Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


PENYAKIT RETINOBLASTOMA

Disusun Oleh :

MELINDA WULANDARI

PO. 71. 20. 14. 041

Tingkat 2 A

Dosen Pembimbing : Rosnani, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat.

Jawiah., S.Pd., S.Kep., M.Kes.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PALEMBANG

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Penyakit Retino Blastoma”
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
sekali kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah
berikutnya yang lebih baik.

Palembang, 22 Maret 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

halaman

Halaman Judul

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian ...................................................................................... 4

2.2. Anatomi fisiologi mata .................................................................. 4

2.3. Etiologi .......................................................................................... 7

2.4. Manifestasi klinis........................................................................... 8

2.5. Klasifikasi ...................................................................................... 9

2.6. Patofisiologi ................................................................................... 10

2.7. Pencegahan .................................................................................... 12

2.8. Komplikasi .................................................................................... 13

2.9. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 13

2.10. Penatalaksanaan ........................................................................... 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN COPD

3.1 .Pengkajian ..................................................................................... 18

3.2 .Diagnosa Keperawatan .................................................................. 20

3.3 .Intervensi ....................................................................................... 20

ii
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan .................................................................................... 24

4.2. Saran .............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang
dewasa sampai anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata
Kanker Retina Mata merupakan penyakit kanker yang menempati urutan
nomor dua terbanyak selain kanker darah atau leukemia. Penyakit kanker
retina ini ditandai dengan bercak putih, kanker retina ini menyerang anak-
anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan kesehatan
dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh
dunia. Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino
blastoma termasuk penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini
pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak
putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar
bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar,
penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium
berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada
kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa
terindikasi penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina
adalah lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan
mata untuk melihat). Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu
masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering
menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat
disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu
mata disebut sebagai unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut
sebagai bilateral. 90% dari pasien penderita retinoblastoma tidak memiliki
sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya

1
memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma
biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai
berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah
dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun
seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka
alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4
tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas.
Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih
sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Berdasar latar belakang diatas penulis membuat makalah ini dengan
tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat
luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan untuk
lebih memahami dan mengetahui mengenai konsep dasaar penyakit retino
blastoma dan asuhan keperawatan pada anak dengan retino blastoma.

I.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
I.2.1. Apa pengertian dari penyakit retino blastoma
I.2.2. Bagaimana anatomi fissiologi mata dari penyakit retino blastoma.
I.2.3. Bagaimana etiologi dari penyakit retino blastoma.
I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma
I.2.5. Bagaimana klasifikasi dari penyakit retino blastoma.
I.2.6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit retino blastoma
I.2.7. Bagaimana pencegahan dari penyakit retino blastoma.
I.2.8. Bagaimana komplikasi dari penyakit retino blastoma.
I.2.9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit retino blastoma.
I.2.10. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
I.2.11. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino
blastoma

2
I.3. Tujuan Penulisan
I.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit retino blastoma.
I.3.2. Untuk mengetahui anatomi fissiologi mata dari penyakit retino
blastoma.
I.3.3 . Untuk mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
I.3.4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
I.3.5 . Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit retino blastoma.
I.3.6. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
I.3.7. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
I.3.8 . Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit retino blastoma.
I.3.9 . Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit retino
blastoma.
I.3.10. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
I.3.11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino
blastoma

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Retino Blastoma


Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat
patal. (Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva)
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina.
Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuleryang terjadi pada
anak-anak terutama pada umur dibawah 5 tahun dan sebagian besar
didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. ( Ns. Indriana N. Istiqomah,
S.Kep)
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal
di jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat
dan terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH, 1985)
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa
retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia kurang
dari 5 tahun atau merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional

II.2. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh
tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1)
sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar
mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan),
lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas
cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang
sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk

4
memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina,
yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah
lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut,
fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya
ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum
sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir
pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk
mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan
menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan
merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air,
melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya
kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang
tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang
menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk
mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk konvergensi
cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris
yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin berwarna
dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu
pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan
sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya
yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak
retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam
melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks
yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare
yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya
lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan
berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan
fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk

5
memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa
gangguan refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau
bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan astigmatisma.Selain lensa, terdapat
humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh
lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan
cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya
oleh selubung fascia bola mata.

Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau
sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera
merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini
relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran
cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan
intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang
menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang
terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea
di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai
fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas
lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel
kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel
konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan.
(3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius)
yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea
(terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular)
(2) corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke
anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris,

6
procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma
berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu
pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera
anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri
atas serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di
dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan
dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior
retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin
berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir.
Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel
pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior
retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong
kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan
paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial
dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak
berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis
retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili,
sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta.
Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna
merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.

II.3. Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari s
atu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa
karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa
ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel.
Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel

7
tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan
radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai
sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam
suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma
memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan
gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua
mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

II.4. Manifestasi Klinis


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
a. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor di
makula.
b. Kadang mata merah yang nyeri
c. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan memperlihatkan
massa merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam
ruang vitreous. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glukoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak melalui
sklera ke jarinngan orbita dan sinus pranasal, metastasis jauh kes sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kedalam badan kaca. Dipermukaan terdapt
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh
lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma
adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat
mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata
menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan

8
juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol (eksotalmus).
Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak,
walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah
bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastoma.

II.5. Klasifikasi Retino Blastoma


Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi:
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd, dan terdapat pada atau
dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang
ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan
eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari
rongga orbita disertai nekrose diatasnya.

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan


berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut
:

9
1. Derajat I intraokular
a. Tumor retina.
b. Penyebaran ke lamina fibrosa.
c. Penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti
dengan biopsi.
b. Nervous optikus.

II.6. Patofisiologi
Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yyang
terletak pada kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik
terjadi karena faktor hereditas maupun karena faktor lingkungan seperti
virus, zat kimia, dan radiasi. Gen RB1 ini merupakan gen suppressor tumor,
bersifat alel dominan protektif, dan merupakan pengkode protein RB1 (P-
RB) yang merupakan protein yang berperan dalam regulasi suatu
pertumbuhan sel (Anwar, 2010:1). Apabila terjadi mutasi seperti kesalahan
transkripsi, tranlokasi, maupun delesi informasi genetic, maka gen RB1 (P-
RB) menjadi inactive sehingga protein RB1 (P-RB) juga inactive atau tidak
diproduksi sehingga memicu pertumbuahan sel kanker (Tomlinson,
2006:62).
Retinoblastoma biasa terjadi di bagian posterior retina. Dalam
perkembangannya massa tumor dapat tumbuh baik secara internal dengan
memenuhi vitrous body (endofitik). Maupun bisa tumbuh kearah luar
menembus koroid, saraf optikus, dan sclera (eksofitik).

10
Pathway

Faktor keturunan Faktor lingkungan (virus, zat kimia, radiasi)

Mutasi gen RB1 di kromosom 13q14

Gen RB1 inactive

Protein RB1 (P-RB) tidak diproduksi

Pertumbuhan sel daerah retina tidak terkontrol

RETINOBLASTOMA

Matastasis dan Dekstuksi saraf Massa tumor memenuhi Tumor menempati


perkembangan vitrous body macula
penyakit, status klinis

Gangguan MK. Gangguan


Peningkatan
hantaran Gangguan pergerakan bola
tekanan
impuls rasa nyaman mata
MK. kurang intraokular
nyeri
pengetahuan
Terjadi glaucoma
strabismus

Penurunan lapang
MK. Resiko pandang Penurunan
tinggi fungsi
ketidakefekt penglihatan
ifanpenatala
MK. Resiko tinggi
ksanaan MK. gangguan cedera
regimen konsep diri
terapeutik
MK.
MK. ANSIETAS
Gangguan persepsi sens
orik penglihatan

11
II.7. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino
blastoma dapat dilakukan dengan cara terapi Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada
ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.
6. Pembedahan
 Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada
itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong
saraf optik sepanjang mungkin.
 Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa –
sisa sel tumor

Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :


1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas

12
II.8. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina (Lepasnya Retina)
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel
pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius
dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada
orang usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glukoma (Peninggian tekanan bola mata)
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala
yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
4. Adanya metatase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.

II.9. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur

13
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

II.10. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama
adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah
pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara
13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau
keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu
masuk atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa
minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.
Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama
kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah,
pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga
naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat
dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara

14
lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat
diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus
dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan
relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan
radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT
mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan
konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus
dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada
kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk
memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor,
tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi
akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari
radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan
meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi
malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I
sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara
itu biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang
yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang
residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi
awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini
menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5
mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat
diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya
ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda

15
kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara
umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser
argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat
makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut
yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan
atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan
kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan
untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara
lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus
intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih
bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan
pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi,
khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau
dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah
digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus
retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada
penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian
didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps.
Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium
yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat
penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan
kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan
memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5
mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar.
Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah
penyebaran ke otak tidak dianjurkan.

16
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi
awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin,
etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan
akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan
terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi
preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar
pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun
remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai
kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang
belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan
dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS RETINO BLASTOMA (ANAK)

III.1. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku
bangsa alamat, diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian,
nomor medikal record.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan klien, status
perkawinan, agama, suku bangsa, alamat.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam,
kurang nafsu makan, gelisah,dannyeri pada mata.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang menimbulkan
suatu penyaki dengan menggunakan metode PQRST.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang
berhubungan dengan timbulnya retinoblastoma yaitu adanya
miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit
seperti ini. Retinoblastoma bersifat Herediter yang diwariskan
melalui kromosom, protein yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma,
atau penyakit yang lain yang bersifat kronis, dan apakah ada
riwayat penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadarn umum

18
Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)

5. Pemeriksaan Khusus Mata


a) Gejala dini mata nampak juling, jika tumor sudah membesar,
maka akan menonjol sampai keluar bola mata. Dalam keadaan
demikian biasanya mata sudah rusak sama sekali. Mata
merah, rasa sakit yang diiringi oleh glaukoma dan pelepasan
retina.
b) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam
Bola mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun..
Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf
dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila
mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
c) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan:
 Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
 Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
 Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
 Uveitis
d) Pemeriksaan Pupil
Jika penyakit sudah lanjut dan meluas ke hampir seluruh
retina, maka pada mata klien tampak leukokoria (refleks pupil
yang berwarna putih / mata kucing amaurotik), yaitu adanya
refleks kuning, putih atau abu-abu merah di pupil. merupakan

19
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada
penderita dengan retinoblastomadan biasanya pupil setengah
melebar sertatidak bereaksi terhadap cahaya.
e) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, pap
il saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan
tekanan bola mata meningkat.

III.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status
hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah

III.3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri b/d  Melaporkan  Tentukan riwayat  Informasi memberikan
proses kehilangan nyeri mis : lokasi data dasar untuk
penyakit, nyeri nyeri, frekuensi, mengevaluasi
inflamasi durasi dan intensitas kebutuhan keefektivan
(skala 0-10). intervensi.
 Evaluasi / sadari  Ketidaknyamanan
terapi tertentu mis : rentang luas adalah
pembedahan, umum (mis : nyeri
radiasi, kemoterapi. insisi).
 Berikan tindakan  Meningkatkan relaksasi
kenyamanan dasar dan membantu
dan aktivitas menfokuskan kembali
hiburan. perhatian.
 Dorong penggunaan  Memungkinkan pasien
keterampilan untuk berpartisipasi

20
manajemen nyeri secara aktif dan
(mis : teknik meningkatkan rasa
relaksasi, visualisasi) control.
tertawa, music, Nyeri adalah

sentuhan terapeutik. komplikasi sering dari
 Kolaborasi : berikan kanker, meskipun
analgesic sesuai respon individual
indikasi bebeda.
2. Gangguan  Mengenal  Pastikan derajat/tipe  Mempengaruhi
persepsi gangguan kehilangan harapan masa depan
sensori : visual sensori dan penglihatan. pasien dan pilihan
b/d gangguan berkompensasi  Dorong intervensi.
penerimaan terhadap mengekspresikan Sementara intervensi

sensori perubahan. perasaan tentang dini mencegah
 Mengidentifik kehilangan/kemumg kebutaan, pasien
asi/ kinan kehilangan menghadapi
memperbaiki penglihatan. kemungkinan atau
potensial  Tunjukan pemberian mengalami kehilangan
bahaya dalam tetes mata, contoh penglihatan.
lingkungan. menghitung tetesan,  Mengontrol TIO,
mengikuti jadwal, mencegah kehilangan
tidak salah dosis. penglihatan lanjut.
 Lakukan tindakan Menurunkan bahaya

untuk membantu keamanan sehubungan
pasien menangni dengan perubahan
keterbatasan lapang
penglihatan , contoh pandang/kehilangan
kurangi kekacauan, penglihatan dan
perbaiki sinar suram akomodasi pupil
dan masalah terhadap sinar
penglihatan malam. lingkungan.
 Kolaborasi : Siapkan  Pengangkatan bola
intervensi bedah mata, dilakukan
sesuai indikasi: apabila tumor sudah
enuklasi. mencapai seluruh
 Pelaksanaan vitreous dan visus nol,
krioterapi, dilakukan untuk
fotokoagulasi laser, mencegah tumor
atau kombinasi bermetastasis lebih
sitostatik. jauh.
Dilakukan apabila

tumor masih
intraokuler, untuk
mencegah
pertumbuhan tumor
akan mempertahankan
visus.
3. Resiko cedera  Menyatakan  Batasi aktivitas  Menurunkan stress
b/d pemahaman seperti pada area operasi atau
keterbatasan factor yang menggerakkan menurunkan tekanan

21
lapang terlibat dalam kepala tiba-tiba, intraokuler.
pandang kemungkinan menggaruk mata,  Menurunkan resiko
cedera. membungkuk. memecahkan mainan
 Mengubah  Anjurkan keluarga dan jatuh dari tempat
lingkungan memberikan mainan tidur.
sesuai indikasi yang aman (tidak  Memfokuskan lapang
untuk pecah), dan pandang dan
meningkatkan pertahankan pagar mencegah cedera pada
keamanan tempat tidur. saat berusaha untuk
 Arahkan semua alat menjangkau mainan.
mainan yang  Digunakan untuk
dibutuhkan klien mengatasi
pada tempat. ketidaknyamanan,
 Pemberian meningkatkan
analgesik, misalnya: istirahat/mencegah
acetaminophen gelisah.
(tyenol), empirin
dengan kodein.
4. Perubahan  Mendemostras  Pantau masukan  Mengidentifikasi
status nutrisi ikan berat makanan setiap hari. kekuatan/defisiensi
kurang dari badan stabil.  Ukur tinggi, berat nutrisi.
kebutuhan  Bebas tanda badan dan  Membantu dalam
tubuh b/d malnutrisi ketebalan lipatan identifikasi malnutrisi
status kulit trisep. protein-kalori,
hipermetabolik  Dorong pasien khususnya bila berat
untuk makan diet badan dan pengukuran
tinggi kalori kaya antropometrik.
nutrient, dengan  Kebutuhan jaringan
masukan cairan metabolic ditingkatkan
adekuat. begitu juga cairan.
 Identifikasi pasien  Mual muntah
yang mengalami psikogenik terjadi
mual/muntah yang sebelum kemoterapi
diantisipasi. mulai secara umum
 Dorang komunikasi tidak berespon
terbuka mengenai terhadap obat
masalah anoreksia antiemetic.
 Sering sebagai sumber
distress emosi,
khususnya untuk orang
terdekat yang
menginginkan untuk
memberi makan pasien
dengan sering. Bila
pasien menolak, orang
terdekat dapat
merasakan
ditolak/frustasi

22
5. Ansietas b/d  Ansietas  Kaji tingkat ansietas,  Mempengaruhi
perubahan menurun derajat pengalaman persepsi pasien
status sampai pada nyeri dan terhadap ancaman diri,
kesehatan tingkat yang pengetahuan kondisi dapat mempengaruhi
dapat diatasi. saat ini. upaya medic untuk
 Menggunakan  Dorong pasien mengontrol TIO.
sumber secara untuk mengakui  Memberikan
efektif masalah dan kesempatan pasien
mengekspresikan untuk menerima situasi
perasaan. nyata.
 Berikan informasi  Menurunkan ansietas
yang akurat dan sehubungan dengan
jujur. ketidaktahuan/harapan
yang akan datang
6. Gangguan  Mengungkapa  Dikskusikan dengan  Membantu memastikan
harga diri b/d kan pasien/orang masalah untuk memulai
kecacatan pemahaman terdekat/orang tua proses pemecahan
bedah mekanisme bagaimana diagnosis masalah.
koping untuk dan pengobatan  Membantu
menghadapi yang mempengaruhi merencanakan
masalah secara kehidupan pribadi perawatan saat di
efektif pasien/rumah dan Rumah Sakit serta
akivitas bermain. setelah pulang.
 Evaluasi struktur  Meskipun beberapa
yang ada dan pasien beradaptasi diri
digunakan oleh dengan efek kanker
pasien/orang atau efek samping
terdekat. terapi;banyak
 Berikan dukungan memerlukan dukungan
emosi untuk tambahan selama
pasien/orang periode ini.
terdekat selama tes  Pastikan individualitas
diagnostic dan fase dan penerimaan
pengobatan. penting dalam
 Gunakan sentuhan menurunkan perasaan
selam interaksi. Bila pasien tentang
dapat diterima pada ketidakamanan dan
pasien dan keraguan diri
mempertahankan
kontak mata

23
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal
dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Gejala retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit mata
lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan
menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat
dulu dan sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan
fisik umum dan khusus untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya.
Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat menyimpulkan
diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan persepsi sensori
penglihatan, nyeri, , gangguan rasa aman cemas, resiko cedera trauma,
risiko keterlambatan perkembangan. Setelah itu perawat dapat
memberikan rencana asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat
harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan implementasinya.

IV.2. Saran
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus
mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat
segera diobati.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://blognyadanizfikhri.blogspot.co.id/2014/10/v-
behaviorurldefaultvmlo_30.html ( di unduh tanggal 21 Maret 2016 )

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35544-
Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-
Askep%20Retinoblastoma.html#popup ( di unduh tanggal 21 Maret 2016 )

http://salnisaharman.blogspot.co.id/2012/03/askep-pada-anak-dengan-
retinoblastoma.html ( di unduh tanggal 21 Maret 2016 )

http://daisychie.blogspot.co.id/2014/10/askep-pada-klien-dengan-
retinoblastoma.html ( di unduh tanggal 21 Maret 2016 )

25

Anda mungkin juga menyukai