Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH KOLOKIUM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat Tradisional pada


Ketinggian Tempat yang Berbeda
Nama : Westy Aqmarcellia Rizky
NIM : 06111009038
Pembimbing : Drs. Endang Dayat, M.Si.

Abstrak
Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur yang membahas tentang etnobotani
tumbuhan berkhasiat obat di daerah dataran tinggi dan dataran rendah dengan
tujuan inventarisasi tumbuhan berkhasiat obat dan pemanfaatannya bagi kehidupan
masyarakat. Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan bagi
masyarakat, salah satunya pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Berdasarkan studi literatur tersebut, diketahui bahwa pemanfaatan tumbuhan obat
oleh masyarakat dilakukan secara turun-temurun berdasarkan pengetahuan, budaya
dan keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di daerahnya. Penggunaan tumbuhan
obat dari 116 jenis dan 47 suku berkhasiat mengatasi 85 jenis masalah kesehatan
yang berbeda. Tumbuhan obat yang banyak digunakan di daerah dataran rendah
adalah suku Zingiberaceae, di dataran tinggi adalah suku Asteraceae, dan suku
Apiaceae yang terdapat di kedua tempat. Bagian tumbuhan yang paling banyak
digunakan untuk bahan obat tradisional adalah daun. Penggunaan jenis tumbuhan
obat paling banyak untuk mengobati gangguan pencernaan. Distribusi jenis
tumbuhan obat dipengaruhi oleh faktor geografis, salah satunya ketinggian tempat.
Pengetahuan etnobotani tumbuhan obat pada ketinggian yang berbeda dapat
meningkatkan upaya pemahaman, pendekatan masyarakat, dan melestarikan
keanekaragaman hayati, khususnya tumbuhan obat berdasarkan habitatnya.

Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Obat, Dataran Rendah, Dataran


Tinggi

Pendahuluan
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan
tumbuhan. Etnobotani berguna untuk mendokumentasikan dan menjelaskan
hubungan kompleks antara budaya dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama
pada bagaimana tumbuhan digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai
lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, kosmetik, bahan
2

pewarna, pakaian, konstruksi, upacara adat, budaya, serta kehidupan sosial.


Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sehingga etnobotani tumbuhan berkhasiat obat tradisional dilakukan
(Suryadarma, 2008)
Sejarah adat yang panjang dan berbagai kondisi geografis telah menciptakan
berbagai budaya yang unik dan hanya beberapa yang telah mencatat pengobatan
tradisional mereka, termasuk masyarakat adat dari Sumatera, Jawa, Bali, Lahaul
Spiti, dan Trans Himalaya. Sebagian besar pengetahuan ini tidak tercatat dan secara
lisan diwariskan dari generasi ke generasi yang biasa terjadi pada masyarakat
setempat. Melalui pengetahuan yang telah ada di masyarakat dan biasa digunakan
secara turun-temurun menyebabkan sebagian besar penduduk masih mengandalkan
tumbuhan obat (Kunwar, dkk., 2008). Hal ini juga menyebabkan perbedaan
penggunaan tumbuhan obat antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di daerah dataran tinggi dan
dataran rendah berbeda. Tumbuhan obat yang berbeda karena kemampuan tumbuh
dan berkembang tumbuhan secara optimal dipengaruhi faktor-faktor yang
mendukung keberlangsungan hidup sehingga adanya keanekaragaman jenis
tumbuhan yang bisa dimanfaatkan secara maksimal sebagai obat berdasarkan
ketinggian tempat. Oleh karena itu, identifikasi dan inventarisasi tumbuhan obat
perlu dilakukan.
Identifikasi tumbuhan obat-obatan yang digunakan masyarakat berguna
untuk memudahkan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan tumbuhan obat
dan sebagai sarana untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya
pelestarian sumber daya alam, menggali khazanah tumbuhan obat dan
pengobatan tradisional. Inventarisasi jenis tumbuhan obat dalam rangka
peningkatan sumber daya obat dan pengobatan tradisional merupakan usaha
mendokumentasikan, mengembangkan, dan melestarikan pengetahuan tentang
tumbuhan berkhasiat obat.
Penulisan makalah ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai
keanekaragaman tumbuhan berkhasiat obat di tempat dengan ketinggian berbeda,
sehingga kita dapat bertindak lebih bijak dalam pemanfaatan dan pelestarian
3

tumbuhan berkhasiat obat untuk menjaga keseimbangan alam dengan


menempatkan keberadaaan tumbuhan tersebut berdasarkan habitatnya.
Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur untuk menginformasikan
tumbuhan obat yang ada di tempat dengan ketinggian yang berbeda dan dapat
dijadikan sumber literatur bagi suatu penelitian atau review serta dapat juga
dimanfaatkan sebagai materi pengayaan dalam pembelajaran biologi di sekolah
atau perguruan tinggi, khususnya mengenai keanekaragaman hayati yang
berkhasiat sebagai bahan obat tradisional.

Tumbuhan Berkhasiat Obat


Obat tradisional biasanya mengarah pada ramuan dari tumbuhan yang
berkhasiat obat. Menurut Departemen Kesehatan RI, yang dimaksud dengan
obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral atau campuran bahan tersebut yang telah digunakan
secara tradisional untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional
lebih banyak komposisinya berasal dari tumbuhan dibandingkan dari hewan atau
mineral, sehingga sebutan untuk obat tradisional hampir selalu identik dengan
tumbuhan obat (Prananingrum, 2007 dikutip Zaman, 2009).
Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui dan
dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok
tumbuhan obat, yaitu: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan
obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara
ilmiah telah dibuktikan mengadung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat
obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3)
Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung
senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara
ilmiah atau penggunannya sebagai bahan obat tradisional (Zuhud, dkk.,1994
dikutip Anggana, 2011).

Etnobotani Tumbuhan Obat


4

Istilah etnobotani diciptakan oleh John W. Harsberger pada tahun 1896


dianggap sebagai seni koleksi tanaman yang berguna oleh sekelompok orang dan
deskripsi penggunaan tanaman. Etnobotani berasal dari bahasa Yunani, yaitu etnos
yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Etnobotani dikenal
sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh
suatu kelompok masyarakat. Etnobotani diutamakan pada persepsi dan konsepsi
budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang
tumbuhan berkhasiat yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut (Soekarman,
Rifai, dkk dikutip Anggana, 2011).
Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat tradisonal yang dimiliki setiap
suku atau etnis tersebut diwariskan secara turun-temurun dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Obat tradisional dipandang lebih aman dikonsumsi
dibanding obat kimia, adanya penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat
kimia, tetapi dapat disembuhkan dengan obat tradisional menyebabkan masyarakat
semakin percaya dengan pengobatan tradisional (Arum,dkk., 2012).
Obat tradisional dilingkungan masyarakat terus digunakan hingga kini
bahkan berkembang semakin maju ditengah kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang pengobatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya obat
tradisional beredar di masyarakat yang diolah oleh industri-industri dan
pengembangan sistem pengetahuan masyarakat lokal terhadap tanaman obat
sehingga dapat menemukan senyawa kimia baru yang berguna dalam pembuatan
obat-obatan modern untuk menyembuhkan penyakit-penyakit berbahaya seperti
kanker, AIDS dan jenis penyakit lainnya. Obat tradisional dengan bahan utama
tumbuhan obat memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) Menjaga kesehatan, fakta
keampuhan obat tradisional (herbal) dalam menunjang kesehatan telah terbukti
secara empirik, penggunaannyapun terdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak,
remaja dan orang lanjut usia; (2) Memperbaiki status gizi masyarakat, banyak
tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan
peningkatkan gizi, seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayuran,
buah-buahan sehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi; (3) Menghijaukan
lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk
5

penghijauan lingkungan tempat tinggal; dan (4) Meningkatkan pendapatan


masyarakat, penjualan hasil tumbuhan akan menambah penghasilan keluarga
(Supriono, 1997 dikutip Zaman, 2009).
Etnobotani akan sangat efektif apabila diterapkan pada masyarakat lokal
sehingga perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat setempat. Etnobotani
dilakukan dengan mengetahui nama-nama tumbuhan yang akan dipelajari, yaitu
nama latin dan nama sebutan suatu tumbuhan di suatu daerah, kemudian
mempelajari pemanfaatan tumbuhan tersebut tanpa mengabaikan faktor
ekologisnya. Setelah itu, studi lanjutan dilakukan lebih spesifik dan terfokus dengan
mengumpulkan sejumlah informasi lain. Informasi bisa didapatkan dengan
melakukan identifikasi dengan pembuatan herbarium dan membuat catatan
lapangan. Setelah pemanfaatan hasil observasi, dilakukan tahap konservasi yang
bertujuan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam yang telah digunakan.
Pelestarian tumbuhan obat perlu dilakukan untuk mencegah kepunahan
tumbuhan obat tersebut dengan berdasarkan prinsip kelestarian hasil atau
berorientasi pada ketersediaannya di alam sehingga eksistensi tumbuhan obat tidak
hilang. Keanekaragaman suatu jenis tumbuhan obat akan menurun apabila suatu
jenis tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan yang
selanjutnya menyebabkan kepunahan jenis tersebut sehingga satu sumber bahan
baku (potensial) obat akan hilang untuk selamanya (Tambunan, 2008).
Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional hanya menggunakan bagian
tertentu dari tumbuhan karena tidak semua bagian tumbuhan berkhasiat sebagai
obat. Pemanfaatan bagian tumbuhan obat disesuaikan dengan masalah kesehatan
yang dapat diatasi.

Bagian Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan dan Khasiatnya bagi Kesehatan


Penggunaan 116 jenis tumbuhan obat dari 47 suku oleh masyarakat
sebagai obat tradisional berkhasiat mengatasi sekitar 80 jenis masalah kesehatan
yang berbeda. Jenis-jenis tumbuhan obat di dataran rendah dan dataran tinggi dapat
dilihat pada tabel 1.
6

Tabel 1. Daftar Jenis Tumbuhan Obat di Dataran Rendah dan Dataran


Tinggi
No Suku / Nama ilmiah Bagian yang Khasiat Ket
digunakan

Annonaceae
1 Annona muricata Daun Sakit perut R
Apiaceae
2 Angelica glauca Akar Gangguan lambung T
3 Bupleurum falcatum Semua bagian Pembengkakan, nyeri sendi, sakit T
tumbuhan perut
4 Carum carvi Biji Pembengkakan testis, infeksi kulit, T
sakit gigi, sakit telinga, gangguan
perut dan lambung,
5 Centella asiatica Daun Perut kembung, memperlancar ASI R
6 Chaerophyllum villosum Biji, daun Pilek, batuk, sakit perut T
7 Daucus carota Akar Lemah Jantung R
8 Eringium fostidum Akar, semua Perut kembung, Memperlancar ASI R
bagian
tumbuhan
9 Ferula jaeschkeana Semua bagian Nyeri dada T
tumbuhan
10 Heraclium lanatum Daun Masalah lambung T
Akar Nyeri sendi
11 Pleurospermum Semua bagian Mengurangi rasa sakit saat T
stylosum tumbuhan melahirkan
Apocinaceae
12 Calotropic gigantea Getah Merontokkan Gigi keropos R
Araceae
13 Xanthosoma sp Getah Menyembuhkan Luka R
Asteraceae
14 Artemisia biennis Daun Sakit perut, cacingan, obat nyamuk, T
gangguan lambung
15 Artemisia maritima Akar Bisul T
Biji Sakit perut
Daun, Biji Nyeri sendi
16 Artemisia scoparia Akar Sakit gigi, sakit telinga T
17 Cousinia thomsonii Daun Pembengkakan, nyeri sendi T
Semua bagian Nyeri tubuh
tumbuhan
18 Crepis lexuosa Daun Sakit kuning T
19 Erigeron borealis Daun Keracunan makanan T
20 Erigeron multiradiatus Daun Rasa panas di perut T
21 Eupatorium sp Batang Kurang nafsu makan, pegal-pegal, R
memperlancar peredaran darah,
22 Hieracium crocatum Daun Gangguan lambung T
23 Inula racemosa Akar Rambut rontok, bisul T
24 Lactuca dolichophylla Akar Sembelit T
25 Lactuca machroriza Semua bagian Sakit perut T
tumbuhan
26 Lactuca rapunculoides Daun muda Sakit perut parah, kram T

27 Saussurea costus Akar Bisul, lecet, kusta, batuk, pilek, T


nyeri sendi, kelumpuhan
7

Bunga Sakit telinga


28 Saussurea glanduligera Daun Keracunan makanan T
29 Scorzonera divaricata Daun Penyakit kunig, disentri T
30 Tanacetum falconeri Semua bagian Nyeri sendi, pemurnian darah T
tumbuhan T
31 Taraxacum officinale Akar Kulit terbakar
Bunga Sariawan, bisul, lecet T
Daun Nyeri sendi, masalah ginjal, T
diabetes, gangguan liver T
32 Tragopogon pratense Akar Sembelit
Berberidaceae T
33 Berberis pseudumbellata Akar Iritasi mata, nyeri, pilek, batuk,
demam T
Betulaceae
34 Betula utilis Kulit Batang Dingin, batuk, mimisan
Boraginaceae T
35 Arnebia euchroma Akar Batuk, tenggorokan kering,
pemurnian darah T
36 Lindeloia longilora Daun Luka, pendarahan ketika luka,
keracunan makanan, muntah T
Brassicaceae
37 Aphragmus oxycarpus Daun Gangguan kemih
38 Lepidium latifolium Daun Nyeri sendi R
Capparidaceae T
39 Capparis spinosa Daun Infeksi hati
Buah matang Impotensi, Gangguan kemih T
Caricaceae
40 Carica papaya Daun muda Anemia
Buah matang Sembelit R
Chenopodiacea
41 Chenopodium botrys Daun Sakit kepala parah
Crassulaceae T
42 Sedum tibeticum Daun Gangguan jantung dan paru-paru
Cucurbitaceae T
43 Cucumis sativa Buah Hipertensi
Cupressaceae R
44 Juniperus communis Batang Impotensi, kulit gatal, bisul, infeksi
Elaeagnaceae T
45 Hippophae rhamnoide Buah Menyembuhkan TBC, impotensi,
batuk, pendarahan dan nyeri selama T
siklus menstruasi, pemurnian darah,
gangguan paru-paru, penyakit
kuning, gangguan ginjal,
46 Hippophae tibetana Buah Batuk, sakit kuning, pemurnian
darah, obesitas, siklus menstruasi T
tidak teratur
Biji Dingin, batuk
Ephedraceae
47 Ephedra gerardiana Semua bagian Meningkatkan pandangan mata
tumbuhan T
Daun Nyeri sendi
48 Ephedra regeliana Daun, buah Nyeri sendi, minuman kesehatan
Equisetaceae T
49 Equisetum debile Batang Mengobati patah tulang
Fabaceae R
8

50 Astragalus Semua bagian Pembengkakan, nyeri sendi


thomsonianus tumbuhan T
51 Erythrina variegata Daun Sakit perut
52 Lapponica oxytropis Semua bagian Nyeri sendi T
tumbuhan T
53 Medicago falcata Semua bagian Penyembuhan luka dan cedera
tumbuhan T
54 Thermopis inlata Biji Minuman kesehatan, nyeri sendi
55 Trigonella emodi Bunga, daun Sakit kuning T
Fumariaceae T
56 Corydalis moorcroftiana Daun Pembengkakan tulang, nyeri
Gentianaceae T
57 Gentiana moorcroftiana Daun Penyakit kuning, pemurnian darah
58 Gentiana tubiflora Semua bagian Penyakit kuning T
tumbuhan T
59 Gentianopsis detonsa Daun Penyakit kuning, pemurnian darah
60 Gentianopsis paludosa Bunga, daun Demam, gangguan hati T
61 Jaeschkea oligosperma Semua bagian Sakit kepala, demam T
tumbuhan T
62 Swertia cordata Daun Gangguan lambung, demam
Geraniaceae T
63 Geranium pratense Semua bagian Batuk, pilek, ganguan lambung,
tumbuhan sakit kuning T
64 Geranium collinum Daun Sakit kepala, Kesehatan rambut
Iridaceae T
65 Iris ensata Biji Cacingan
Lamiaceae T
66 Dracocephalum Bunga, daun Iritasi mata, nyeri
heterophyllum T
67 Hyssopus officianalis Semua bagian Batuk,dingin, pemurnian darah,
tumbuhan demam T
Bunga, daun Bisul
68 Phlomis bracteosa Semua bagian Gangguan lambung
tumbuhan T
69 Thymus linearis Bunga, daun Membunuh cacing dan infeksi gusi,
sakit perut, gangguan lambung T
Lauraceae
70 Persea americana Buah Hipertensi
Daun muda R
Liliaceae
71 Allium carollinianum Daun Nyeri perut
Daun, rimpang Gangguan perut T
Malvaceae
72 Malva verticilata Biji Pembengkakan, nyeri ginjal
Menispermaceae T
73 Tinospora tuberculata Batang Kurang nafsu makan, obat nyamuk
Oleaceae R
74 Fraxinus xanthoxyloides Kulit batang Cedera, luka internal
Orchidaceae T
75 Dactylorhiza hatagirea Rimpang Impotensi, keputihan, sakit ginjal
76 Vanilla planifolia Getah Mengobati luka T
Phyllanthaceae R
77 Sauropus androgynus Daun Memperlancar air susu ibu
Pinaceae T
78 Cedrus deodara Batang Kulit gatal, bisul
9

Piperaceae T
79 Peperomia pellucida Semua bagian Pegal-pegal
tumbuhan Sakit mata R
80 Piper betle Daun Menghilangkan bau badan
Menguatkan gigi R
81 Piper cubeba Biji Obat ambeien, tapel kepala bayi
Plantaginaceae R
82 Plantago mayor Biji Sembelit, disentri
Daun Pembengkakan, nyeri T
Poaceae
83 Imperata cylindrica Semua bagian Pegal-pegal , kurang nafsu makan,
tumbuhan memperlancar peredaran darah R
Podophyllaceae
84 Podophyllum Akar Sembelit
hexandrum T
Polygonaceae
85 Polygonum Daun Mulut ulkus
polystachyum T
86 Polygonum tortuosum Daun Penyakit kuning, sakit perut
87 Polygonum viviparum Akar Hipertensi, luka T
Biji Disentri darah T
88 Rheum emodi Akar, daun Sakit perut, bisul, luka
89 Rumex nepalensis Akar Luka bakar T
Bunga Nyeri sendi T
90 Rumex orientalis Getah Kulit terbakar
Ranunculaceae T
91 Aconitum heterophyllum Akar TBC, batuk, demam tifus,
Daun gangguan lambung T
92 Aconitum rotundifolium Akar Demam, nyeri sendi, pemurnian
Semua bagian darah, penyakit kuning T
tumbuhan
93 Aquilegia fragrans Bunga Nyeri tubuh
Daun Gigitan ular T
Rosaceae
94 Potentilla multiida Akar, bunga, Anti penuaan, minuman kesehatan
daun T
95 Rosa webbiana Buah Impotensi, sakit kuning
Rubiacea T
96 Galium aparine Daun Luka
97 Marinda citrifolia Buah muda Hipertensi, diare, muntaber, nyeri T
ulu hati R
98 Paederia tomentosa Daun Obat perut kembung
99 Rubia tibetica Buah Pemurnian darah R
Rutaceae T
100 Citrus aurantifolia Buah Batuk
Saxifragaceae R
101 Bergenia stracheyi Akar Bisul, lecet di mulut
Scrophulaceae T
102 Pedicularis pectinata Bunga Pembengkakan, sakit perut
103 Pedicularis punctata Daun Hipertensi, demam, pencernaan T
104 Pedicularis tenuirostris Bunga Pembengkakan usus, infeksi T
105 Verbascum thapsus Daun Bisul, kulit terbakar T
Solanaceae T
106 Hyocamus niger Biji Infeksi, pendarahan dan sakit gigi
Tamaricaceae T
10

107 Myricaria germanica Daun Nyeri sendi


Urticaceae T
108 Urtica dioica Akar Nyeri sendi, pembengkakan
Xanthorrhoeaceae T
109 Aloe vera Daun Mencegah gigitan nyamuk
Zingiberaceae R
110 Curcuma aeruginosa Rimpang Badan capek, kurang nafsu makan,
pasca penyakit tifus dan liver R
111 Curcuma domestica Rimpang Obat penyakit maag, diare, tapel
setelah melahirkan R
112 Curcuma heyneana Rimpang Bedak dingin untuk pijat bayi
113 Curcuma xanthorriza Rimpang Badan capek, kurang nafsu makan, R
pasca penyakit tifus dan liver R
114 Kaempferia galanga Rimpang Flu dan perut kembung pada bayi,
lulur pasca melahirkan dan pijat R
pada bayi, bedak untuk keseleo,
retak atau patah tulang
115 Zingiber officinale Rimpang Menghangatkan badan, obat masuk
angin R
116 Zingiber zerumbet Rimpang Melancarkan ASI
R
Keterangan : T = Dataran Tinggi , R = Dataran Rendah
(Sumber : Arum, dkk., 2012; Singh, 2012)

Tabel 1 memperlihatkan jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan di


daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Bagian tumbuhan obat yang banyak
dimanfaatkan adalah daun, akar, dan rimpang. Jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan masyarakat di daerah dataran rendah adalah 30 jenis tumbuhan obat
dan dominasi oleh suku Zingiberaceae, 86 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan
masyarakat di dataran tinggi di dominasi oleh suku Asteraceae, dan tumbuhan obat
dari suku Apiaceae dapat ditemukan di kedua daerah. Keanekaragaman tumbuhan
obat di dataran rendah dan dataran tinggi dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Perbandingan Tumbuhan Obat di Ketinggian Tempat yang Berbeda


Keanekaragaman tumbuhan obat di daerah dataran rendah berbeda dengan
daerah dataran tinggi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman di
daerah dataran rendah dan dataran tinggi adalah ketinggian tempat yang berbeda.
11

8
7
6
5
4
3
2
1
0

Gambar 1. Jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di


dataran rendah berdasarkan suku
(Sumber: Arum, dkk., 2012)
Gambar 1 memperlihatkan jenis tumbuhan obat yang banyak digunakan di
daerah dataran rendah adalah dari suku Zingiberaceae, Piperaceae, Apiaceae, dan
Rubiaceae. Tingginya pemanfaatan suku Zingiberaceae karena banyak masyarakat
membudidayakannya di lingkungan sekitar dan dapat hidup dari dataran rendah
sampai ketinggian 2.000 m (meter) dpl (di atas permukaan laut) terutama dengan
curah hujan tinggi dan beriklim tropis. Suku Zingiberaceae dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada ketinggian 1-1.500 mdpl. Hasil penelitian lain di
Semarang Jawa Tengah menunjukan bahwa jenis tumbuhan yang berkhasiat
sebagai obat yang paling banyak ditemukan adalah suku Zingiberaceae (Sari, dkk.,
2012).
Tumbuhan obat di daerah dataran rendah paling banyak digunakan sebagai
obat gangguan pencernaan seperti sakit perut, muntaber, diare, perut kembung,
maag dan sembelit. Annona muricata, Curcuma aeruginosa, C. domestica, C.
xanthorriza, Eringium fostidum, Erythrina variegata, Kaempferia galanga,
Morinda citrifolia, Paederia tomentosa, dan Zingiber officianale merupakan 10
jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat gangguan pencernaan.
Masyarakat dataran rendah banyak memanfaatkan suku Zingiberaceae
untuk mengatasi masalah kesehatan seperti kurang nafsu makan, maag, perut
kembung, diare, dingin, masuk angin, flu, badan pegal-pegal, keseleo, retak tulang,
patah tulang, pasca sakit tifus, liver, pasca melahirkan, melancarkan air susu ibu,
dan bedak bayi.
12

Tingginya keanekaragaman tumbuhan obat di daerah dataran rendah belum


dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakatnya karena ketersediaan
aksesibilitas, perkembangan infrastruktur, komunikasi, transportasi, terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan individu sehingga mengurangi ketergantungan pada
ketersediaan tumbuhan obat. Namun, masih ada beberapa kelompok masyarakat di
dataran rendah yang memiliki akses dan fasilitas pengobatan modern masih
memanfaatkan sumber daya tumbuhan untuk pengobatan tradisional sebagai
alternatif yang tersedia dengan mudah dan murah (Kunwar, dkk., 2008).

Gambar 2. Jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di


dataran tinggi berdasarkan suku
(Sumber: Singh, 2012)
Gambar 2 memperlihatkan jenis tumbuhan obat yang banyak digunakan di
daerah dataran tinggi adalah suku Asteraceae, Apiaceae, Gentianaceae, dan
Polygonaceae. Hasil penelitian Kumar (2009) menunjukkan bahwa suku
Asteraceae merupakan jenis tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan di
Kishtwar, Jammu dan Kashmir, India.
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan di daerah dataran tinggi paling banyak
digunakan sebagai obat gangguan pencernaan, masalah kulit, dingin dan batuk.
Gangguan pencernaan seperti sakit perut, masalah lambung, keracunan makanan,
sembelit, dan disentri dapat diobati menggunakan 21 jenis tumbuhan, yaitu
Aconitum heterophyllum, Allium carolinianum, Artemisia Biennis, Astragalus
thomsonianus, Bupleurum falcatum, Carum carvi, Erigeron borealis, Heraclium
13

lanatum, Irisentata, Lactuca dolichophylla, L. Rapunculoides, Pedicularis


pectinata, P. Punctata, P. tenuirotris, Phlomis bracteosa, Podophyllum
hexandrum, Saussurea costus, S.glandugilera, Scorzonera divaricata, Thymus
linearis, dan Tragopogon pretense.
Masyarakat dataran tinggi banyak memanfaatkan suku Asteraceae untuk
mengatasi masalah kesehatan seperti kurang nafsu makan, sariawan, keracunan
makanan, gangguan lambung, ginjal, liver, sakit perut, cacingan, sembelit, disentri,
pilek, kram, bisul, lecet, kusta, nyeri sendi, badan pegal-pegal, nyeri tubuh,
peredaran darah, sakit gigi, sakit telinga, rambut rontok, pembengkakan, sakit
kuning, kelumpuhan, kulit terbakar, pemurnian darah, dan diabetes.
Asteraceae banyak ditemukan di tempat kering atau di daerah beriklim
sedang dan subtropis serta daerah pegunungan dekat Khatulistiwa. Asteraceae
dapat tumbuh di daerah dengan suhu dingin dan iklim kering, curah hujan rendah,
kecepatan angin, dan radiasi ultraviolet tinggi. Asteraceae dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada ketinggian diatas 2.000-2.700 mdpl. Suku Apiaceae
dapat hidup pada ketinggian 1-2.500 mdpl, sehingga tumbuhan obat dari suku
Apiaceae banyak ditemukan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di dataran rendah
maupun di dataran tinggi (Sykes, 2008).
Ketinggian tempat mempengaruhi keanekaragaman karena produktivitas
yang rendah dan tingkat sumber daya musiman sehingga berdampak pada kontrol
distribusi, keanekaragaman, fisiologis, dan senyawa metabolik tumbuhan obat.
Keanekaragamanan jenis tumbuhan tanaman obat meningkat bersama
meningkatnya ketinggian tempat sampai 2000 mdpl, kemudian akan menurun.
Keanekaragaman jenis tumbuhan maksimal pada 1000-2000 mdpl dapat dikaitkan
dengan energi optimum dan curah hujan (Kaul, 2010). Faktor lingkungan yang
penting dan mempengaruhi distribusi suatu organisme adalah suhu, kelembaban,
keadaan tanah, air, ketinggian tempat, dan intensitas cahaya (Odum, 1993 dikutip
Sari, dkk., 2012). Keanekaragaman tumbuhan obat di ketinggian tempat yang
berbeda juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan perilaku masyarakat.
Pengaruh sinar matahari pada atmosfer, tanah, udara, dan penguapan air
merupakan faktor pembentukan variasi iklim pada suatu daerah yang berbeda.
14

Ketinggian suatu tempat erat kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya
menyebabkan pula perbedaan kelembaban udara. Diantara daerah yang mempunyai
ketinggian yang berbeda akan ditumbuhi tumbuhan yang berbeda karena tumbuhan
mempunyai tingkat adaptasi yang berlainan sehingga kita mengenal jenis-jenis
tumbuhan yang khas untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional terus meningkat dengan
meningkatnya ketinggian suatu daerah karena situasi lingkungan kurang memiliki
alternatif pilihan dan tingginya kepercayaan pada efektivitas obat tradisional.
Pemanfaatan berkelanjutan dan konservasi pengetahuan tumbuhan obat tradisional
dapat digunakan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat (Kunwar, dkk.,
2008) dan pelestarian tumbuhan obat tradisional.

Penutup
Pemanfaatan tumbuhan obat di masyarakat berkembang secara turun-
temurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan adalah ketinggian tempat. Tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat tradisional tersebar di dataran rendah maupun
di dataran tinggi dan memiliki kekhasan sesuai dengan habitatnya. Perbedaan
ketinggian tempat menghasilkan keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan
masyarakat sesuai dengan kebudayaan dan kebutuhannya. Semakin tinggi letak
suatu daerah, penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional semakin meningkat.
Inventarisasi dan investigasi lebih lanjut tentang tumbuhan obat perlu
dilakukan untuk mendokumentasikan atau mendata potensi tumbuhan berkhasiat
obat sehingga pemanfaatannya dapat diperluas. Pemanfaatan dan pemeliharaan
keanekaragaman hayati yang sejalan dengan kebudayaan manusia merupakan salah
satu cara melestarikan keanekaragaman hayati yang ada. Upaya pelestarian yang
dilakukan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dibutuhkan tumbuhan untuk
tumbuh dan berkembang sehingga dapat mempertahankan keberlangsungan
hidupnya. Selain itu, perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut mengenai
suku Apiaceae sebagai tumbuhan obat tradisional yang terdapat di daerah dataran
rendah dan dataran tinggi.
15

Daftar Pustaka

Anggana, Alvian Febry. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Di Sekitar Taman


Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus Di Desa Umbulharjo, Sidorejo,
Wonodoyo Dan Ngablak). Skripsi. Bogor: IPB.

Arum, Gumilang Pramesti Fitria, Amin Retnonongsih, dan Andin Irsadi. 2012.
Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Unnes Journal of Life
Science, 1 (2): 126-132.

Kaul, M K. 2010. High Altitude Botanicals in Integrative Medicine-Case Studies


from Northwest Himalaya. Indian Journal of Traditional Knowledge. 9
(1):18-25.

Kumar, Mahesh, Yash Paul, dan V.K Anand. 2009. An Ethnobotanical Study of
Medicinal Plants used by the Locals in Kishtwar, Jammu and Kashmir,
India. Ethnobotanical Leaflets. 13 (12): 40-56.

Kunwar, Ripu M, Rainer W Bussmann. 2008. Ethnobotany in The Nepal Himala-


ya. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 4 (24) :1-8.

Sari, Hanif Maya, Sri Utami, Erry Wiryani, Murningsih, dan Lilih Khotim Perwati.
2012. Distribusi Famili Zingiberaceae pada Ketinggian yang Berbeda di
Kabupaten Semarang. Bioma, 14 (1):1-6.

Singh, Koushalya Nandan. 2012. Traditional Knowledge on Ethnobotanical Uses


of Plant Biodiversity : A Detailed Study from The Indian Western
Himalaya. Biodiversity: Research and Conservation, 28: 63-77.

Suryadarma, IGP. 2008. Diktat Etnobotani. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Sykes, B. Ford, K.A, dan Thomas N. 2008. Asteraceae in The South Pacific.
http://www.landcareresearch.co.nz/resources/identification/plants/we
edy-daisy-key/asteraceae-in-the-south-pacific. Diakses tanggal 8 Maret
2014.

Tambunan, Parlindungan. 2008. Keanekaragaman Genetik Tumbuhan Obat


Indonesia; Potensi yang Terpendam (Genetic Diversity of Indonesia
Medicinal Plant: Buried Treasure Potential). Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan, 5 (1): 39 – 46.

Zaman, Moh. Qomarus, 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat di Kabupaten


Pamekasan-Madura Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Malang: Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai