Anda di halaman 1dari 17

I.

HAKEKAT KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan menurut Fred E. Fielder dan Martin M. Chemars

adalah sutu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka

perumusan dan pencapaian tujuan1. Sementara menurut Ralph Stogdil yang

dikutip dalam bukunya Handbook of Leaderdhip menjelaskan macam-

macam arti kepemimpinan sebagai berikut2 :

a. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham

( Leadership as the art of including complience )

b. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi ( Leadership

as a form of persuation ) yang menekankan kemampuan mempengaruhi

orang lain dengan jalan himbauan dan persuasi, bukan melalui paksaan.

c. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pengaruh

( Leadership is personality and its effect) yang dapat diartikan sebagai

sifat-sifat dan watak yang dimiliki oleh pemimpin, yang menunjukan

keunggulan sehingga menyebabkan pemimpin tersebut memiliki

pengaruh terhadap orang lain.

d. Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku ( Leadership is act or

behavior )

e. Kepemimpinan merupakan titik sentral kegiatan kelompok ( Leadership

is a focus of group precesses )

f. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuasaan dan kekuatan

(Leadership is a power relation )

g. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan ( Leadership as

instrumen of goal achievement )


h. Kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi ( Leadership is an efect of

interaction )

i. Kepemimpinan adalah peranan yang dibedakan ( Ledership is

adiferentiated role )

j. Kepemimpinan adalah sebagai inisiasi struktur ( Leadership is the

initiation of structure )

Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Balnchard di dalam bukunya

yang berjudul Management of Organizational Behavior3, yang mengutip

beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip lagi oleh Wahyu Sumardjo

dalam bukunya Kepemimpinan dan Motivasi seperti George P. Terry yang

mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan dalam mempengaruhi orang lain

untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok, juga dari

Robet Tenembaun, Irving R, Wishcler, Fred Massarik mengemukakan bahwa

kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu

keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah tercapainya suatu

tujuan ataupun tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan. Kemudian pengertian

kepemimpinan dari Harold Koonts and Cyril O’Donnell dengan upaya

mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan.

Perbedaan mengenai definisi kepemimpinan dapat terjadi karena

perbedaan konsep dasar yang dipergunakan dalam mendefinisikan, seperti

Katz dan Kahn menyatakan hakikat dan arti kepemimpina itu didasarkan atas

tiga komponen pokok yaitu (1) ciri atau sifat (attribute) suatu lembaga, (2)

tabiat atau watak seseorang, dan (3) katagori tingkah laku aktual.

Disamping kedudukannya yang strategis, kepemimpinan mutlak

diperlukan, dimana terjadi interaksi kerjasama atara dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan organisasi. Itulah sebabnya dikatakan orang bahwa

kepemimpinan merupakan gejala sosial dan kontrak sosial yang selalu

diperlukan dalam kehidupan berkelompok. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan

kepemimpinan adalah merupakan perjanjian antara Tuhan dan manusia

(pemimpin) itu untuk mengemban sutu amanah tertentu. Dan esensi dan

kepemimpinan menurut H. Blanchard adalah tercapainya tujuan kerjasama

kelompok.

Demikian pandangan dan pendapat mengenai arti, batasan dan definisi

kepemimpinan. Dari berbagai pendapat tersebut memberikan gambaran

bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai

universalitas yang mutlak diperlukan.

Butir-butir pengertian dari definisi-definisi itu pada hakikatnya

memberikan makna:

1. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang

pemimpin berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality),

kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability)

2. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang

tidak dapat dipisahkan dari kedudukan serta gaya atau perilaku

pemimpin itu sendiri.

3. Kepemimpinan sebagai proses interaksi antara pemimpin dan bawahan

dengan situasi tertentu.


II. PANDANGAN DASAR TENTANG KEPEMIMPINAN

Ditinjau dari sejarah perkembangannya terdapat tiga konsep dasar

mengenai kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Drs. Ngalim

Purwanto4, yaitu :

1. Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan

suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir

yang ada pada diri seorang pemimpin. Jadi menurut konsep ini

seseorang dapat menjadi pemimpin karena ia terlahir untuk menjadi

pemimpin.

2. Kepemimpinan dipandang sebagai fungsi kelompok yang mana

keberhasilan kelompok tidak hanya ditentukan oleh pemimpinnya

saja, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat dan ciri dari kelompok itu.

3. Kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi yang tidak

hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis.

Situasi ini dapat berupa keadaan politik.

Sementara bila ditinjau dari segi fungsionalnya maka pengertian

kepemimpinan menurut Prayudi Atmosudirdjo adalah :5

1. Kepemimpinan dapat rumuskan sebagai suatu kepribadian

(personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada

kelompok orang-orang untuk mencontoh dan mengikuti.

2. Kepemimpinan dapat dipandang sebagai penyebab dari kegiatan-

kegiatan, proses, atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau

sikap dari sekelompok orang.


3. Kepemimpinan adalah suatu seni ( Art ), keanggupa ( ability ) atau

tekhnik ( technicue ) untuk membuat suatu kelompok dalam

organisasi informal untuk mengikuti segala apa yang di kehendaki

4. Kepemimpinan dapat juga dipandang sebagai suatu bentuk persuasi

seni pembinaaan kelompok orang-orang tertentu

5. Kepemimpinan dapat juga dipandang sebagai suatu sarana, suatu

instrumen atau alat untuk membuat sekelompok orang mau bekerja

sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan

Jadi secara umum kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam

usahanya mencapai tujuan didalam situasi tertentu.

III. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN

Bertolak dari pemahaman kepemimpinan sebagai suatu interaksi

antara dua orang atau lebih yang mana setiap individu mempunyai ciri-ciri

dan sifat tertentu, maka pemimpin adalah individu yang tidak lepas dari

ciri dan sifat itu. Sehingga dapat berimplikasi pada corak

kepemimpinannya itu. Oleh karena itu ada beberapa tipologi

kepemimpinan yang secara umum dibagi menjadi lima kelompok yaitu :

a. Kepemimpinan Otokratis

Tipe kepemimpinan yang cenderung bertindak sendiri dan

cenderung diktator terhadap anggotanya. Dan penafsirannya sebagai

pemimpin adalah menggerakan dan memaksa kelompok. Di lain pihak

kewajiban bawahan adalah mengikuti dan menjalankan perintah dan

tidak boleh mengajukan saran serta membantah6. Dalam memelihara


hubungan dengan bawahan biasanya menggunakan pendekatan formal

berdasarkan kedudukannya dan status bawahan itu. Seorang pemimpin

yang otokratis cenderung berorientasi pada kekuasaan.

b. Kepemimpinan Laizez Faire

Tipe kepemimpinan ini diartikan sebagai membiarkan orang-

orang berbuat sekehendaknya, ia tidak memberikan kontrol dan

koreksi terhadap anggotanya. Keberhasillan kepemimpinan tipe ini

semata-mata karena kesadaran dan dedikasi anggotanya 7. Titik tolak

pemikiran tipe kepemimpinan ini terletak pada apabila pada organisasi

terdapat hubungan yang intim antara pemimpin dan anggotanya maka

dengan sendirinya para bawahan akan terdorong kesadaran

tanggungjawab8

c. Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan ini tercermindari diikutsertakannya seluruh

komponen dalam setiap pengambilan keputusan. Dan penekanan

dalam hubungan antar komponennya adalah hubungan yang serasi,

dalam arti terciptanya keseimbangan antara hubungan yang formal dan

nonformal, dan ada upaya untuk berusaha memupuk rasa kekeluargaan

dan tanggung jawab.

d. Kepemimpinan Paternalistik

Tipe kepemimpinan yang ditandai dengan ketidak sinkronan

hubungan antara pemimpin dan anggotanya, dimana pimpinan

cenderung menganggap bawahan tidak mampu dalam pengerjaan

tugas, tidak memberi kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas

anggotanya, bersikap terlalu over protective, serta kurang


memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap

anggotanya dan kecenderungan menggurui anggotanya.

e. Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan ini mempunyai ciri-ciri terdapat figur sentral yaitu

pimpinannya yang mampu memberi pengaruh dan sekaligus mewarnai

seluruh anggotanya. Pemimpin karismatik mempunyai kewibawaan

yang tidak hanya timbul karena hirarki atau jabatan formalnya, tetapi

kewibawaan ini timbul oleh sebab-sebab lain yang biasanya

merupakan kelebihan yang biasanya tidak dimiliki oleh orang lain

dalam kelompoknya. Bahkan kewibawaan itu tidak ditimbulkan oleh

bentuk fisik yang ia miliki, seperti contoh adalah Mahatma Gandhi,

Alexander the Great, atau Franklin Delano Rosevelt yang kesemuanya

mempunyai bentuk fisik yang biasa.

Di atas merupakan banyak pendapat tentang teori kepemimpinan,

tetapi di dalam penelitian ini penulis hanya menjadikan teori

kepemimpinan demokratis sebagai landasan dalam penulisan skripsi ini.

Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa tipe kepemimpinan ini

tercermin dari di ikutsertakannya seluruh komponen dalam setiap

pengambilan keputusan. Dan penekanan dalam hubungan antar

komponennya adalah hubungan yang serasi, dalam arti terciptanya

keseimbangan antara hubungan yang formal dan informal, dan ada upaya

untuk berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan rasa tanggungjawab.

Berkaitan dengan pendapat tersebut, Dra. Roestiyah, NK menggolongkan

bentuk-bentuk tingkah laku guru yang demokratis dalam mengajar sebagai

berikut ;
- Guru dan siswa bersama-sama menentukan kegiatan diluar

pelajaran

- Guru membantu siswa dengan saran dan kritik yang membangun

- Guru tidak lupa memberikan penghargaan

- Penentuan terhadap suatu kegiatan dilakukan secara musyawarah

dan mufakat

- Dengan demikian tindakan-tindakan guru yang demikratis itu ikut

berpartisipasidalam kegiatan PBM

- Bertindak sebagai kawan yang lebih dewasa dan lebih

berpengalaman serta sekaligus turut serta dalam interaksi

kelompok dengan peranan sebagai kawan yang lebih matang lagi

- Situasi kelas menjadi rileks tetapi tertib

- Hubungan dengan siswa menjadi erat dan dapat mengembangkan

potensi siswanya 9

IV. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

A. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat

Teori ini juga biasa disebut traits theory of leadership atau the

great man theory. Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa

keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau

ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sementara sifat yang dimiliki

oleh setiap individu tidaklah sama sehingga menimbulkan banyak

pendapat dikalangan ahli.

Menurut Ordway Tead yang dikutip oleh Bintoro

Tjokroamidjojo10. Terdapat sepuluh macam sifat atau perangai yang harus

dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu : energi jasmani dan rohani,


kepastian akan maksud dan arah tujuan, antusiasme dan perhatian yang

besar, ramah-tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati, integritas

dan pribadi yang kuat, kecakapan tekhnis, mudah mengambil keputusan,

cerdas, kecakapan mengajar dan setia.

Menurut John D. Miller yang dikutip dalam buku yang sama,

mengatakan bahwa ada 4 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,

yaitu : kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan, kemampuan

mengambil keputusan, kemampuan melimpahkan dan mendelegaikan

wewenang dan kemampuan menanamkan kesetiaan11

Menurut Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Human

Behaviorat work : Human Relation and Organisational Behavior yang

dikutip oleh Bintoro Tjolroamidjojo12, mengatakan ada empat macam

kelebihan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu : intelegensi,

kematangan dan keluasan pndangan sosial, mempunyai motivasi dan

keinginan berprestasi yang datang dari dalam, dan mempunyai

kemampuan mengadakan hubungan antar manusia.

Ada dua sifat yang perlu dimiliki oleh pemimpin menurut Chester

I. Barnard yaitu sifat pribadi yang meliputi fisik, kecakapan, tekhnologi,

daya tangkap, pengetahuan, daya ingat, dan imajinasi. Dan yang kedua

adalah sifat pribadi yang lebih subyektif yatu : keyakinan, ketekunan, daya

tahan dan keberanian.

Pengelompokan sifat-sifat pemimpin juga dikemukakan oleh Ralph

Stogdil13yang terdiri atas lima kelompok yaitu :

1. Capacity meliputi : kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara,

keahlian, dan kemampuan menilai.


2. Achievment meliputi ; gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasilan

dalam olah raga.

3. Responsibility meliputi : berdikari, inisiatif, ketekunan, agresif,

percaya diri, dan keinginan untuk unggul.

4. Participation meliputi : aktif, kemampuan bergaul, kerjasama, dan

mudah menyesuaikan diri.

5. Statusmeliputi : kedudukan sosial ekonomi dan ketenaran

B. Kepemimpinan Menurut teori Perilaku

Teori ini bertolak pada pemikiran bahwa perilaku pemimpin akan sangat

mempengaruhi bentuk kepemimpinan yang ia pegang. Oleh karena itu ada

beberepa pendapat yang mendasarkan kepada teori ini, yang dapat

digolongkan kedalam dua dimensi utama yaitu konsiderasi dan strukstur

inisiasi.

1. Konsiderasi yaitu perilaku pemimpin yang cenderung kearah

kepentingan bawahan (an employee-oriented style) yang mempunyai

ciri-ciri : ramah tamah, mendukung dan membela bawahan, mau

berkonsultasi14, memperlakukan bawahan setingkat dengannya.

2. Struktur Inisiasi yaitu perilaku pemimpin yang cenderung lebih

mementingkan tujuan organisasi dari pada memperhatikan anggotanya

(task oriented style). Ia mempunyai ciri-ciri keketatan dalam peraturan,

memberikan standar nilai tertentu atas pekerjaan dan mengawasi

seluruh aktifitas dalam kelompok tersebut

Sementara menurut likert seorang pemimpin mempunyai empat

karakter dalam kepemimpinan yaitu : otoriter, otoriter yang bijak,

konsultatif, dan partisipatif.


Perilaku kepemimpinan yang mendasarkan pada perilaku, kemudian

memunculkan teori perilaku kepemimpinan tiga dimensi yang

dikemukakan oleh W. J. Reddin melalui bukunya “ What Kind of

Manager ” yang menjelaskan ada tiga pola dasar yang dapat dipakai

untuk menentukan perilaku kepemimpinan yaitu :

1. Beorientasi pada tugas (task orinted)

2. Berorientasi pada hubungan kerja sama (relationship oriented)

3. Berorientasi pada hasil (effectiveness oriented)

Dari tiga pola dasar tersebut akhirnya dikembangkan menjadi

delapan macam gaya kepemimpinan dengan masing-masing

cirinya, yaitu :

KURANG EFFECTIVE

DESERTER MISIONARY AUTOCRAT COMPROMISER


Tidak ada rasa Mengembangkan, Keras, keras kepala, Tidak berpendirian tetap,
keterlibatan, moral penolong, lemah bandel tidak ada keputusan,
rendah dan suka di berpandangan pendek
ramalkan

LEBIH EFFECTIVE
BENEVOLENT
BUREUCRAT DEVELOPER EXECUTIVE
AUTOCRAT
Patuh peraturan, Kreatif, memberi Lancar dan tertib, Bermutu tinggi, memberi
manusia organisasi, pelimpahan ahli mengorganisasi, motivasi dengan baik,
lugu (tanpa tedeng wewenang dengan besar rasa berpandangan luas
aling-aling) baik, menaruh keterlibatan diri
kepercayaan

Berdasarkan uraian tersebut mengindikasikan bahwa setiap perilaku

kepemimpinan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan sifat-sifat pribadi

yang dimiliki oleh pemimpin itu sendiri.


C. Kepemimpinan Menurut Teori Kontingensi ( Situasional )

Teori ini menjadikan sasaranya yaitu identifikasi faktor-faktor

penting di dalam situasi dan memperkirakan gaya atau perilaku

kepemimpinan yang paling efektif di dalam situasi itu. Sehingga

keberhasilan kepemimpinan tidak hanya ditentukan oleh pimpinannya

saja, atau dengan kata lain tidak ada seorang pemimpin yang dapat

berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya saja dalam berbagai

situasi. Seorang pemimpin akan cenderung berhasil apabila menjalankan

kepemimpinannya dapat menerapkan bermacam gaya sesuai dengan

situasi yang berbeda15, salah satu faktor yang menunjukan adanya

perbedaan situasi organisasi adalah tingkat kematangan dan perilaku

kelompok.

Ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Paul Hessey dan

Kenneth Blancard yang disebut Life Cycle Theory16 yang menyebutkan

bahwa kepemimpinan yang paling efektif adalah kepemimpinan yang

disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity) anggotanya yang

didefinisikan dengan suatu tingkat kemantapan usia atau emosi (age

oremotional Sability ) .

Selain itu yang perlu diperhatikan dalam teori itu adalah

kecenderungan –kecenderungan gaya kepemimpinan didalam menghadapi

berbagai variabel situasi (waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, harapan

dan kemampuan atasan, teman sejawat, bawahan, sarana pendukung )

berbeda-beda pula. Ada empat kecenderungan gaya kepemimpinan dalam

menghadapi setiap tugas dalam situasi yang berbeda yaitu :

a. Direktif atau mengarahkan dan memberikan perintah


b. Konsultatif atau membimbing dan membantu menjawab

permasalahan

c. Partisipatif ikut serta dalam setiap penyelesaian tugas

d. Delegatif mengakomodasi setiap permasalahan kemudian

keputusan ditentukan oleh anggota

V. RUANG LINGKUP KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan dapat diklasifikasikan berdasarkan ragam dan bentuk

aktivitas dari kepemimpinan itu. Ragam kepemimpinan itu antara lain

adalah kepemimpinan adat, kepemimpinan agama, kepemimpinan politik,

kepemimpinan profesi dan lain sebagainya. Pembatasan ruang lingkup

kepemimpinan sangat diperlukan sebagai upaya untuk lebih terarah dan

lebih memperjelas perbedaan dalam kaitannya dengan obyek

kepemimpinannya tersebut.

a. Guru Sebagai Bentuk Kepemimpinan Profesi

Kepemimpinan merupakan salah satu ilmu terapan dari ilmu-ilmu

sosial yang merupakan cabang dari ilmu Administrasi, dan lebih

khusus lagi merupakan bagian dari Ilmu Administrasi Negara. Sebagai

suatu ilmu, kepemimpinan juga memiliki ciri-ciri atau kriteria sebagai

layaknya suatu ilmu. Ada enam macam kriteria yang memberikan ciri

bahwa kepemimpinan sebagai suatu ilmu, yaitu memiliki prosedur,

memiliki definisi, didukung oleh data yang obyektif, mempunyai

penemuan yang bersifat replicable, pendekatan yang bersifat

sistematis dan kumulatif dan memiliki tujuan.


Sementara dari tujuan dariilmu pada hakekatnya adalah

memberikan suatu uraian (Explanation ), memberikan pengertian (

understanding ), memebrikan berbagai penafsiran (perdicting)17.

Sedangkan kepemimpinan sebagai suatu profesi dapat ditinjau dari

pengertian profesi yang dikemukakan oleh Paul E. Torgerson dan

Irwin T. Weinstock yang dikutip oleh KR. Andrews yang

mengemukakan bahwa untuk menentukan apakah suatu lapangan

kerja itu dapat disebut suatu profesi apabila lapangan kerja tersebut

memiliki lima hal penting yang di dalamnya meliputi18 :

a. Pengetahuan ( knowledge)

b. Diterapkannya keahlian ( completemen aplication )

c. Tanggung jawab sosial ( social responsibility )

d. Kontrol diri ( self control )

e. Pengakuan oleh masyarakat ( social sanction )

Sedangkan pengertian laiin menyebutkan bahwa yang disebut profesi

adalah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya menuntut adanya standar

keahlian serta didukung oleh perilaku tertentu. Dari sini dapat kita simpulkan

bahwa guru adalah salah satu bentuk dari profesi dan merupakan bagian dari

bentuk kepemimpinan profesi.

Guru mempunyai peranan yang aktif dalam segala masalah yang

berkenaan dengan kebutuhan siswanya,ia ikut merasakan kebutuhan-kebutuhan

tersebut dan juga membantu menstimulus siswa dalam upayanya memenuhi

kebutuhan-kebutuhan siswa trsebut.sehingga diperlukan sebuah keterampilan dan

sikap yang mendukung tugas itu. Agar pendidik dalam melakukan tugas dapat
berperan lebih baik maka perlu kepemimpinan yang dapat mempengaruhi siswa

untuk belajar lebih aktif. Dari sini faktor orang atau pribadi menjadi sangat

menentukan, karena konsepsi kepemimpinan pada umumnya memusatkan

perhatian pada kepribadian dengan kualitas unggul. Seorang guru mempunyai satu

posisi sehubungan dengan fungsi dan tugas atau kedudukannya.

Untuk itu seorang guru harus memiliki sifat-sifat pokok dalam

kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Sifat ini antara lain dikemukakan oleh

Elsbree dan Reutter yang mengisyaratkan beberapa kriteria yang harus dimiliki

oleh seorang guru yang baik harus memiliki19 :

 Sifat-sifat personel dan sosial yang baik

 Kecakapan intelektual

 Latar belakang pengetahuan yang sesuai

 Filsafat pendidikan dan bimbingan

 Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan tekhnik-tekhnik mengajar

 Pengalaman profesional dan non profesional

 Potensi untuk mengembangkan profesinya

 Kesehatan fisik dan mental

Berkaitan dengan metode pengajaran yang diterapkan guru, Dra. Roestiyah

N. K. mengemukakan metode pengajaran yang baik yaitu metode pengajaran yang

demo kratis yang mempunyai ciri-ciri20 :

 Guru dan siswa bersama-sama menentukan kegiatan di luar pelajaran

 Guru membantu siswa dengan saran dan kritik yang membangun

 Guru tidak llupa memberikan penghargaan


 Penentuan terhadap suatu kegiatan dilakukan secara musyawarah dan

mufakat

 Dengan tindakan yang demikian guru yang demokratis ikut

berpasipatif dalam kbm

 Bertindak sebagai kawan yang lebih berpengalaman dan turut serta

dalam interaksi kelompok dengan peranan sebagai kawan yang lebih

matang tadi

 Situasi kelas menjadi rileks tetapi tertib

 Hubungan dengan siswa menjadi erat dan dapat mengembangkan

potensi siwanya.

1
Fred E. Fielder dan Martin M. Chemers, Leadership and Effective Management, By Scot,
Foresman and Company, Glienview, Illionis, 1974
2
Stogdil Ralph M, Handbook of Leadership, Collier Macmillan Publisher, london, 1974, hal 7-17
3
Hersey, Paul&Kenneth H. Blanchard. Management of Organizational Behavior, Prentice-Hall
inc. Englewood Cliffs, New Jersey 1977. Hal 85
4
Drs. M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. (Bandung, Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, 1987) Hal, 24-25
5
Prajudi Atmosudirdjo, Masalah Pendidikan Ilmu Administrasi Pada perguruan-Perguruan Tinggi,
(Jakarta, Lembaga Administrasi Negara, 1961) hal. 24-25
6
M. Ngalim Purwanto, Drs. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung, penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, 1987) hal.48
7
Ibid, hal. 49
8
Yayat Hayati Sujatmiko DR. Perilaku Organisasi ( Bandung, penerbit Alfabaet 2002) hal.54
9
Roestiyah, NK. “ Masalah Pengajaran Sebagai suatu Sistem “ Jakarta; Bina Aksara , Tahun 1986
Hal 59.
10
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangaunan. (Jakarta, Penerbit LP3ES
1974) cet 1 hal. 110-114
11
Op. Cit, hal. 112
12
Loc. Cit, hal. 113
13
Stogdil, Ralph. M. Op cit. Hal 35
14
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motifasi, (Jakarta, Ghalia indonesia 1987) hal. 62
15
Ibid. Hal. 43
16
Stoner,James AF, Op, Cit. Hal. 458
17
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, ( Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987) hal. 128
1818
Targerson, Paul E. IrwinT. Weinstock. Management an Integrated Approach. ( by Prentice
Hall, inc, Englewood ckiffs, new Jersey 1972. Hal. 4-6
19
Elsbree dan Reutter, Staff Personelin The Publik School. Prentice-Hall, Inc. New York, 1954
20
Roestyah, NK. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. (Jakarta, Bina Aksara 1986 ) Hal 59

Anda mungkin juga menyukai