sonic flow) pada luas aliran minimum. Pada
kondisi ini aliran kita katakan ‘tercekik’ (‘choked’), dan laju aliran mencapai nilai
maksimumnya pada kondisi masuk tertentu. Untuk gas ideal dengan kalor spesifik
konstan dapat dibuktikan bahwa rasio tekanan untuk kondisi cekik tersebut,
andaikan aliran isentropik, ialah:
(p1/p2)kritis = (2/γ + 1)γ/(γ-1) (2.10)
Rasio ini dinamakan rasio tekanan kritis (critical pressure ratio).
E. Pengukuran Aliran Dengan Efek Seret
Rotameter merupakan peranti pengukuran aliran lang palim lazim dipakai,
skemanya terlihat pada Gambar II.4.

Gambar II.4 Skema Rotameter


Aliran masuk melalui bagian bawah tabung vertiksl tirus (tapered) dan
menyebabkan bob atau ‘apung’ (float) bergerak ke atas. Bob itu akan naik ke
dalam tabung sampai pada titik di mana gaya seret (drag force) seimbang dengan
gaya bobot dan gaya apung (buoyancy). Posisi bob didalam tabung lalu diambil
sebagai penunjuk laju aliran. Peranti ini kadang dinamakan area meter karena
letak ketinggisn bob itu bergantung pada luas bidang anulus di antara bob dengan
tabung gelas tirus itu, akan tetapi meter itu sesungguhnya beroperasi atas dasar
prinsip fisik seret, dan karena itu meter ini kita masukkan dalam kategori ini.
F. Anemometer Kawat-Panas Dan Anemometer Film-Panas
Anemometer kawat-panas (hot wire anemometer) iyalah suatu peranti yang
banyak digunakan dalam penelitian untuk mempelajari aliran yang berubah cepat.
Sebuah kawat halus yang dipanaskan dengan listrik ditempatkan di dalam arus
aliran, dan karya king menunjukkan bahwa laju perpindahan kalor dari kawat iti
dinyatakan dalam bentuk:
q = (a + bu0,5)(Tw - T∞) (2.11)
dimana Tw = suhu kawat
T∞ = suhu arus beban fluida itu
u = kecepatan fluida
a,b = konstanta yang di dapatkan dari kalibrasi peranti itu
Pada waktu pengukuran, kawat panas itu dihubungkan dengan rangkaian
jembatan seperti pada gambar II.5.

Gambar II.5 Skema rangkaian pengukur aliran kawat panas

Arus ditentukan dengan mengukur penurunan tegangan melintas tahanan


standar Rs, dan tahana kawat ditentukan dari rangkaian jembatan. Untuk
pengukuran keadaan stedi boleh digunakan kondisi nol, sedang untuk pengukuran
transien dapat digunakan keluaran osolograf. Jika i dan R w telah ditentukan,
kecepatan aliran dapat dihitung dengan persamaan (2.11). Kuar (probe) kawat
panas banyak digunakan untuk pengukuran aliran transie, lebih-lebih pengukuran
fluktuasi turbulen. Konstanta waktu 1 ms bisa di dapatkan dengan kawat platina
atau wolfram dengan diameter 0,0001 in, beroperasi di dalam udara.
Bila kawat panas digunakan untuk pengukuran pola aliran yang berubah
cepat, respon transien daripada tahanan termal dan tahanan listrik kawat itu harus
diperhitungkan semuanya. Ada dua jenis kompensasi listrik yang digunakan
dalam praktek: (1) susunan arus tetap, dimana suatu tahanan besar dihubungkan
secar seri dengan kawat panas itu, dan rangkaian kompensasi termal dihubungkan
dengan teegangan arus bolak balik keluaran, dan (2) susunan suhu tetap, dimana
rangkaian kendali arus bolak balik ditambahkan untuk mengubah-ubah aru
sehingga suhu kawat hampir konstan selalu. Respon kawat itu bergantung pada
suhu yang dibuat kecepatan aliran dengan poros kawat dan untuk
memprhitungkan efek ini sudah ada teknik yang dikembangkan. Rasio panjang
dan diameter kawat (L/d) penting pula pengaruhnya pada prestasi kerja
pengukuran. L/d mempunyai kira-kira 50 untuk kawat panas yang khas.
Modifikasi metode kawat panas menyangkut penggunaan silinder-isolasi
kecil yang dilapisi dengan film logam tipis. Peranti ini di sebut kuar film panas
(hot-film probe) dan contoh skema kuar (tidak menurut skala) dutunjukkan pada
gambar II.6.

Gambar II.6 Konstruksi kuar film-panas khas


Unsur-unsur kuar yang ditunjukkan dalam gambar di atas, yaitu:
a. Kaki logam pemegang pengindra, yang berfungsi sebagai terminal listrik.
b.Lapisan epoksi
c. Ikatan emas untuk penghubung-penghubung listrik dan mekanik
d.Lapisan emas sepuh listrik, tebal kira- kira 5 µm
e. Tabung gelas, diameter kira-kira 25-100 µm
Kuar film panas sangat peka terhadap turun naiknya kecepatan fluida dan
sudah digunakan untuk pengukuran yang menyangkut frekuensi tinggi sampai
50.000 Hz. Untuk pengukuran seperti itu, diperlukan instrumentasi elektronik
yamg canggih.
G. Meter-Aliran Magnetik
Perhatikan aliran suatu fluida yang bersifat menghantar melalui medan
magnet seperti terlihat pada Gambar II.7.
Gambar II.7 Aliran fluida penghantar melalui medan magnet

Oleh karena fluida itu merupakan suatu konduktor yang bergerak di dalam
medan, akan terjadilah tegangan induksi sesuai dengan,
E = Blu x 10-8 V (2.12)
Dimana, B = densitas fluks magnet, gauss
U = kecepatan konduktor, cm/s
L = panjang konduktor, cm
Panjang konduktor sebanding dengan diameter tabung dan kecepatannya
sebanding dengan kecepatan aliran purata. Tegangan induksi dideteksi dengan dua
buah elektrode, dan dapat dianggap sebagai petunjuk langsung mengenai
kecepatan aliran. Ada dua jenis meter-aliran magnetik yang dipergunakan secara
komersial. Jenis pertama menggunakan pelapis pipa yang bersifat tak menghantar
dan digunakan untuk fluida berkonduktivitas rendah, seperti air. Elektrodenya
dipasang sedemikian rupa sehingga rata dengan pelapis tak menghantar itu dan
bersentuhan dengan fluida. Meter ini biasa menggunakan medan magnet bolak
balik karena kluarannya rendah dan memerlukan penguatan. Meter aliran jenis
kedua iyalah digunakan untuk fluida berkonduktivitas tinggi terutama logam cair.
Dlam hal ini digunakan pipa besi anti karat dengan elektrode yang dipasang
langsung dengan elektrode yang dipasang langsung di luar pipa dan berhadapan
secara diametris satu sama lain. Keluaran meter jenis ini sangat tinggi sehungga
dapat digunakan untuk memberikan bacaan langsung.
H. Metode-Metode Visualisasi Aliran
Visualisasi aliran dengan cara-cara optik memberikan keuntungan bahwa
bila hal itu dilaksanakan dengan baik, tidak terjadi perubahan arus aliran, dan
dengan demikian merupakan suatu alat tambahan bagi para pelaku eksperimen,
untuk digunakan bersama peranti pengukuran lainnya. Perhatikan medan aliran
gas dalam gambar II.8.

Gambar II.8 Evek optik dasar yang digunakan untuk visualisasi aliran

Aliran itu tegak lurus terhadap gambar itu, artinya dalam arah z. Akibat
adanya gradien atau landaian densitas, bekas sinar yang masuk dibelokkan
menurut sudut ɛ. Dapat dibuktikan bahwa sudut defleksi bila gradien densitas
kecil ialah:
ɛ = L/n1 (dn/dy)y=y1 = Lβ/ρs (dρ/dy)y=y1 (2.13)
diman L ialah lebar medan aliran, ρ densitas fluida setempat, ρs densitas rujukan
yang biasanya diambil pada kondisi standar dan n indeks refraksi.
I. Shadowgraph
Teknik bayangan merupakan suatu metode untuk melihat fenomena aliran
secara langsung. Bayangan suatu medan aliran seperti pada Gambar II.9 dengan
landaian densitas pada arah y.
Gambar II.9 Peranti visualisasi aliran shadowgraph

Berkas cahaya sejajar masuk bagian uji seperti pada gambar. Dalam daerah
dimana tidak terdapat gradien densitas, berkas cahaya itu akan berjalan lurus
melalui bagian uji atanpa ada defleksi (pembelokan). Untuk bagian-bagian dimana
terdapat landaian, berkas itu akan mengalami defleksi. Efek akhirnya ialh bahwa
berkas itu akan bergabung-gabung setelah meninggalkan bagian uji dan
membentuk bagian-bagian tereang dan gelap. Penerangan (iluminasi) bergantung
pada defleksi relatif (relative deflection) berkas cahaya itu, dɛ/dy, dan karena itu
pada d2ρ/dy2. Penerangan pada layar yang diletakkan di luar bagian uji, oleh
karena itu, bergantung pada turunan kedua densitas pada titik itu.
Shadowgraph ialh suatu alat optik yang sangat sederhana dan efeknya
terlihat pada berbagai fenomena sehari-hari dengsn mata telanjang dan
penerangan kamar. Lapisan-batas konveksi-bebas. Diatas plat panas tungku listrik
horizontal jelas terlihaat bila dilihat dari samping. Fenomena ini jelas kelihatan
karena gradien densitas yang terjadi karena pemanasan udara di dekat permukaan
panas. Pemotretan bayangan yang tidak dapat digukan untuk mengevaluasi
densitas lokal, akan tetapi shadowgraph sangat bermanfaat untuk melihat daerah
aliran turbulen, dan metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan lokasi
gelombang kejutan dengan ketepatan tinggi.
J. Schlieren

Gambar II.10 (a) Skema visualisasi aliran dengan schlieren, (b) perincian mata
pisau

jika densitas pad bagian uji seragam sama sekali, berkas halus cahaya
terlihat pada Gambar II.10, berkas halus yang berasal dari c mengalami defleksi
yang sama seperti bekas yang berasal dari d. Hal ini sesuai dengan pengamatan
bahwa semua berkas halus yang berasl dari bidang cd mengisi penuh bidang
bayangan b’a’. Sekarang perahtikan efek daripada suatu rintagan yang
ditempatkan pada bidang b’a’ dalam kondisi ini. Kita daapat langsung
menyimpulkan bahwa rintangan itu akan menyebabkan layar berkurang terang
dengan suatu faktor yang sebanding dengan luas bidang yang dipotong b’a’.
Umpamakan bahwa terdapat gradien densitas pada bagian uji bidang fokus
cd. Hal ini berarti bahwa semua berkas halus cahaya yang berasal dari bidang ini
tidak lagi akan mengisi penuh bidang bayangan b’a’. Jika, sekarang, kita
tempatkan suatu rintangan pada bidang b’a’, rintangan itu akan memotong sinar
yang berasal dari tempat-tempat tertentu lebih daripada dari tempat yang lain,
sehingga menimbulkan bagian-bagian terang dan gelap pada layar pada bidang 3.
Rintangan itu disebut mata pisau (knife edge), dan variasi iluminasi yang terjadi
pada layar disebut efek schlieren (schlieren effect).
K. Interferometer
Interferometer Mach-Zehnder adalah instrumen presisi dengan ketepatan
tinggi yang digunakan untuk visualisasi aliran. Perhatikan skema pada
Gambar II.11.

Gambar II.11 Skema interferometer Mach-Zhender

Sumber cahaya dikolimasi melalui lensa L1 ke plat pembelah S1. Plat ini
memungkinkan separuh dari cahaya itu di transmisi ke cermin M2, sedang yang
separuh lagi dipantulkan ke cermin M1. Berkas 1 lewat melalui bagian uji, sedang
berkas 2 menempuh lintas lain yang hampir sama panjangnya. Kedua berkas itu
disatukan lagi dengan bantuan plat pembelah S2 dan akhirnya difokuskan pada
layar. Sekarnag jika kedua berkas itu menempuh lintas yang tidak sama panjang
optiknya., baik karena geometri sistem ataupun karena sifat refraksi unsur-unsur
pada lintas optik itu, kedua berkas itu akan berbeda fase satu sama lain dan akan
terjadi interferensi pada waktu keduanya bergabung kembali pada S2. Akan terjadi
bagian-bagian terang dan gelap yang disebut jumbai (fringe). Banyaknya jumbai
itu merupakan fungsi dari perbedaan panjang lintas optikkedua berkas, jika
perbedaan panjang lintas itu satu panjang gelombang akan terdapat satu jumbai
dan demikian seterusnya.
Interferometer digunakan untuk mendapatkan pengukuran langsung variasi
densitas dalam bagian uji. Jika dnsitas dalam bagian uji (yaitu berkas 1)
berbeda dari berkas 2 maka akan terjadi perubahan dalam sifat-sifat refraksi
medium fluida itu. Jika medium dalam medium uji mempunyai sifat-sifat optik
yang sma dengan medium dalamberkas 2, tidak akan ada pergeseran jumbai yang
terjadi, kecuali yang disebabkan oleh susunan geometri alat itu. Pergeseran jumbai
ini dapat dinetralisasi dengan menggerakkan cermin dan plat pembelah dengan
tepat. Selajutnya, penampilan jumbai-jumbai pada layar dapat dihubungkan
langsung dengan perubahan densitas di dalam medan aliran yang trdapat di dalam
bagian uji dengan menggunakan analisa berikut ini.
Perubahan lintas optik di dalam bagian uji sebagai akibat perubahan indeks
refraksi ialah:
ΔL = L(n – n0) (2.14)
Dimana L ialah tebal medan aliran di dalam bagian uji. Perubahan lintas optik
dapat dihubungkan dengan perubahan densitas gas oleh:
ΔL =β L. ρ – ρo/ρs (2.15)
Banyaknya pergeseran jumbai N lalu di berikan oleh:
N = ΔL/λ = β L/λ. ρ – ρo/ ρs (2.16)
Dimana λ ialah panjang gelombang cahaya. Dalam persamaan (2.16) perlu dicatat
bahwa ρ – ρo menunjukkan perubahan densitas dari kondisi tanpa.
Interferometer memberikan indikasi kuantitatif langsung mengenai
perubahan densitas dalam bagian uji, tetapi perubahan ini ditunjukkan sebagai
nilai yang diintegrasikan di seluruh tebal medan aliran. Alat ini dpat digunakan
jalam jangkau kondisi operasi yang luas mulai dari aliran kecepatan rendah
(~30 cm/s) dalam lapisan-lapisan konveksi bebas sampai fenomena-fenomena
gelombang-kejutan dalam aliran supersonik. Keterangan gambar-gambar irtu
menjelaskan fenomena aliran.
Karakteristik frekuensi beberapa sumber cahaya monokromatik khas telah
kita berikan dalam tabel 5.1. raksa merupakan salah satu sumber yang biasa
digunakan untuk pekerjaan dengan interverometer
L. Anemometer Doppler Laser (LDA)
Salah satu skema yang mungkin digunakan untuk LDA terlihat pada
Gambar II.12 (a).
Gambar II.12 (a) Skema sistem prngukuran aliran anemometer laser

Berkas laser difokuskan pada suatu unsur volume kecil dalam aliran itu
melalui lensa L1 agar peranti ini dapat berfungsi, aliran harus mengandung sesuatu
jenis partikel kecil yang dapat menyebabkan penghambura (scatter) cahaya, tetapi
konsentrasi partikel yang diperlukan itu sangat kecil air keran biasa, umpamanya
mengadung cukup banyak ketakmurnian yang dapat menyebabkan terhamburnya
berkas cahaya masuk. Dua buah lensa lain, L2 dan L3, ditempatkan sedemikian
rupa untuk menerima berkas laser yang melalui fluida itu (lensa L3) dan bagian
dari berkas yang dihamburkan dengan sudut 𝜃 (lensa L2). Cahaya yang terhambur
itu mengalami pergeseran doppler (dopler shift). Dalam frekuensi, yang
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Bagian berkas yang tak terhambur
diturunkan intensitasnya dengan penyaring (filter) densitas yang netral dan
digambungkan kembali dengan berkas yang terhambur melalui pembelah berkas.
Peranti anemometer-laser harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga berkas
langsung dan berkas hambur berjalan melalui lintas optik yang sama, sehingga
pada tabung multiplikator foto (photomultiplier) akan terlihat adanya interferensi
yang sebanding dengan geser frekuensi. Geser ini lalu memberikan indikasi
mengenai kecepatan aliran. Untuk dapat mengambil kembali data kecepatan dari
multiplikator foto, diperlukan teknik elektronik yang canggih untuk pengolahan
sinyal. Untuk menetukan kecepatan dalam aliran laminar yang stedi, demikian
juga kecepatan kurata dan intensitas keturbulenan dalam aliran turbulen, dapat
digunakan penganalisa spektrum (spectrum analyzer).
Skema lain untuk penghamburan cahaya dan proses pengukuran terlihat
pada Gambar II.12 (b) dan II.12 (c).

(b)

(c)
Pada b berkasa laser dibelah diluar bagian uji dan kedua berkas itu dapat
difokuskan benar-benar pada titk yang akan dikaji dalam medan aliran. Tingkat
berfungsi sebagai perisai bagi cahaya hambur yang tidak koheren dan cahaya latar
belakang sistem pada gambar 2.16 c merupakan modifikasi lanjut sistem dam
memungkinkan [engaturan panjang lintas dengan mudah.
Yang paling sering digunakan untuk pekerjaan LDA ialah laser He-Ne,
walaupun laser ion argon memberikan keluaran berkas yang lebih kuat. Laser
He-Ne beroperasi panjang gelombang 632,8 nm (~ 5 x 1014 Hz) dengan lebar pita
kira-kira 10 Hz walaupun geser dopler yang disebabkan oleh pemindahan pusat-
pusat tebaran itu kecil dibandingkan dengan lebar pita dan dapat dideteksi dengan
teknik-teknik heterodyne. Dalam prosedur ini foto katode mencampur berkas
bertebar dengan berkas rujukan untuk membangkitkan arus dengan frekuensi
sama dengan perbedaan frekuensi kedua berkas. Pengolahan elektronik
memerlukan anaklisa spektrum arus multiplikator foto untuk menentukan
frekuensi dopler, dan selanjunya kecepatan aliran.
Bahwa LDA mengukur kecepatan partikel penebar sudah jelas. Jika partikel-
partikel itu cukup kecil, kecepatan gelincir (slip) anyata partikel dan fluida akan
kecil, sehingga kita akan mendapat petunjuk yang memadai mengenai kecepatan
fluida. Anemometer-laser yang mengukur lebih baik dari satu komponen
kecepatan secara serentak telah dikembangkan, tetapi teknik-teknik pengolahan
sinyal elektronik dan optik dapat menjadi sangan kompleks dan mahal. Walaupun
demikian, teknik ini memberikan kemungkinan luar biasa untuk penelitian rinci
tentang fenomena turbulen dan fenomena aliran lainnya yang tidak mungkin
dilakukan dengan cara lain.
M. Metoe Asap
Metode fisualisasi aliran yang sangat sederhana ialah dengan menggunakan
suntikan runutan asap dalam arus gas untuk mengikuti garis-garis aliran. Metode
ini pada dasarnya mempunyai penggunaan kualitatif karena pengukuran langsung
sulit dilaksanakan kecuali untuk fenomena-fenomena khusus tertentu
Gambar II.13 menunjukkan suatu contoh sistem aliran dimana fisualisasi dengan
asap digunakan untuk memeriksa hasil perhitungan analitik. Dalam hal ini, asap
digunakan untuk melihat pola aliran yang rumit didalam saluran dimana terdapat
aliran raksa bersama sama dengan gelombang bunyi yang ada.

Gambar II.13 Garis arus aliran untuk sistem dalam

Agar garis-garis aliran asap itu dapat menunjukkan garis arus aliran,
partikel-partikel asap itu harus sedemikian kecil massanya sehingga terbawa
bebas oleh kecaptan aliran. Asap yang berasal dari pembkaran kayu lapuk atau
cerutu, sudah disaring, biasanya memadai untuk kajian asap ini, demikian pula
asap kimia dari titanium tetra clorida. Ketika bereaksi dengan uap air diudara
membentuk asam hidroklorida dan titanum oksida. Tetapi, zat yang tersebut
terakhir diatas bersifat korosi terhadap banyak bahan yang digunakan untuk
membuat bejana bahan bakar ini mempunyai suhu didih disekitar 530oF (276oC),
mengandung hidrokarbon minyak bumi dan biasnya didapatkan dari toko-toko
yang menjual perlengkapan pentas.
N. Kuar Tekanan
Kebanyakan penerapan dinamik fluida menyangkut pengukuran laju aliran
total dengan satu atau beberapa metode yang dibahas dalam bagian bagian
terdahulu. Pengukuran-pengukuran ini mengabaikan variasi setempat kecepatan
dan tekanan didalam saluran aliran dan menunjukkan hanya aliran total memalui
penampang tertentu. Dalam penerapan yang menyangkut situasi aliran diluar
saluran, seperti pada pesawat terbang, atau hal-hal demikian, kedalam aliran itu
perlu disisipkan kuar dalam (probe) untuk mengukur tekanan statik lokal dan
tekanan stagnasi. Dari pengukuran pengukuran ini didapatlah dihitung kecepatan
aliran total.
Tekanan total untk stagnasi isentropik gas ideal diberikan oleh:
𝜌𝑜 𝛾−1
= (1 + + 𝑀∞2 )γ/(γ-1) (2.17)
𝜌∞ 2

Dimana po adalah tekanan stagnasi, p∞ tekanan statik arus bebas, dan M∞


angka Mach aru bebas, yang diberikan oleh,
M∞ = u∞/a (2.18)
a adalah kecepatn akustik yang dihitung dengan.
a = √𝛾𝑔𝑐𝑅𝑇 (2.19)
unttuk gas ideal. Untuk memudahkan, persamaan (2.17) dapat dituliskan
dengan menggunakan tekanan dinamik q yang didefinisikan oleh,
1 1
q = 2ρu∞2 = 2γpM∞2 (2.20)

Kuar tekanan total dasar dapat dibuat menurut berbagai cara seperti
terlihat pada Gambar II.14. Dalam setiap hal bukan kura itu berorientasi ke arah
yang sejajar benar dengan aliran bila kita memang ingin melakukan pengukuran
tekanan arus total. Jika kuar itu dimiringkan sehingga membuat sudut θ terhadap
kecepatan arus bebas, akan terlihat tekanannya lebih rendah. Penurunan tekanan
ini ditunjukkan dalam Gambar II.14.

Gambar II.14 Respon tekanan stagnasi berbagai kuar terhadapperubahan


sudut rewang; (a) Tabung terbuka-ujung; (b) tabung saluran; (c) tabung bukaan-
bersudut; (d) tabung dengan orifis pada sisi

Konfigurasi a menunjukkan Tbung yang ujungnya terbuka yang


ditempatkan didalam aliran. Konfigurasi b tersebut disebut kuar berverisai
(shielde probe) dan terdiri dari tabung berbentuk venturi yang ditempatkan dalam
aliran dengan tabung yang terbuka ujunya pada leher bagian itu, untuk mengidera
tekanan stagnasi. Patut dicatat bahwa kuar ini kurang peka terhadap arah aliran.
Konfigurasi c menunjukkan tabung yang terbuka ujung dengan bukaan
mempunyai bentuk bersudut. Sudut itu kira kira 15o, dan rasio diameter luar dan
diameter dalam tabung itu kira-kira lima. Konfigurasi D menunjukkan tabung
yang mempunyai sebuah lubang kecil yang dibuat pada sisinya, tegak lurus
terhadap arah aliran. Kuar jenis ini, sebagaimana dapat diharapkan, paling peka
terhadap perubahan sudut rewang (yaw angel). Pada Gambar II.14 juga terlihat
sebagian dari kurva untuk kuar kiel yang konstruksinya serupa dengan
konfigurasi b, kecuali bentuk venturinya lebih halus, seperti terlihat pada
Gambar II.15. kuar kiel paling tidak peka terhadap sudut rewang.
Gambar II.15 Kuar kiel untuk pengukkuran tekanan stagnasi

Pengukuran trkanan statik dalam arus aliran jauh lebih sulit dari pengukuran
tekanan stagnasi kuar yang biasa dipakai untuk pengukuran tekanan statik dan
tekanan stagnasi ialah tabung pitot (pitot tube) yang terlihat pada Gambar II.16.
Bukaan di sebelah depan kuar itu mengindera tekanan statik. Pengukuran tekanan
statik dengan peranti ini sangat bergantung pada jarak bukaan keliling itu dari
bukaan ujung, serta juga dari sudut rewang.

Gambar II.16 Skema tabung pitot

Gambar II.17 menunjukkan ketergantungan penunjukan tekanan statik pada


jarak dari ujung depan kuar, baik untuk konfigurasi subsonik tumpul, maupun
untuk konfigurasi supersonik bentuk kerucut. Untuk menghindarkan kondisi ini,
lubang-lubang tekanan statik biasanya ditempatkaan paling sedikit 8 diameter ke
arah hilir dari ujung depan kuar itu.
Gambar II.17 Variasi tekanan statik di sepanjang kar standar jenis subsonik
dan supersonik

Ketergantungan tekanan statik dan tekanan stagnasi pada sudut rewang


untuk tabung pitot konvensional ditunjukkan pada Gambar II.18. peranti ini
sangat peka terhadap arah aliran. Kuar pada Gambar II.16 kadang-kadang
dinamakan tabung statik pitot karena mengukur baik tekanan statik maupun
tekanan stagnasi.

Gambar II.18 Variasi tekanan statik, tekanan stagnasi dan tekanan dinamik
dengan sudut rewang tabung pitot.
Gambar II.19 Karakteristik sudut rewang berbagai kuar tekanan satik

Karakteristik tekanan statik tiga jenis terlihat pada Gambar II.19 dan II.20
sebagai fungsi angka mach dan sudut rawang. Perlu dicatat bahwa baik baji
(widge) maupun tabung prandtl menunjukkan nilai-nilai tekanan statik yang
terlalu rendah, sedang kerucut menunjukkan nilai yang terlalu tinggi. Baju
sedoikitnya peka terhadap sudut rewang.

Gambar II.20 Karakteristik angka Mach berbagai kuar tekanan statik

Ketiga kuar itu mempunyai dua buah lubang tekanan statik yang terletak
pada jarak 180o satu sama lain.
O. Tekanan Dampak Dalam Aliran Supersonik
Perhatikan kuar dampak (impact probe) yang terlihat pada Gambar II.21
yang di tempatkan di dalam arus beban aliran super sonik; artinya M1 > 1.

Gambar II.21 Tabung dampak dalam aliarn supersonik

Pada bagian depan kuar itu akan terbentuk gelombang kejutan seperti pada
gambar, dan tekanan total yang diukur dengan kuar itu bukanlah tekanan total
arrus bebas di depan gelombang kejutan. Akan tetapi tekanan dampak pada kuaar
dapat dinyatakan dengan tekanan statik arus bebas dan angka Mach aarus bebas.
Pernyataan yang dihasilkan ialah,
𝑝∞
= {[2γ/(γ +1)]M12 – (γ – 1)/(γ +1)}1/(γ-1) / {[(γ+1)/2] M12}1/(γ-1) (2.21)
𝑝𝑜2

Dimana p∞ ialah tekanan statik arus bebas dan po2 merupakan tekanan dampak di
belakang gelombang kejutan normal. Persamaan ini berlaku untuk angka Reynolds
yang didasarkan atas diameter kuar yang lebih besar dari 400. Persamaaan (2.21)
dinamakan rumus Pitot supersonik Rayleigh (Rayleigh supersonic Pitot formula).
Kiat lihat bahwa untuk menentukan nilai angka mach kita perlu mempunyai suatu
ukuran tentang tekanan statik arus bebas. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan
kuar khas yang dikalibrasi.

Anda mungkin juga menyukai