BAB 2 Ranny
BAB 2 Ranny
SINDROM TURP
2.1 Definisi 1
jaringan ekstensif sinus vena pada prostat dan memungkinkan absorbsi sistemik
dari cairan irigasi. Absorbsi dari cairan dalam jumlah yang besar (2 liter atau
lebih) menghasilkan konstelasi gejala dan tanda yang disebut dengan sindrom
TURP.
2.2 Epidemiologi
endoskopi urologi. Insiden sindrom TURP mencapai 20% dan membawa angka
3
4
2,5%-20% pasien yang mengalami TURP menunjukkan satu atau lebih gejala
cairan irigasi agar daerah yang diirigasi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah5.
Cairan elektrolit/ionik tidak bisa digunakan untuk irigasi saat TURP karena cairan
Syarat cairan yang dapat digunakan untuk TURP adalah : isotonik, non-hemolitik,
mahal. Akan tetapi sayangnya cairan yang memenuhi syarat seperti di atas belum
hipotonik sebagai cairan irigasi seperti air steril, Glisin 1,5% (230 mOsm/L), atau
campuran Sorbitol 2,7% dengan Mannitol 0,54% (230 Osm/L). Cairan yang boleh
juga dipakai tapi jarang digunakan adalah Sorbitol 3,3%, Mannitol 3%, Dekstrosa
cairan irigasi yang ideal. Kerugian dalam penggunaannya adalah air dapat
gagal ginjal serta syok. Air/Akuades (H20) menunjukkan visibilitas yang bagus
karena air dengan sifat hipotonisnya melisis sel darah merah, tetapi absorbsi yang
5
Glycine yakni asam amino endogen dianjurkan sebagai cairan irigasi yang
semurah air steril, isotonik dengan plasma hanya pada konsentrasi 2,2% namun
efek samping glisin pada konsentrasi ini lebih banyak. Osmolaritas glisin dengan
serum 290 mOsm/liter sehingga toksisitas ginjal dan kardiovaskular dapat terjadi.
akibat hipotonisitasnya sehingga tidak dapat lagi digunakan sebagai cairan irigasi.
Keuntungan glisin 1,5% bila dibandingkan dengan air steril adalah tendensitasnya
c. Mannitol 3%
namun dapat mendorong air keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan overload
Ekskresinya melalui ginjal sehingga akan menurun pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal.
d. Dekstrosa 2.5% - 4%
dalam sirkulasi. Juga tidak disukai karena membuat lengket instrumen dan sarung
e. Cytal
Cytal adalah campuran dari Sorbitol 2.7% dan Mannitol 0.54% banyak
digunakan di Amerika Serikat sebagai cairan irigasi, namun tidak popular di India
karena harganya yang mahal dan tidak tersedia secara luas. Didalam tubuh,
f. Urea 1%
dan air steril yang paling sering digunakan sebagai cairan irigasi pada operasi
urologi endoskopi.
(bisa terjadi setiap saat dan telah diobservasi awal setelah pembedahan dimulai
dan beberapa jam setelah pembedahan selesai) dengan gejala sakit kepala,
seizure. Selain itu bisa berakibat lebih parah yaitu bisa bermanifestasi overload
sirkulasi cairan, toksisitas dari cairan yang digunakan sebagai cairan irigasi.
beberapa factor, yaitu: tekanan hidrostatik dari cairan irigasi, jumlah venous sinus
7
yang terbuka, lama reseksi/paparan dan perdarahan vena yang terjadi. Tekanan
hidrostatis cairan irigasi yang rendah, semakin banyaknya vena yang terbuka saat
reseksi, dan semakin lama waktu reseksi meningkatkan absorbsi air ke dalam
sistem sirkulasi.
1. Overload Sirkulasi 1
Uptake dari sejumlah kecil cairan irigasi dapat ditunjukkan pada setiap
operasi TURP melalui venous netwok of prostatic bed. Absorbsi cairan diteliti
dengan cara memeriksa udara ekspirasi dari etanol setelah penambahan etanol
sampai dengan konsentrasi lebih dari 1% ke dalam cairan irigasi. Uptake dari 1
liter cairan dalam satu jam yang berkaitan dengan penurunan akut dari konsentrasi
natrium serum 5-8 mmol/liter adalah jumlah volume yang secara statistic
yang meningkat, volume darah akan meningkat, tekanan sistolik dan diastolik
protein serum dan menurunkan tekanan onkotik darah. Hal ini bersamaan dengan
absorbsi langsung ke dalam sirkulasi, hampir lebih dari 70% cairan irigasi
setiap 100 ml cairan yang memasuki ruangan interstisial 10-15 mEq Na ikut
masuk ke dalamnya.
8
Morbiditas dan mortalitas ditemukan lebih tinggi pada operasi dengan waktu lebih
terjadi apabila berat dari prostat lebih dari 45 gr. Faktor penting lainnya adalah
tekanan hidrostatik dari prostatic bed. Tekanan ini dipengaruhi ketinggian kolom
cairan irigasi dan tekanan dalam kandung kemih saat pembedahan. Tinggi yang
ideal dari cairan adalah 60 cm sehingga kira-kira 300 ml cairan dapat dihasilkan
2. Water Intoxication 1
air dan kelainan neurologis disebabkan karena peningkatan jumlah air dalam
otaknya. Pasien awalnya menjadi somnolen, inkoheren, dan gelisah. Kejang dapat
berkembang menjadi koma dalam posisi deserebrasi. Terdapat klonus dan respon
babinski positif. Papiledema, yaitu pupil yang terdilatasi dan bereaksi lambat
dapat terjadi. EEG menunjukkan tegangan rendah bilateral. Gejala ini muncul
apabila level Natrium turun sampai di bawah 15-20 mEq/liter di bawah level
normal.
Natrium penting dalam fungsinya untuk eksitasi sel, terutama pada jantung
dan otak. Hiponatremia dapat terjadi pasien yang mengalami TURP melalui
berbagai mekanisme :
retroperitoneal
kejang. Ketika Na serum turun sampai di bawah 120 mEq / liter, hipotensi dan
perluasan dari kompleks QRS pada EKG dapat terjadi, ektopik ventrikuler dan
inversi gelombang T dapat terjadi. Di bawah 100 mEq / liter maka kejang umum,
Seperti yang kita tahu bahwa sawar darah otak bersifat impermeabel terhadap
4. Glycine Toxicity 1
dan retina dan dapat menyebabkan hiperammonia. Pada pasien glisin 1,5%
berhubungan efek subakut dari miokardium, muncul sebagai depresi atau inverse
gelombang T pada EKG 24 jam setelah pembedahan. Absorbsi lebih dari 500 ml
menunjukkan dua kali resiko jangka panjang acute myocardial infarction, ini yang
open prostatectomy masih diperdebatkan oleh urologis hingga saat ini. Dilutional
di absorbsi. Namun kalsium dijaga tetap normal secara cepat dengan mobilisasi
pada sistem saraf pusat. Tempat kerja glisin adalah terutama pada batang otak dan
bekerja pada area subkortikal dan kortikal area.. Mekanisme kerjanya diakibatkan
klorida. Pada konsentrasi tinggi menyebabkan efek pada sistem saraf pusat dan
gangguan penglihatan.
Glycolic acid, formal, dan formaldehyde adalah metabolit lain dari glisin
toksisitas glisin adalah mual, muntah, respirasi lambat, kejang, sleep apnea dan
sianosis, hipotensi, oligouria, anuria serta kematian. Nilai normal glisin pada pria
11
adalah 13-17 mg/liter. Glycine toxicity jarang pada pasien TURP mungkin karena
hampir seluruh glisin yang diabsorbsi ditahan pada ruang periprostatik dan
5. AmmoniaToxicity1
ammonia yang tinggi menekan pelepasan norepinefrin dan dopamine dalam otak.
Hal ini menyebabkan encephalopati TURP syndrome. Namun hal ini jarang
terjadi pada manusia. Karakteristik toksisitas yang terjadi adalah satu jam setelah
pembedahan. Pasien tiba-tiba mual dan muntah dan menjadi koma. Ammonia
Hyperammonemia dapat bertahan sampai lebih dari 10 jam paska operasi karena
tubuh tidak dapat memetabolisme glisin secara sempurna melalui glisin cleavage
normalnya diubah menjdi urea dalam hati melalui ornithine cycle. Arginin adalah
6. Hipovolemi, Hipotensi1
sebagai cairan irigasi) yakni terdiri dari transient arterial hipertension (yang bisa
kalenjar prostat yang direseksi, lamanya pembedahan, dan skill dari operator.
Rata-rata kehilangan darah saat TURP adalah 10ml/gram dari reseksi prostat.
7. Gangguan Penglihatan1
pandangan berkabut, dan melihat lingkaran disekitar objek. Pupil menjadi dilatasi
dan tidak merespons. Lensa mata normal. Gejala bisa muncul bersamaan dengan
gejala lain dari Sindom TURP atau bisa juga menjadi gejala yang tersembunyi.
Karena itu persepsi dari cahaya dan refleks mengedipkan mata dipertahankan dan
respon pupil terhdap cahaya dan akomodasi hilang pada kebutaan TURP, tidak
8. Perforasi1
Perforasi dari kandung kemih bisa terjadi saat TURP berkaitan dengan
instrumen pembedahan, pada reseksi yang sukar, distensi berlebihan dari kantung
kemih dan letusan didalam kantung kemih. Perforasi instrumen dari kapsul
prostatik telah diestimasi terjadi pada 1% dari pasien yang melakukan TURP.
Tanda awal dari perforasi, yang sering tidak diperhatikan adalah penurunan
kembalinya cairan irigasi dari kantung kemih. Dan diikuti oleh nyeri abdomen,
distensi, dan nausea. Bradikardi dan hipotensi arterial juga ditemukan. Juga ada
berkembang lebih cepat. Nyeri alih bahu yang berkaitan dengan iritasi pada
dari ekstemitas bawah bisa terjadi. Letusan didalam kantung kemih jarang terjadi.
Kauter dari jaringan prostat dipercaya bisa membebaskan gas yang mudah
terbakar. Secara normal, tidak cukup oksigen yang terdapat didalam kantung
kemih agar bisa terjadi letusan. Tetapi jika udara masuk bersama dengan cairan
9. Koagulopati1
dengan pelepasan partikel prostat yang kaya akan jaringan thrombopalstin menuju
dapat memperburuk situasi. DIC bisa dideteksi pada darah dengan timbulnya
14
penurunan jumlah platelet, FDP (Fibrin Degradation Products) yang tinggi (FDP
> 150 mg/dl) dan plasma fibrinogen yang rendah (400 mg/dl)
Sekitar 30% dari semua pasien TURP memiliki urin yang terinfeksi saat
preoperatif. Ketika prostat sinus vena terbuka dan digunakan irigasi dengan
tekanan tinggi, maka bakteri akan masuk menuju sirkualsi. Pada 6% pasien,
toksin dari koagulasi jaringan akan berakibat keadaan toksik pada pasien
postoperatif. Gemetar yang parah, demam, dilatasi kapiler, dan hipertensi bisa
11. Hipotermia1,10
akan dilakukan TURP. Penurunan dari suhu tubuh akan mengubah situasi
oksigen. Irigasi kandung kemih merupakan sumber utama dari hilangnya panas
dan penggunaan cairan irigasi pada suhu ruangan menghasilkan penurunan suhu
tubuh sekitar 1-2oC. Ini diperburuk oleh keadaan ruangan operasi yang bersuhu
otonom. Vasokonstriksi dan asidosis bisa berefek pada jantung dan berkontribusi
terhadap manifestasi sistem saraf pusat. Menggigil juga bisa diperparah oleh
2.5 Diagnosis
pengaruh anastesi umum, diagnosis Sindrom TURP sukar dan sering ditunda.
Tanda umum adalah peningkatan yang tidak bisa dijelaskan, kemudian tekanan
darah menurun dan terjadi bradikardia refrakter. Perubahan dalam EKG seperti
ritme nodal, perubahan ST, gelombang U, dan pelebaran kompleks QRS dapat
16
diobservasi. Pengembalian dari anestesi umum dan penggunaan pelemas otot bisa
tertunda.
1. Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada pasien
yang sadar
sirkulasi.
Ketika dalam pengaruh anastesi regional, maka satu dari empat tanda
mayor ini dapat muncul: peningkatan tekanan darah sistolik dengan sedikit
aktivitas saraf pusat (seperti kebingungan, semicoma, gelisah, nyeri kepala, mual,
dan muntah). Kongestif paru dengan tanda dyspnea, sianosis, dan wheezing.
Jika tidak diterapi secara cepat, maka pasien bisa mengalami sianotik dan
hipotensi hingga henti jantung. Beberapa pasien muncul dengan gejala neurologi,
pasien menjadi lemah kemudian tidak sadar. Pupil dilatasi dan lambat beraksi
terhadap cahaya. Ini bisa diikuti dengan episode singkat dari kejang tonik-klonik
Gejala sistem saraf pusat tidak ditemukan sampai pasien dibwa ke ruang
pemulihan. Tanda respirasi tidak terlihat akibat ventilasi kendali atau assisted
serta konsentrasi tinggi O2 yang digunakan dalam anestesia. Namun ketika pasien
tersadar dari pengaruh anestesia ia akan merasa sangat mengantuk, bingung, koma
karena intoksikasi air dalam otak atau peningkatan amonia dari metabolisme
glisin.
harus dimulai sebelum tejadi komplikasi sistem saraf pusat dan jantung yang
Kebanyakan pasien bisa dimanajemen dengan restriksi cairan dan diuretic loop.
mencegah efek yang fatal bagi pasien yang mengalami pembedahan endoskopik.
Hiponatremia yang terjadi sebelum operasi harus dikoreksi terutama pada pasien
untuk pasien dengan penyakit jantung. Tinggi ideal cairan irigasi adalah 60 cm.
untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu beberapa operator
mengurangi penyerapan air ke sistemik. Untuk kasus dengan operasi lebih dari
satu jam staging TURP harus dilakukan. Kapsul prostat harus dijaga dan distensi
kemih.
salin hipertonis 3-5% secara lambat dan tidak lebih dari 0,5 meq/per 1 jam atau
tidak lebih cepat dari 100 ml/jam. Tepatnya 200 ml salin hipertonis diperlukan
mengakibatkan edema paru dan central pontine myelinolysis. Dua pertiga dari
meredistribusi air dari sel menuju ruang ekstraseluler, dimana akan diterapi
dipertanyakan karena meningkatkan ekskresi natrium. Oleh sebab itu 15% manitol
disarankan sebagai pilihan, dalam kaitan dengan kerjanya yang bebas dari
100% oksigen.
19
Gas darah, hemoglobin dan serum sodium dinilai. Kalsium intravena bisa
hiponatremia yang bisa berakibat seizure bisa dihubungkan dengan dosis kecil
dari midazolam (2-4 mg), diazepam (3-5 mg), thiopental (50-100 mg). Kehilangan
darah diterapi dengan transfusi PRC. Pada kasus dengan DIC, maka fibrinogen 3-
4 gram sebaiknya diberikan secara intravena diikuti dengan infus heparin 2000
unit secara bolus dan kemudian diberikan 500 unit tiap jam. Fresh Frozen Plasma
(FFP) dan platelet juga bisa digunakan tergantung dari jenis koagulasinya.
sebagai tambahan infus glisin untuk menurunkan efek toksik dari glisin pada
secara umum disarankan untuk mencegah aspirasi sampai status mental pasien
menjadi normal. Jumlah dan kadar salin hipertonik (3-5 %) diperlukan untuk
konsentrasi serum sodium pasien. Solusi salin hipertonis harus tidak diberikan
dengan kecepatan tidak lebih dari 100 ml/jam sehingga tidak menimbulkan
cairan irigasi dan intravena yang telah dihangatkan sampai suhu 370 C.
terapi infeksi, menjaga keseimbangan asam basa dan elektrolit serta suhu tubuh.
Pemantauan yang dilakukan glukosa, elektrolit (Na, K, Ca,. Cl, CO3, PO4), urea
kreatinin, osmolaritas, glisin, dan amonia. Pemeriksaan gas darah dapat melihat
PH, PO2, PCO2, dan karbonat. Perlu juga dilakukan EKG untuk memonitor
fungsi kardiovaskular.8