BAB I Petani Ajil
BAB I Petani Ajil
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara petani memperjuangkan hak mereka dalam kasus kesemena-menaan
negara terhadap mereka?
2. bagaimana pengaruh teori popkin dalam kajian kasus ini?
1.3 Tujuan pembuatan makalah
Makalah ini di susun untuk mengetahui bagaimana peran petani dalam memperjuangan
hak mereka, dan juga apa yang mempengaruhi mereka dalam bertindak sehingga tercipta suatu
gerakan kolektif untuk melawan tindakan-tindakan pemerintah terhadap mereka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kebutuhan mereka sendiri dengan lahan yang mereka pumya. Maka dari itu para petani haruslah
bekerja keras dalam memperjuangkan hak mereka untuk hidup.
Hubungan patron-clien antara pemerintah dengan para petani sangatlah terlihat dalam kasus
pembangnan bandara NYIA tersebut. Pemerintah sadar akan petani yang memiliki pola pikir yang
sudah rasional, dan sebisa mungkin pemerintah haruslah bisa mempengaruhi mereka dengan
segala pendekatan dan sikap yang bisa di laukan. Petani dan para aktivis yang tergabung dalam
suatu aliansi, menyadari bahwa kebijakan pemrintah tersebut merupakan kesemena-menaan
terhadap rakyat. Yang seharusnya setiap kebijakan pemerintah itu memihak kepada rakyat, di
dalam kasus ini sangatlah terlihat bahwa kebijakan-kebijakan yang di keluarkan pemerintah
merupakan suatu keberpihakan terhadap kaum pemodal atau kepentingan-kepentingan yang di
butuhkan oleh pasar global. Hubungan patron-clien antara pemerintah, apparat negara, dan para
petani adalah bisa di ibaratkan sebagai suatu sirkulasi system yang saling berkaitan. Ketiganya,
pe,erintah, apparat negara (polisi dan tentara), maupun petani, memiliki kepentingannya masing-
masing.
Para aktivispun mengklaim bahwa selama kepemimpinan Jokowi-JK ini, rezim fasis semakin
menunjukan wajah asliya sebagai rezim anti rakyat dan anti demokrasi, mereka juga berpendapat
bahwa rezim Jokowi-JK hanyalah sebatas rezim boneka imperealisme yang hanya mengakomodir
kepentingan-kepentingan imperealisme, feudal, dan para kapitalis birokrat. Para aktivis jogja dan
aktivis luar jogja menyatakan sikap, bahkan dengan tegas mereka mengemukakan bahwa rezim
tersebut memang rezim anti rakyat. Penindasan tersebut, tercermin di dalam kasus ini. Di dalam
kasus NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA), rezim Jokowi-JK relah
melakkan tindakan refresifitas, intimidasi, dan kriminalisasi terhadap rakyat.
semua perlawanan petani dalam kasus ini tidaklah dimaksudkan untunk menentang program
negara yang positif. tetapi lebih dimaksudkan untuk mempertahankan mata pencaharian mereka
satu-satunya (sawah, tanah, rumah dan ladang), dan juga melawan para antek-antek pemerintah
dan pemerintah yang selama ini mengklaim mewakili rakyat dari semua golongan padahal lebih
untuk mempertahankan tatanan yang lebih menguntungkan mereka
pendapat popkin bisa di bilang relevan dalam kasus ini, namun bedanya adalah, popkin
mengkaji perlawanan antara petani dan juga pemilik tanah (tuan tanah). sedangkan kasus ini, lebih
membahas perlawanan antara petani dan pemerintah secara langsung. Bagi popkin, petani adalah
manusia-manusia rasional, kreatif dan juga inggin menjadi orang kaya. Kesempatan itu terbuka
untuk petani dan menurutnya, akan bisa didapatkan seandainya petani memiliki akses yang lebih
leluasa dengan pasar. Namun, persoalannya, petani tidak mempunyai kesempatan sehingga tidak
dapat menjula hasil pertaniannya sendiri kepasar. Mereks mengkalkulasi prospek kembalinya
investasi dan kualitas organisasi dimana mereka memberikan kontribusinya. Bagi popkin, campur
tangan organisasi politik di luar petani merupakan pendorong timbulnya kesadaran petani untuk
menjadi political entrepreneur.
Dari hasil penelitian popkin divietnam (1997), antara lain, ditemukan, gerakan yang dilakukan
para petani adalah gerakan anti feudal, bukan gerakan untuk mengembalikan tradisi lama
(restorasi), tetapi untuk membvangun tradisi yang baru; bukan untuk menghancurkan ekonomi
4
pasar, tetapi untuk mengontrol ekonomi kapitalime, ; tidak ada kaitan yang signifikan antara
ancaman terhadap subsistensi dan tindakan kolektif, dan kalkulasi keterlibatan dalam gerakan
lebih penting dari pada isu ancaman kelas. Dengan kata lain, ada perbedaaan yang jelas antara
rasionalitas individu dan rasionalitas kelompok.
Sama halnya dengan yang terjadi dalam kasus NYIA yang terjadi di Jogjakarta, para petani
ingin mempertahankan dan menjaga mata pencahariannya, dan berharap mereka dapat
mendapatkan hasil yang melimpah untuk mencukupi kebutuhannya dan mengembangkan sector
pertaniannya. Namun di dalam kasus ini pemerintah melakukan tindakan yang sangat menghambat
harapan para petani itu dapat terwujud. Sehingga, mau tidak mau masyarakat tani harus melawan
kebijakan tersebut untuk ketercapaian semua harapan-harapan mereka. Terlebih lagi pemerintah
melakukan kebijakannya tersebutm yang di pandang tidak memiliki profit untuk para petani yang
ada di daerah Yogyakarta. Pemerintah mempertahan ego untuk melancarkan semua
kepentingannya dengan berbagai cara, begitu juga dengan para petani dan aktivis lingkungan yang
juga mempertahankan egonya untuk mencapai kepentingan mereka masing-masing.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konflik agraria di Jawa Timur sudah sejak lama berlangsung, tetapi sejak reformasi 1997,
konflik yang sebelumnya bersifat laten telah berkembang menjadi terbuka, ekspresif, dan
demonstatif. Kehidupan petani yang sebelumnya dihantui ketidak jelasan, dengan demikian
semakin di perparah dengan rasa ketidak menentuan. Kehidupan petani semakin hari bukannya
semaikn membaik, melainkan justru semakin tertekan dan terperosok kedalam kemiskinan
struktural. Semuanya itu mengakibatkan kemarahan dan rasa frustasi yang mendalam. Pada saat
yang sama, rakyat petani selain tidak bisa memperjuangkan kepentingan dan kebutuhannya
melalui institusi-institusi yang ada, juga tidak cukup mempunyai kemampuan mengekspresikan
emosi secara wajar sehingga persoalan-persoalan yang muncul kemudian diarahkan menjadi
kekerasan massa yang bisa terbilang brutal dan radikal terhadap sasaran-sasaran yang dianggap
menjadi simbol-simbol kekuasaan.
Berbagai kekecewaan pun selalu hadir mengiringi proses perjuangan petani sejak tahun 1960
hingga 1997, terutama terhadap kebijakan dan sikap aparat negara yang tidak responsif dan
cenderung meremehkan. Akumulasi dan puncak kekecewaan itu akhirnya menjadi drama
fenomenal dimana petani yang lemah dianggap bodoh, selalu diam, dan manut karena dihantui
rasa takut amat sangat terhadap represi negara, namun secara tiba-tiba berani melakukan
perlawanan terbuka dengan penuh kekerasan hingga menggemparkan masyarakat secara nasional.
semua perlawanan petani dalam kasus ini tidaklah dimaksudkan untunk menentang program
negara yang positif. tetapi lebih dimaksudkan untuk mempertahankan mata pencaharian mereka
satu-satunya (sawah, tanah, rumah dan ladang), dan juga melawan para antek-antek pemerintah
dan pemerintah yang selama ini mengklaim mewakili rakyat dari semua golongan padahal lebih
untuk mempertahankan tatanan yang lebih menguntungkan mereka.
3.2 SARAN
Makalah ini masih sangat banyak memiliki kekurangan, jadi saya harap para pembaca
dapat meluangkan waktunya untuk memberikan kritik seta sarannya terhadap penulis. Sehingga
penulis dapat memperbaiki makalah ini dengan sebagai mana mestinya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Mustain.2007. Petani vs Negara : gerakan sosial petani melawan hegemoni negera. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media
Mirsel, Robert. 2006. Teori pergerakan sosial. Magelang: RESIST BOOK.