Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kejang hemifacial (Hemifacial Spasm) adalah kejang tidak disadari yang
tidak terasa sakit pada salah satu bagian wajah disebabkan kerusakan syaraf
cranial VII (N. Facialis). Saraf ini menggerakkan otot wajah, merangsang kelenjar
ludah dan air mata, dan memungkinkan bagian depan lidah untuk mengetahui
rasa. Kejang hemifacial (Hemifacial spasm) mempengaruhi pria dan wanita tetapi
lebih sering terjadi pada usia pertengahan dan wanita yang lebih tua. Kejang
tersebut kemungkinan disebabkan oleh kelainan posisi arteri atau simpul pada
arteri yang menekan syaraf cranial VII dimana terdapat batang otak.3
2.2. Anatomi
Nukleus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak
menyilang melalui traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi
menerima persarafan korteks kontralateral (hanya serabut kortikobulbaris yang
menyilang). Apabila terdapat suatu lesi rostral dari nukleus fasialis akan
menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral kecuali otot frontalis
dan orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima
persarafan dari kortikal bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan
oleh lesi yang mengenai satu korteks motorik atau jaras kortikobulbarisnya.2
Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu :
2
3
2.4. Patofisiologi
Pertama dijelaskan oleh Gowers pada tahun 1884, Hemifacial Spasme
(HFS) merupakan suatu mioklonus otot segmental yang diinervasi oleh nervus
facialis. Gangguan ini terjadi dalam dekade kelima atau keenam dari kehidupan,
hampir selalu unilateral, meskipun gangguan bilateral dapat terjadi jarang pada
kasus yang berat. Hemifacial spasm biasanya dimulai dengan gerakan klonik
singkat dari otot orbicularis oculi dan menyebar dalam beberapa tahun ke otot
wajah lainnya (corrugator, frontalis, orbicularis oris, platysma, zygomaticus).4
Gerakan klonik berlangsung untuk kontraksi tonik berkelanjutan dari otot
yang terlibat. Iritasi kronis pada nervus facialis atau nukleus facialis merupakan
penyebab yang mungkin dari Hemifacial Spasm, mungkin timbul dari kondisi dari
penyakit dasar yang dimiliki. Iritasi dari nucleus nervus facialis diyakini
menyebabkan hipereksitabilitas dari nucleus nervus facialis, sementara iritasi pada
segmen proksimal saraf dapat menyebabkan ephatic transmisi dalam nervus
facialis. Mekanisme lain menjelaskan involunter ritmik kontraksi mioclonic
diobservasi pada hemifacial spasm.3
Lesi kompresi (misalnya tumor, arteriovenous malformation, paget disease)
dan lesi non kompresi (misalnya stroke, multiple sclerosis plaque, basilar
meningitis) mungkin dapat timbul sebagai hemifacial spasm. Sebagian besar
kasus hemifacial spasm sebelumnya yang dianggap idiopatik itu mungkin
disebabkan oleh pembuluh darah yang menyimpang ( misalnya cabang distal dari
arteri anterior inferior cerebellar atau arteri vertebralis) mengompresi nervus
facialis dalam cerebellopontine angle.3
2.6. Diagnosis
Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi
involunter otot wajah yang dipersarafi N.VII ( N. facialis ), bersifat paroksismal,
timbil secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah. Biasanya timbul pada
usia dekade limapuluhan dan banyak dijumpai pada wanita.3
Pada spasme hemifasial typical kontraksi dimulai pada musculus
orbicularis oculi dan menjalat secara bertahap ke otot daerah pipi dan menyebar
ke daerah mulut, meliputi musculus orbicularis oris,buccinator dan platysma.
Spasme hemifasial atypical lebih jarang ditemukan. Pada spasme hemifasial
typikal kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oris dan buccinator, dan
menyebar ke musculus orbicularis oculi. Madjid Samii dkk menemukan dari 143
pasien spasme hemifasial, kasus typical ditemukan pada 95,9% dan atypical
4,1%.3
7
Gambar 2.3. Pasien hemifacial spasm saat tidak kejang dan saat kejang
Hemimasticatory spasm
Hemimasticatory spasm hampir sama denga hemifacial spasm dan
terjadi dengan iritasi pada saraf motorik trigeminal. Kondisi yang jarang
adalah myoclonus segmental dan muncul dengan kontraksi involunter
unilateral dari trigeminal yang diinervasi otot pengunyah ( biasanya
masseter). Mirip dengan Hemifacial spasm, Hemimasticatory spasm
merespon pengobatan dengan obat-obatan dan toksin botulinum. Namun,
sedikit bukti yang mengeksplor manfaat pembedahan pada pasien dengan
penyakit ini.
Myoclonic movement
Gerakan myoclonic mempengaruhi otot-otot wajah juga bisa
muncul dari lesi pada level otak atau batang otak. Ini dibedakan dari
hemifacial spasm oleh distribusi gerakan abnormal (lebih umum dan
mungkin bilateral) dan mungkin dengan pemeriksaan electrodiagnostic.
Central myoclonus merespon anticonvulsant management.
Craniofacial Tremor
Craniofacial tremor mungkin terjadi dalam hubungan dengan
tremor esensial, parkinson disease, thyroid disfunction, atau gangguan
elektrolit. Kejang focal motor harus dibedakan dari gangguan gerakan
wajah. Terutama hemifacial spasm. Kelemahan postictal dan keterlibatan
yang lebih besar dari wajah bagian bawah adalah hal yang membedakan
dengan kejang focal motor.
Facial myokimia
Facial myokimia muncul sebagai vermikular twitching dibawah
kulit, sering dengan penyebaran seperti gelombang. Hal ini dibedakan dari
gerakan wajah abnormal lainnya dengan karakteristik electromyogram.
Facial myokimia dapat terjadi dengan beberapa proses di batang otak.
Pada kasus yang berat mungkin bermanfaat jika diberikan toksin
botulinum. Kebanyakan kasus adalah idiopatik dan sembuh tanpa
pengobatan dalam beberapa minggu.
10
2.8. Penatalaksanaan
1. Injeksi Toxin Botulinum
Gambar 2.4. Pasien sebelum (kiri) dan 4 minggu setelah injeksi botulinum A
exotoxin pada otot perioral dan periokular untuk hemifacial spasm
11
2. Farmakoterapi
3. Operasi Dekompresi
2.9. Prognosis
Prognosis dari hemifacial spasme tergantung pada pengobatan dan
bagaimana respon pasien terhadap pengobatan. Beberapa individu akan relatif
bebas dari gejala, beberapa mungkin membutuhkan pembedahan. Lainnya
mungkin hanya dapat diobati dengan toksin botulinum atau obat-obatan dan akan
harus hidup pada tingkat yang lebih besar atau kecil dari kejang pada wajah pada
hari-hari dikehidupan mereka.
Hemifacial spasme adalah kondisi progresif dimana lebih dari waktu
pasien akan mengalami gejala yang lebih parah. Kurang dari 10% pasien
mengalami kambuh kembali dari gejala mereka. Pada kasus yang berat,
hemifacial spasme menyebabkan penutupan kelopak mata secara tiba-tiba yang
membuat mata melihat menjadi sangat sulit. Meskipun prognosis buruk, harus
diingat hemifacial spasme adalah kondisi yang dapat diobati.
Prognosis untuk individu dengan hemifacial spasm tergantung pada
pengobatan dan respon mereka terhadap pengobatan. Beberapa individu akan
menjadi relative bebas dari gejala dengan terapi injeksi, beberapa mungkin
memerlukan operasi dekompresi. Dalam kebanyakan kasus, kesembuhan dapat
dicapai, dengan gejala sisa yang dapat ditoleransi.
Penyembuhan yang lambat sangat mendukung hipotesis bahwa hemofacial
spasm tidak hanya disebabkan oleh denyutan mekanik arteri yang memanjang
terhadap zona keluar akar saraf wajah, tetapi juga karena demielinasi saraf dan
/atau hiperaktivitas dari motor nucleus wajah yang dihasilkan oleh kompresi
neurovaskular.