Terapi Antibakteri Atau Antifungi
Terapi Antibakteri Atau Antifungi
A. Pendahuluan
Terapi antibakteri atau antifungi jangka panjang di rumah, kadang-kadang diperlukan
untuk mengobati infeksi (misalnya, infeksi paru, fibrosis kistik, infeksi human
immunodeficiency virus, dan osteomyelitis), bahkan setelah suatu rawat-inap yang lama
di rumah sakit. Rencana ini berfokus pada perawatan yang dibutuhkan untuk anak-anak
yang menjalani terapi intramuscular atau intravena di rumah. Orang tua atau pemberi
perawatan lain, misalnya, perawat kesehatan di rumah, dapat memberikan perawatan.
B. Pengkajian
1. Respirasi
Mengi
Dyspnea
2. Integumen
Ruam
Gatal-gatal/bintik merah
Urtikaria
Peningkatan suhu
C. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan infeksi bakteri atau jamur.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan integritas jaringan yang ditandai oleh penurunan
suhu, hitung sel darah putih, frekuensi jantung, dan (jika infeksi terlokalisasi)
drainase purulent dan bau.
b. Intervensi
1) Apabila memungkinakan, instruksikan orang tua untuk memberi obat-obatan
intravena (melalui suatu akses intravena dengan infus yang kontinu atau infus
intermiten dengan suatu heparin lock).
2) Pastikan orang tua mengetahui untuk memberi obat sesuai arah jarum jam,
sesuai indikasi.
3) Informasikan orang tua bahwa perawat kesehatan di rumah akan memantau
hasil laboratorium darah anak, dengan rutin (termasuk hitung darah lengkap,
laju endap darah, dan setiap kultur bakteri atau kultur jamur yang diperlukan)
serta kaji tanda-tanda vital serta system tubuh yang terkena setiap hari atau
setiap 2 hari, sesuai indikasi.
c. Rasional
1) Dengan menggunakan rute intravena, jika sesuai, menghilangkan traua,
keceasan, serta nyeri yang kadang-kadang dihubungkan dengan pemberian per
intramuscular.
2) Memberi obat-obatan searah jarum jam dapat membantu mempertahankan
kadar serum yang tepat sehingga menjamin efek obat bakteriostatik atau
fungistatik yang optimal.
3) Pemantauan dan pengkajian yang rutin, dapat menentukan kebutuhan
penyesuaian dosis atau penghentian terapi.
B. Pengkajian
1. Gastrointestinal
Feses berwarna cokelat atau hijau kecokelatan.
Konsistensi feses normal (feses yang cair melalui ileostomi; feses berbentuk
dengan tindakan kolostomi).
2. Integumen
Kulit berwarna kemerahmudaan atau merah pucat pada tempat stoma.
Membran mukosa lembab pada permukaan stoma.
Kulit utuh di sekitar sisi stoma.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan pajanan kulit pada feses.
a. Hasil yang diharapkan
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda kerusakan integritas kulit yang
ditandai oleh kulit periostoma utuh.
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada orang tua (dan anak, jika memungkinkan) untuk
menggunakan sebuah kantong ostomi yang pas dan memfiksasikannya pada
kulit dengan barrier kulit (misalnya, Hollihesive, Stomahesive, atau Comfed)
untuk mencegah kebocoran dari kantong. Untuk bayi, instruksikan orang tua
untuk memasang kantong sebelum mengenakan sebuah popok.
2) Instruksikan orang tua untuk memantau kantong ostomi untuk mendeteksi
kebocoran setiap 2 jam dan untuk mengganti kantong, segera setelah mereka
mencurigai atau melihat adanya kebocoran.
3) Ajarkan orang tua pentingnya mengosongkan kantong ostomi, ketika kantong
tersebut terisi cairan sebanyak seperempat sampai sepertiga kantong.
4) Jelaskan kepada orang tua untuk mengganti kantong ostomi, sekurang-
kurangnya setiap 24 jam sampai kulit pulih (biasanya dalam 1 hingga 3 hari).
5) Ajarkan orang tua cara membersihkan kulit di sekitar stoma dengan
menggunakan air atau larutan salin normal.
6) Apabila kulit rusak (ditandai oleh kemerahan atau ekskoriasi), instruksikan
orang tua untuk mengobati kulit dengan menggunakan metode dan obat-
obatan yang diprogramkan oleh dokter, ahli terapi enterostoma, dan perawat
ostomi.
c. Rasional
1) Menggunakan sebuah kantong yang pas dan barrier kulit yang efektif
melindungi kulit dari efek membakar yang timbul dari feses. Seorang ahli
terapi enterostoma dapat menasihatkan orang tua untuk produk mana yang
paling sesuai dengan kebutuhan anak. Mengenakan bayi popok tanpa sebuah
kantong biasanya menyebabkan kerusakan kulit.
2) Kontak kulit yang lama dengan feses meningkatkan risiko kerusakan kulit.
3) Membiarkan kantong menjadi terlalu penuh meningkatkan risiko kebocoran
karena berat feses dapat menarik dan merobek penyekat.
4) Mengganti kantong setiap hari memungkinkan pemantauan dan terapi yang
sering, jika perlu.
5) Membersihkan fese yang melekat dari permukaan kulit dapat mencegah
iritasi.
6) Derajat kerusakan kulit menentukan terapi spesifik yang dibutuhkan.
3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kolostomi
atau ileostomi.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat yang ditandai oleh anak
dapat mengkonsumsi makanan sedikitnya 80% dari porsi makanan.
b. Intervensi
1) Anjurkan kepada orang tua untuk menyajikan makanan bagi anak dalam porsi
sedikit, tetapi frekuensi yang sering.
2) Beri penjelasan mengenai hal yang penting, yaitu tentang makanan apa saja
yang ada dalam diet anak yang dapat menimbulkan gas atau diare, seperti
kembang kol, makanan pedas, kacang-kacangan, buncis, serta buah atau jus
buah-buahan.
c. Rasional
1) Menyajikan makanan untuk anak dalam jumlah yang sedikit dan frekuensi
yang sering dapat menjamin bahwa ia akan menerima sejumlah nutrisi yang
adekuat tanpa harus terasa penuh pada lambungnya.
2) Membatasi atau berpantang terhadap makanan yang disebutkan ini dapat
mencegah pembentukan gas yang dapat mencegah distensi serta tidak nafsu
makan.
4. Konstipasi yang berhubungan dengan absorbsi air.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mengalami eliminasi normal yang ditandai oleh gerakan usus yang
lembut dan tidak ada nyeri selama eliminasi.
Irigasi kolostomi
Ketika mengirigasi sebuah ostomi, lakukan irigasi pada waktu yang sama setiap
hari, sediakan satu jam untuk keseluruhan prosedur. Lakukan langkah sebagai
berikut:
Isi kantong irigasi dengan air hangat atau larutan lain seperti yang
diinstruksikan oleh dokter atau ahli terapi enterostoma. Gunakan air hangat—
bukan air dingin—untuk mengurangi risiko kram.
Fiksasikan selang irigasi di sekitar stoma dan tempatkan ujung selang dalam
toilet. Tindakan ini dapat membuat larutan irigasi langsung keluar toilet.
Sebelum menginsersi selang irigasi plastic sepanjang 2,8—4 cm ke dalam
stoma, dilatasi muara stoma dengan jari yang sudah dilubrikasi dan
menggunakan sarung tangan serta oleskan lubrikan pada selang (tindakan ini
membantu mencegah terdorongnya selang secara paksa ke dalam stoma, dan
kemungkinan perforasi usus). Kemudian insersi selang.
Setelah selang dipasang, mulai masukkan larutan. Kurangi kecepatan jika
terjadi kram. Tahan kubah irigasi terhadap muara stoma untuk mencegah
refluks air ke dalam kantong irigasi.
Biarkan sebagian besar cairan didrain masuk ke dalam toilet (langkah ini
biasanya menghabiskan waktu selama 10-15 menit). Setelah didrain, tutup
ujung selang irigasi, serta anjurkan anak untuk mengenakan kantong selama
satu jam berikutnya. Jelaskan kepadanya untuk menggerakkan badan saat ini,
untuk membantu sisa larutan keluar dan masuk ke dalam kantong.
Setelah kolostomi telah total didrainase, lepas kantong irigasi dan pasang
kantong ostomi serta barrier kulit untuk menampung feses yang keluar
berikutnya.
b. Intervensi
1) Beri tahu orang tua (dan anak, jika memungkinkan) untuk mengirigasi
kolostomi atau ileostomi pada dini hari.
2) Beri diet tinggi-serat.
3) Tingkatkan asupan cairan anak, sesuai program.
c. Rasional
1) Irigasi pada dini hari dapat mengosongkan usus dan membantu mencegah
konstipasi.
2) Suatu diet tinggi-serat meningkatkan kepadatan feses sehingga mencegah
konstipasi.
3) Peningkatan asupan cairan meningkatkan kandungan air dalam feses, yang
dapat meningkatkan eliminasi normal.
Ventilasi mekanis
A. Pendahuluan
Ventilasi mekanis adalah cara untuk memantau atau membantu pernapasan secara buatan.
Dalam perawatan di rumah, biasanya dipakai ventilator-siklus-volume atau siklus-
tekanan yang telah sedikit dimodifikasi untuk penggunaan di rumah. Kondisi yang
membutuhkan bantuan ventilasi meliputi diplasia bronkopulmoner, koma, dan gangguan
musculoskeletal.
B. Pengkajian
1. Respirasi
Frekuensi dan irama pernapasan normal.
Suara napas yang jernih.
Tidak ada ronki kasar atau ronki.
2. Kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung yang normal.
3. Neurologi
Tenang.
Tingkat kesadaran yang tepat untuk didiagnosis: buka mata, menggerakkan mata,
atau mengkedipkan mata menurut perintah.
4. Integument
Warna merah muda pucat.
Waktu pengisian ulang kapiler dengan cepat.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kemungkinan obstruksi jalan
napas.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan pernapasan yang efektif yang ditandai oleh tidak ada
kegawatan pernapasan.
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada orang tua pentingnya menggunakan oksigen yang
dilembabkan untuk ventilasi.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk memberikan oksigen terlebih dahulu kepada
anak (praoksigenasi), serta melakukan hiperventilasi anak dengan kadar
oksigen 100%, selama 30-60 menit sebelum pengisapan.
3) Jelaskan kepada orang tua untuk meneteskan sebanyak 0,5 ml larutan salin
normal ke dalam slang endotrakea sebelum melakukan pengisapan.
4) Jelaskan bahwa indikasi dilakukannya pengisapan pada anak, hanya jika ia
mengalami dyspnea atau mendengkur (gurgling).
5) Ajarkan orang tua cara memantau frekuensi jantung anak (dengan
menggunakan stetoskop atau alat pantau jantung di rumah), dan kaji warnanya
selama pengisapan.
6) Jelaskan kepada orang tua untuk mengganti slang trakeostomi anak sesuai
program (biasanya sekali seminggu), atau kapan pun sumbatan terjadi.
Jelaskan pula untuk menyimpan dua atau tiga slang tambahan untuk dipakai
kapan saja.
7) Jelaskan kepada orang tua untuk memberi obat bronkodilator aerosol dan
lakukan fisioterapi dada, sesuai program.
8) Ajarkan orang tua untuk mengkaji status pernapasan anak setiap 4-8 jam.
Kebanyakan orang tua menerima bantuan dari perawat kesehatan rumah pada
pengkajian tersebut.
c. Rasional
1) Udara yang lembap dan hangat mencegah lendir menjadi kental.
2) Praoksigenasi dapat mencegah hipoksia yang dikaitkan dengan pengisapan.
Hiperventilasi membuka alveoli dan mengurangi risiko atelectasis.
3) Memasukkan larutan salin dapat mengencerkan sekresi yang mengental.
4) Pengisapan dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan, penurunan
kecepatan saturasi oksigen serta peningkatan tekanan intracranial, dan harus
dilakukan hanya jika perlu.
5) Pemantauan dan pengkajian semacam ini dapat mengungkapkan kondisi
aritmia atau hipoksemia, yang merupakan keadaan komplikasi pengisapan
yang potensial.
6) Penggantian slang setiap seminggu mengurangi risiko penyumbatan. Dyspnea
yang tidak membaik setelah pengisapan dilakukan, mengindikasikan keadaan
gawat-darurat penggantian slang.
7) Bronkodilator dapat meredakan bronkospasme. Terapi fisioterapi dada dapat
mengencerkan dan memobilisasi sekresi lendir.
8) Pengkajian dengan frekuensi sering, memungkinkan evaluasi keefektifan
perawatan. Bahkan jika meneria bantuan dari seorang perawat kesehatan
rumah, orang tua atau pemberi perawatan primer harus mampu mengkaji
status pernapasan anak, dan mendeteksi komplikasi.
2. Risiko cedera (trauma pada trakea) yang berhubungan dengan gerakan slang
trakeostomi dan pengisapan.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan menderita trauma minimal pada trakea yang ditandai oleh jaringan
berwarna merah muda, utuh disekeliling trakeostomi, dan tidak ada perdarahan
selama pengisapan.
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada orang tua untuk mengamankan sirkuit ventilator ke slang
trakeostomi, dengan mengikatkan dan menjepitkan sirkuit ke pakaian anak.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk menahan slang trakeostomi di tempatnya
ketika mengganti ikatan trakeostomi.
3) Ajarkan orang tua untuk memantau tanda erosi pada area trakeostomi,
misalnya, bukti perdarahan dengan cara inspeksi melalui jaringan di
sekitarnya.
c. Rasional
1) Mengamankan sirkuit menghindari manipulasi trakeostomi yang tidak perlu,
serta mengurangi tegangan pada slang yang dapat menyebabkan slang lepas.
2) Menahan slang pada tempatnya, selama mengganti ikatan dapat
meminimalkan trauma pada trakea.
3) Tekanan dari trakeostomi dapat mengerosi jaringan, menyebabkan perdarahan
dan kemungkinan haemoragi.
5. Risiko infeksi (stoma atau traktus pernapasan bawah) yang berhubungan dengan jalan
napas buatan.
a. Hasil yang diharapkan
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi yang ditandai oleh tidak ada bau
tidak enak dan drainase purulent dari stoma serta tidak ada demam, batuk, dan
sputum yang banyak.
b. Intervensi
1) Beritahu orang tua untuk membersihkan stoma dengan larutan hydrogen
peroksida satu atau dua kali sehari.
2) Beritahu orang tua untuk melakukan pengisapan pada anak dengan
menggunakan teknik bersih. Pastikan mereka paham tentang perlunua
menghindari memegang kateter pengisapan secara berlebihan, dan menjaga
kateter jatuh atau menyentuh linen tempat tidur.
c. Rasional
1) Membersihkan dengan rutin menyingkirkan bakteri di permukaan stoma
sehingga mencegah infeksi.
2) Teknik bersih, bukan steril, memadai untuk dasar perawatan di rumah karena
kuman (pathogen) lebih jarang ditemukan di lingkungan rumah.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan
ketergantungan pada ventilasi mekanis.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan tumbuh dan berkembang dalam tahap normal yang ditandai oleh anak
mencapai tahap-tahap penting perkembangan.
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada orang tua kebutuhan memperlengkapi anak dengan mainan
serta aktifitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk mempertahankan kontak mata ketika
berbicara dengan anak, atau membacakan buku untuknya.
3) Bantu orang tua membuat papan komunikasi untuk anak yang berusia lebih
tua, yang tidak dapat berbicara karena ketergantungannya pada trakeostomi
atau ventilator. Anak yang berusia lebih muda dapat menggunakan gambar
untuk membantunya berkomunikasi.
c. Rasional
1) Mainan dan aktifitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dapat
memotifasi pertumbuhan serta perkembangan normal tanpa membuat anak
frustasi.
2) Mengawasi gerakan mulut sementara dengarkan isi bicara anak, dapat
meningkatkan ketrampilan bahasa anak.
3) Papan komunikasi atau gambar memungkinkan anak mengekspresikan
kebutuhan serta perasaannya, yang penting bagi perkembangan normal.
7. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan aspirasi.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat yang ditandai oleh
peningkatan berat badan yang semestinya dan tidak ada muntah.
b. Intervensi
1) Ketika memberi makan pada anak, katakana kepada orang tua untuk mengatur
posisi tegak dengan kepala sedikit ditekuk ke depan.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk menambah zat pewarna makanan biru pada
makanan anak jika mereka mencurigai aspirasi.
3) Jelaskan kepada orang tua untuk segera memberitahu dokter jika mereka
memperhatikan atau mencurigai aspirasi.
c. Rasional
1) Posisi semacam ini dapat meningkatkan atifitas menelan, membantu
memastikan asupan yang adekuat serta mengurangi risiko aspirasi.
2) Penambahan zat pewarna makanan ini memungkinkan identifikasi aspirasi
yang mudah (sekresi trakea berwarna biru mengindikasikan aspirasi).
3) Anak membutuhkan pemberian makan melalui slang nasogastric untuk
mencegah aspirasi, sambil memastikan bahwa ia menerima nutrisi yang
adekuat.
Dialisis peritoneal
A. Pendahuluan
Seorang anak yang menerima terapi untuk gagal ginjal akut atau kronis, penyakit ginjal
akut (misalnya, glomerulonephritis), atau keracunan memerlukan dialysis peritoneal di
rumah untuk membuang zat-zat kotor (impurities) dari darah dan untuk mempertahankan
kadar elektrolit normal.
Biasanya, dialysis peritoneal di rumah mebutuhkan dialysis peritoneal ambulasi
yang kontinu (continuous ambulatory peritoneal dialysis, CAPD) atau dialysis peritoneal
berputar (cyclead). CAPD, yang dapat dilakukan kapan saja selama waktu terjaga,
memungkinkan anak tetap dapat berjalan sepanjang terapi dialysis. Dialysis peritoneal
berputar, suatu metode yang lebih menyamankan, mengandalkan mesin dialysis untuk
memasukkan dan mengeringkan dialisat selama malam hari ketika anak tidur.
B. Pengkajian
1. Respirasi
Pernapasan dangkal meningkat.
2. Kardivaskular
Frekuensi jantung meningkat.
Tekanan darah menurun.
3. Gastrointestinal
Distensi abdomen, tegang (tightness), atau nyeri.
Anoreksia.
Mual, muntah.
Bising usus berkurang.
4. Genitourinaria
Keluaran urin menurun.
5. Integumen
Peningkatan suhu
6. Psikososial
Depresi.
Marah.
Orang tua melindungi secara berlebihan.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah.
a. Hasil yang diharapkan
Orang tua akan mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan di
rumah dan mendemonstrasikan setiap prosedur perawatan di rumah.
b. Intervensi
1) Beri orang tua penjelasan tentang pentingnya teknik mencuci tangan yang
baik.
2) Ajarkan orang tua pedoman berikut:
Sebelum memberi larutan dialisat, pastikan itu merupakan larutan yang
benar dan bahwa cairan jernih.
Pastikan bahwa semua klem terbuka ke kateter dialysis, dan bahwa semua
klem drainase tertutup.
Muali beri infus pada kecepatan aliran yang diprogramkan. Apabila
larutan tidak mengalir dengan baik, coba atur kembali posisi anak. Pantau
adanya tanda-tanda kram. Apabila kram terjadi, lambatkan kecepatan
infus.
Setelah infus selesai, klem slang infus dan tinggalkan di dalam rongga
peritoneum, selama 15-20 menit.
Buka kateter drainase dan biarkan mengalir (drain) selama 5-10 menit.
3) Apabila meungkinkan, ajarkan orang tua tujuan dan prosedur untuk CAPD,
jelaskan bahwa prosedur tersebut adalah seperti yang dilakukan di rumah
sakit, kecuali untuk hal-hal berikut:
Prosedur harus dilakukan 3-4 kali dalam periode 24 jam.
Larutan harus tetap berada di dalam peritoneum selama beberapa jam.
Anak harus mengenakan sebuah kantong drainase pada pinggangnya.
Larutan akan didrain ketika waktu dwelling komplit.
4) Apabila memungkinkan, ajarkan orang tua tujuan serta prosedur untuk
dialysis peritoneal berputar. Jelaskan bahwa prosedur tersebut adalah seperti
yang dilakukan di rumah sakit, perbedaannya adalah kateter disangkutkan ke
mesin seperti kantong drainase dan mesin berputar secara otomatis selama
malam hari.
5) Ajarkan orang tua untuk memantau anak setiap hari untuk mengetahui tanda
serta gejala infeksi peritoneal, termasuk pembesaran abdomen, demam, atau
nyeri abdomen.
6) Jelaskan pentingnya menggunakan larutan hydrogen peroksida dengan
perbandingan 1:2 di dalam air, untuk membersihkan setiap eksudat dari
sekitar tempat kateter.
7) Ajarkan orang tua untuk memantau asupan dan keluaran cairan anak setiap
hari.
8) Ajarkan orang tua tujuan serta penggunaan semua obat yang diprogramkan;
jelaskan perincian pemberian, dosis, dan efek samping yang potensial.
c. Rasional
1) Teknik mencuci tangan yang benar mengurangi risiko infeksi.
2) Mengikuti petunjuk semacam ini memastikan bahwa anak menerima jumlah
larutan dialisat yang tepat untuk membuang zat kotor dari darah.
3) CAPD melakukan fungsi yang sama dengan dialysis peritoneal biasa
dilakukan, tetapi memungkinkan anak tetap dapat bergerak sepanjang
prosedur dialysis.
4) Dialysis peritoneal berputar memungkinkan anak lebih bebas selama siang
hari, dan menghindari perlunya memutus kateter secara periodic selama waktu
infiltrasi.
5) Infeksi peritoneal dapat timbul akibat masuknya bakteri ke dalam rongga
abdomen melalui kateter.
6) Akumulasi eksudat meningkatkan infeksi bakteri dan kerusakan kulit.
7) Pemantauan semacam ini memungkinkan mereka menentukan jumlah urin
yang dihasilkan; keluaran urin secara langsung mengindikasikan fungsi ginjal.
8) Memahami tujuan dan penggunaan semua obat dapat memastikan kepatuhan
terhadap penatalaksanaan pengobatan. Mengetahui efek samping potensial
mendorong orang tua mencari bantuan medis ketika membutuhkannya.
B. Pengkajian
1. Gastrointestinal
Peningkatan berat badan.
2. Genitourinaria
Keluaran urin yang adekuat.
3. Integument
Turgor kulit yang baik.
Tempat insersi terhindar dari pembengkakan atau kemerahan.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penyakit
yang diderita.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat yang ditandai oleh
peningkatan berat badan atau berat badan stabil dan turgor kulit yang baik.
b. Intervensi
1) Beritahu orang tua untuk memantau asupan cairan anak (termasuk pemberian
makan peroral dan parenteral), dan keluaran setiap hari.
2) Beritahu orang tua untuk terus mencatat berat badan anak setiap minggu.
c. Rasional
1) Pemantauan semacam ini secara langsung mengindikasikan status cairan anak
dan asupan nutrisi.
2) Suatu catatan berat badan mingguan menunjukkan apakah anak
mempertahankan atau mengalami peningkatan berat badan, yang merupakan
indicator nutrisi yang adekuat.
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan penggunaan kateter vena pusat (central
venous catheter, CVC).
a. Hasil yang diharapkan
Anak tidak akan memperlihatkan tanda-tanda sepsis karena CVC yang ditandai
oleh anak dapat mempertahankan suhu tubuh (36,4º dan 37,2º C), tidak ada rasa
menggigil, dan hitung sel darah putih sesuai usia.
b. Intervensi
1) Ajarkan orang tua cara mengikuti teknik aseptic ketika melakukan
penggantian balutan dan ketika menguhubungkan atau melepaskan CVC.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk mementau kadar glukosa urine setiap hari.
3) Tinjau ulang bersama orang tua tanda serta gejala infeksi, termasuk
kemerahan, eksudat, edema, nyeri tekan, dan peningkatan suhu.
4) Jelaskan kepada orang tua untuk menutup jalan masuk intravena, ketika
memandikan anak.
5) Jelaskan kepada orang tua pentingnya mengubah posisi kepala anak, dan
mengenakan masker ketika mengganti balutan anak.
c. Rasional
1) Teknik aseptic dapat meminimalkan risiko masuknya bakteri ke dalam CVC.
2) Glukosa di dalam urin mengindikasikan infeksi sistemik dini, juga intoleransi
terhadap kecepatan pemberian glukosa, atau konsentrasi larutan NPT.
3) Mengetahui tanda dan gejala infeksi mendorong orang tua mencari bantuan
medis ketika membutuhkannya.
4) Kelembapan dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri.
5) Tindakan semacam ini dapat mencegah penyebaran infeksi melalui
kontaminan yang ditularkan melalui udara.
3. Ansietas (anak dan orang tua) yang berhubungan dengan prosedur.
a. Hasil yang diharapkan
Orang tua dan anak akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh
anak dan orang tua memperlihatkan tingkat rasa nyaman tertentu terhadap
prosedur NPT dan terlihat menerima kondisi anak.
b. Intervensi
1) Susun jadwal bersama perawat kesehatan di rumah, yang secara bertahap
mengurangi frekuensi kunjungan perawatan di rumah.
2) Pastikan seorang perawat primer ditugaskan untuk keluarga agar bertindak
sebagai penghubung informasi dan perawatan lanjutan.
3) Motivasi anak (jika memungkinkan) untuk merawat kateternya, dan
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri lain.
4) Anjurkan keluarga untuk menggunakan terapi infus berputar (memberi larutan
NPT, pada interval yang dirancang, misalnya, selama malam hari sementara
anak tidur), ketika memungkinkan.
5) Perkenalkan orang tua, kepada orang tua dari anak-anak lain yang menjalani
terapi NPT.
c. Rasional
1) Secara bertahap mengurangi frekuensi kunjungan (alih-alih secar mendadak
menghentikan semua kunjungan), dapat memungkinkan keluarga melakukan
prosedur secara mandiri dengan tujuan meningkatkan interval sehingga
membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi rasa cemas
mereka.
2) Menugaskan seorang perawat kepada keluarga memastikan bahwa mereka
menerima perhatian dan perawatan konsisten, yang seharusnya mengurangi
rasa cemas mereka.
3) Melakukan aktivitas perawatan diri membantu anak mengembangkan
kemampuan mengatasi situasi, serta dapat mengurangi rasa cemas.
4) Terapi berputar memungkinkan keluarga mempertahankan beberapa aspek
gaya hidup mereka yang lazim sehingga mengurangi rasa cemas mereka.
5) Bertemu orang tua lain yang memiliki anak yang sedang menjalani terapi
yang sama, dapat memberi dukungan dan membantu orang tua menemukan
cara menghadapi perubahan gaya hidup.
Trakeostomi
A. Pendahuluan
Trakeostomi adalah muara yang dibuat melalui pembedahan ke dalam trakea yang
memfasilitasi jalan napas yang paten, untuk memintas obstruksi jalan napas atas,
memastikan dukungan ventilasi jangka panjang, atau untuk membersihkan sekresi lendir
dari jalan napas. Indikasi trakeostomi meliputi dysplasia bronkopulmoner, stenosis
subglotik, dan kegawatan napas.
B. Pengkajian
1. Respirasi
Krekels.
Ronki.
Distress pernapasan.
Stridor.
Lendir purulent.
Kesulitan memasukkan kateter pengisapan trakea.
Sianosis.
2. Integumen
Kemerahan di sekitar stoma.
Drainase purulent.
Peningkatan suhu.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembapan, humiditas, atau
akumulasi lendir.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan memiliki integritas kulit yang baik yang ditandai oleh anak dapat
mempertahankan kulit yang utuh tanpa tanda kemerahan, pembengkakan, dan
demam.
b. Intervensi
1) Instruksikan orang tua (dan anak, jika memungkinkan) untuk membersihkan
tempat trakeostomi dengan larutan hydrogen peroksida setiap 8 jam, atau
sesuai kebutuhan.
2) Beritahu orang tua untuk mempertahankan agar leher anak tetap kering dan
untuk membuang sekresi, sesuai yang dibutuhkan.
3) Jelaskan kepada orang tua untuk mengganti ikatan trakeostomi setiap hari atau
sesuai yang dibutuhkan.
4) Minta orang tua mengganti atau membersihkan tromol pengisap, nebulizer,
dan peralatan lain setiap 48 jam, atau sesuai kebutuhan.
5) Tekankan pentingnya membersihkan kanula bagian dalam, setiap 8 jam
dengan menggunakan teknik steril.
c. Rasional
1) Membersihkan area trakeostomi dengan sering, dapat mengurangi efek iritasi
pada kulit yang bersumber dari sekresi.
2) Kelembapan dapat menyebabkan iritasi yang dapat menimbulkan pada
kerusakan kulit.
3) Ikatan basah dapat mengiritasi kulit dan merupakan media yang hangat,
lembap, yang dapat menimbulkan infeksi.
4) Mengganti dan membersihkan peralatan dengan rutin dapat mengurangi risiko
kerusakan kulit yang dapat menuntun pada infeksi.
5) Membersihkan kanula bagia dalam dengan sering, dan menggunakan teksnik
steril, dapat mengurangi risiko infiltrasi bakteri yang menyebabkan kerusakan
kulit dan infeksi.
2. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan lepas atau tersumbatnya slang
trakea.
a. Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan pola napas normal yang ditandai oleh gerakan
pernapasan yang sama bilateral, membrane mukosa berwarna muda lembap,
dantidak ada dyspnea, batuk, dan tersedak.
b. Intervensi
1) Untuk mencegah slang lepas, instruksikan orang tua untuk membuat ikatan
trakeostomi dalam bentuk sampul, bukan kea rah bawah. Minta mereka untuk
mementau ikatan tersebut setiap 8 jam.
2) Jelaskan kepada orang tua untuk memastikan ikatan yang baru terpasang,
sebelum melepaskan ikatan yang lama. Juga jelaskan bahwa mereka harus
mengganti ikatan tersebut kapan pun memungkinkan.
3) Tekankan pentingnya menempatkan sebuah slang trakeostomi dan gunting
cadangan dekat anak, setiap saat.
4) Instruksikan orang tua untuk mengganti slang trakeostomi, sekurang-
kurangnya setiap bulan (lebih baik setiap minggu).
5) Minta orang tua mengkaji warna, jumlah, konsistensi, dan bau sekresi setiap 8
jam. Jelaskan kepada mereka untuk memberi tahu dokter setiap perubahan
sekresi yang signifikan.
6) Instruksikan orang tua untuk melakukan pengisapan pada anak, dengan
menggunakan spuit atau kateter, sesuai kebutuhan, jika anak mendengkur,
mengalami kesulitan napas, atau menghasilkan banyak sekresi.
7) Minta orang tua memasukkan sebanyak 0,5 ml larutan salin normal secara
langsung ke dalam slang trakeostomi, sesuai kebutuhan, untuk mengencerkan
sekresi yang kental.
8) Minta orang tua mendorong anaka yang berusia lebih tua untuk batuk
sehingga sekresi keluar.
9) Jelaskan pentingnya mengkaji suar napas anak sebelum dan setelah
pengisapan.
10) Instruksikan orang tua untuk memberi udara atau oksigen yang telah
dilembapkan, sesuai yang dibutuhkan.
11) Jelaskan kepada orang tua untuk meneteskan satu atau dua tetes larutan salin
normal ke dalam slang trakeostomi sesuai yang dibutuhkan, ketika anak jauh
dari sumber humidifikasi.
12) Jelaskan kepada orang tua untuk memotivasi anak minum sebanyak 2-8 gelas
cairan (berukuran 240 ml) (tergantung pada usia anak), kecuali jika dibatasi.
c. Rasional
1) Bentuk ikatan dengan cara menekuk ke bawah, dapat dengan mudah menjadi
longgar atau terlepas, meningkatkan risiko selang terlepas serta kegawatan
pernapasan.
2) Memastikan ikatan yang baru terpasang, sebelum melepaskan ikatan yang
lama mengurangi risiko slang lepas tanpa disengaja. Dua orang secara
bergantian, dapat mengubah ikatan dengan lebih efisien daripada satu orang,
khususnya jika anak cenderung batuk atau bergerak.
3) Mempersiapkan alat ini memungkinkan penggantian yang segera, kalau-kalau
terbentuk sumbatan atau slang lepas tanpa disengaja.
4) Slang yang bersih dapat mengurangi risiko terbentuknya sumbatan dan
infeksi.
5) Sekresi yang kental, berlebihan dapat meningkatkan risiko penyumbatan dan
mengindikasikan kebutuhan untuk peningkatan cairan atau humiditas atas
keduanya. Perubahan warna atau bau dapat mengindikasikan infeksi.
6) Spuit membuang sekresi dari bagian atas trakea, tanpa menyebabkan trauma
pada trakea. Sedangkan pemakaian kateter memungkinkan pengisapan yang
dalam.
7) Sekresi encer lebih mudah dikeluarkan atau diisap.
8) Batuk mengurangi kebutuhan pengisapan dan risiko trauma pada trakea.
9) Pengkajian semacam ini membantu orang tua mengevaluasi, apakah
pengisapan dapat efektif membuang sekresi.
10) Humidifikasi mengencerkan sekresi dan membantu mengurangi distress
napas. Kebanyakan anak membutuhkan banyak humidifikasi selama mereka
terpasang trakeostomi. Namun, mereka biasanya tidak membutuhkan
humidifikasi yang kontinu, setelah beberapa hari pertama pascaoperasi.
11) Larutan salin normal membantu mempertahankan sekresi encer dan lembap
sehingga mudah dibuang, mengurangi risiko distress pernapasan.
12) Asupan cairan yang adekuat mempertahankan sekresi lembap dan encer
sehingga mudah dibung, mengurangi risiko distress pernapasan.