Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia.Selain itu,
penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat
signifikan setiap tahunnya.Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh
geografis, etnis, kasta dan lain sebagainya.Kemudian kalau kita cermati, agama Islam memiliki
keunikan tersendiri.Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya Islam dan
respon masyarakat terhadapnya.Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad
Ibnu Abdullah dari golongan kaum Quraisy.Padahal, agama-agama sebelumnya banyak
diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang
kuat ketimbang bangsa Israil .Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat,
sangat menakjubkan sekali.

Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit mengalami
kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar.Hal itu terjadi karena tidak adanya satu bukti yang
lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara satu sama lain tidak bisa menafikan
sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau teori yang mutlak kebenarannya dan
diterima oleh para ahli sejarah. Oleh karena itu, menarik saya rasa untuk menjelajah dan
menelaah lebih lengkap terhadap agama ini, khususnya di Negara Indonesia yang sebagian besar
penduduknya beragama islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Indonesia ?


1.2.2 Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?

1.2.3 Bagaimanakah perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia ?

1.2.4 Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia ?

1.2.5 Apa saja peranan umat Islam di Indonesia ?

1.2.6 Apa saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia, untuk mengetahui
bagaimana perkembangan islam pada awal masuknya di Indonesia, cara-cara sehingga Islam bisa
masuk di Indonesia, dsb.

BAB II

Pembahasan Rumusan Masalah

2.1 Proses awal Masuknya Islam di Indonesia

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa
wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat
diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting
juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat
dan tidak ada paksaan.

Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “


masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur
Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

2.2 Cara Islam Masuk ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1 atau
ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.

 Jalur Utara, dengan rute :Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad –
Gujarat – Srilangka – Indonesia
 Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan
tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :

َ ُ‫ام لَ َها َوهللا‬


‫س ِمي ٌع‬ َ ‫ص‬َ ‫سكَ بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْقَى الَ ا ْن ِف‬
َ ‫ت َويُؤْ ِمن بِاهللِ فَقَ ِد ا ْست َ ْم‬ َّ ‫ي فَ َمن يَ ْكفُ ْر بِال‬
ُ ‫طا‬
ِ ‫غو‬ ِِّ َ‫الر ْشد ُ ِمنَ ْالغ‬ ِ ‫آلَ ِإ ْك َراهَ فِي ال ِد‬
ُّ َ‫ِّين قَد تَّبَيَّن‬
‫َع ِلي ٌم‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
danberimankepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhultali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Mah aMendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah:
256).

Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya mendukung
meluasnya ajaran agama Islam.

1) Perdagangan

Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, Persia,
dan India.Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia.Hal ini
konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan
para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai
kewaajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama
dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia
memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru
dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam
tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran Islam
melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.

2) Perkawinan

Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin membaik.Para
pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta.Para pedagang
itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam.Cara itu
pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan
Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri
Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya menjadi Raja
Demak.
3) Politik

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karea, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat
memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan
wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

4) Pendidikan

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok pesantren.Dan di
dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama
Islam.Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam,
mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada
masyarakat sekitar.Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren
yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel
Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.

5) Seni Budaya

Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat,
seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya:

a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan
Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.

b. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang diadopsi
atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta tokoh baru
dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.

d. Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Diantaranya yang disebut Tahlil.

6) Tasawuf

Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya.Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam.Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima
masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang menyebabkan Islam
cepat bekembang di Indonesia antara lain :

a. Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;

b. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;

c. Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;

d. Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

2.3 Perkembangan Islam di berbagai wilayah di Indonesia

 Sumatera

Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai barat pulau
Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini mudah diterima akal, karena
wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal
dagang dari India ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga para mubalig
Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah
dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan, sehingga terbentuklah
keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan Islam dengan cara yang bijaksana,
baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili, para tetangga, dan
masyarakat sekitarnya. Sikap dan perbuatan mereka yang baik, kepandaian yang lebih tinggi,
kebersihan jasmani dan rohani, sifat kedermawanan serta sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka
miliki menyebabkan para penduduk hormat dan tertarik pada Islam, dan tertarik masuk Islam.

Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni berdiri
pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara), rajanya bernama
Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh.

Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat, pengembangan
agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya
menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera, peisir barat dan utara Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di kepulauan Maluku. Itulah
sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.

 Jawa

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad
pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi,
Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai
pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya
dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu
lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah
begitu pesat.

Namun, penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang
wafat tahun 1101 M dapatlah dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa.
Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang
masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit.Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad
berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses
pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi.

Dan untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama
dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).

 Sulawesi

Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang muslim dari
Sumatera, Malaka dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi
banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih memeluk
kepercayaan Animisme dan Dinamisme.Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan
terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.

Pada tahun 1562 – 1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan
Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar dan Luwu.

Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah
pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu Pada masa itu, di Gowa Tallo
telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah yang cukup besar.
Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam
menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat.Pada tanggal 22 September 1605 Raja
Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin. dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan


kekuasaannya.Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukan dan di-Islamkan.Demikian juga
Bone, berhasil ditaklukan pada tahun 1611 M.

 Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-kerajaan
Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai Nagara
dan Amuntai Kimi.Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan
salah seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih.Hal tersebut tercatat dalam
Kitab “Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.

Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga
jalur.Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para
muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.Ekspedisi dakwah ke
Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri.Demak mengirimkan banyak
Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan
misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari.

Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

a. Kalimantan Selatan

Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk
sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di
Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan
Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam. Dalam peperangan
itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta
kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan
Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau
Suriansyah.Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah),
Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in
Billah.Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota
Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.

b. Kalimantan Timur

Berdasarkan hikayat Kutai, pada masa pemerintahan Raja Mahkota, datanglah dua
orang ulama besar bernama Dato Ribandang dan Tuanku Tunggang Parangan. sehingga raja
Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima
dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.

Kedua ulama itu datang ke Kutai setelah orang-orang Makasar masuk Islam. Proses
penyebaran Islam di Kutai dan sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M. raja Mahkota
berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai
daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.

 Maluku.

Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga


menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra,
Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah
Islam di kepulauan ini.Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun
1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang
dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam.
Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-
kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling
menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :

a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).


b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam
menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\

Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari
Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio
dan Pulau Gebi.

2.4 Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia

Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para
ulama.Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara
Ulama tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan
intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah.
Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

b. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari

Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H.
Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin
Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri
(Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad bin Ayub Ad-
Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.

c. Syaikh Abdussamad Al-Palimbani


Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya
adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman.Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di
antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad
Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

d. Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan
Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia
juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta
Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana
kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi,
Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru
kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru
utama dari Mesir.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia
banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga
kepandaiannya..tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu
pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun
1897 M/1314 H.

e. Wali Songo

Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat sembilan
orang ulama yang memiliki peran sangat besar.Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.

Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga
pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting, yaitu;
Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta
di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru masyarakat pada
masanya.Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok
tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri,
Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria.

A. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi.Ia dianggap pelopor


penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis
lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura
Wetan Gresik

B. Sunan Ampel (Raden Ali Rahmatullah)

Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,
ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal.
Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita,
judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit.Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :

1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para
mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak
pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana
Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.

2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun
1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.

C. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan
sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia
menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

D. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465.Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-
sama Raden Paku.Beliaulah yang mendidik Raden Patah.Beliau wafat tahun 1515 M.

E. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat


wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya
jauh dari manusia utuh.Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya
dalam rangka dakwah Islam.
F. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan


Bonang).Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i
yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

G. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)

Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri.Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain
Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah
dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan
kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon.Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat
studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.

H. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq.Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat
tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria

Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah
lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
2.5 Peranan Umat Islam di Indonesia

2.5.1 Masa Penjajahan

a. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan

Sebelum kaum penjajah, yakni Portugis, Belanda, dan Jepang, masuk ke Indonesia,
mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Dengan dianutnya agama Islam
tersebut, ajaran Islam telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan itu antara
lain:

Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta
dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.

Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, mampu mengubah masyarakat
Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap
anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat, dan hak-hak yang sama.

Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan semboyan
“Hubbul-Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu mengubah caraberpikir
masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, yang dulunya bersifat sekratin (lebih
mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan
kepentingan bangsa dan negaranya)

Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai,
tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk
melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.

b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan

1.Perlawanan terhadap Penjajah Portugis

2.Perlawanan terhadap Penjajah Belanda


2.5.2 Masa Perang Kemerdekaan

a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan

Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat

Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.

b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan

1. Serikat Dagang Islam/Serikat Islam

Serikat Dagang Islam didirikan oeh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada tahun 1905 di
Kota Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya adalah menggalang kekuatan para pedagang
Islam melawan monopoli pedagang Cina dan memajukan agama Islam.

2. Muhammadiyah

Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh K.H. Ahmad


Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah pada masa penjajahan
Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia dan
meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah
umum maupun sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi
warga miskin dan perpustakaan-perpustakaan.

3. Nahdlatul Ulama (NU)

NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926.Dua tokoh penting dalam


upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.

Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang pejajahan dan


pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:

Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.

Menolak rencana ordonansi (peraturan pemerintah) tentang perkawinan tercatat.


Menolak diadakannya Milisi (wajib militer)

Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang memiliki parlemen kepada pemerintah
kolonial Belanda.

4. Organisasi-organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan

Organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di antaranya adalah Al
Irsyad, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Umat Islam (PUI), PERTI (Persatuan Tarbiyah
Islam), dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)

Pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi Islam tersebut berkumpul dalam suatu
wadah partai yang bernama Majelis Islam Tinggi, yang telah mengeluarkan pernyataan
politiknya sebagai berikut:

Membentuk barisan fi sabilillah, untuk berjuang di garis depan menentang penjajah.

Akan berjuang mengusir penjajah, karena hukumnya adalah fardu ain.

Menyatakan bahwa seorang yang mati dalam melawan penjajahan adalah mati syahid.

Membentuk barisan palang merah wanita, sesuai dengan ajaran Islam.


5. Pondok Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertus di Indonesia, yang


penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang
diajarkan di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan
Ilmu Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya, kitab-kitab berbahasa arab yang tidak berharakat
atau gundul, yang biasa disebut dengan “Kitab Kuning”.

2.5.3 Masa Pembangunan

a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan

Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, umat Islam


yang merupakan mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik
perjuangan fisik (berperang) mauapun perjuangan diplomasi.

Di tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa
Indonesia harus menghadapi Jepang, negara Sekutu, dan Belanda.

Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha


diplomatik, yaitu perundingan antara Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan Linggarjati,
perjanjian Renville, perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Dalam usaha mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia


melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional
yang diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha pembangunan yang berencana dan terarah
dimulai semenjak Repelita I, dst.

b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan

Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain:
Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berikut contoh
peranan Muhammadiyah, NU, dan MUI :

Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain:

Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi, berbudi


luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara lain


mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), Panti Asuhan dan
Pos Santunan Sosial.

Peranan NU pada masa pembangunan adalah:

Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan


Perguruan Tinggi.

Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren .

Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.

Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah:

Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan kepada
pemerintah dan umat Islam Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar dalam
usaha meningkatkan ketahanan nasional.

Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta menjadi penerjemah timbal-balik
antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna menyukseskan pembangunna nasional.
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan

Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:

Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Memupuk persatuan dan kesatuan umat.

Mencerdaskan bangsa Indonesia.

Mengadakan pembinaan mentel spiritual.

2.6 Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia

Hikmah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut :

Semboyang yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi
lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan
usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara. Mula-mula dengan
cara damai, tapi karena tidak bisa lalu dengan cara menempu peperangan.

Allah SWT berfirman, “dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
melampaui batas.”

Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing
agar menghambakan diri hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat
Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap
anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu mengubah
cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat sectarian
(lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis. Hal ini ditandai
dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan
dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur
Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya yaitu Sumatera,
Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku

Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah Fansuri,
Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani, Syaikh Muhammad
bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan
Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria).

Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan dengan enam
saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan,
Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran di ataslah islam bisa menjangkau
hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan
Indonesia sendiri sampai sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat,
Pengaruh kesenian.

Anda mungkin juga menyukai