PENDAHULUAN
aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang kita perlukan ini diperoleh dari
bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya makanan yang kita makan
terbentuk maltosa. Oleh karena itu, enzim amilase termasuk enzim golongan
hidrolase yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis pada reaksi hidrolisis.
enzim itu sendiri. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim adalah
kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka
lingkungan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim, maka hal inilah
indikator yang memberi warna biru dan akan berubah menjadi bening.
menjadi glukosa pada berbagai temperatur kemudian diuji dengan iodin pada
interval waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
biokatalis pada semua proses kimia dalam makhluk hidup sehingga disebut life is
enzyme. Enzim berasal dari kata Yunani, (en = dalam, dan zyme = bahan adonan
roti) yang berarti in yeast atau sesuatu yang terdapat di dalam ragi. Enzim mampu
Sifat enzim yang sangat penting adalah tingginya efisiensi dan derajat
dengan orientasi optimum gugus aktif enzim dan substrat, orientasi keduanya
sangat mendukung sehingga saat terjadi reaksi tidak memerlukan energi yang
besar untuk mengatur posisi. Spesifitas enzim berkaitan dengan reaksi enzim yang
sangat spesifik, satu enzim hanya akan bereaksi dengan satu substrat atau setiap
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat suatu reaksi
108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping
itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka
enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2007).
maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase, dan ɤ
amilase. α amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas. Enzim ini
memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab
enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. Β amilase
terutama pada tumbuhan dan dinamakan ekso amilase sebab memecah dua unit
glukosa yang terdapat pada ujung molekuk amilum secara berurutan sehingga
pada akirnya terbentuk maltosa. ɤ amilase telah diketahui terdapat dalam hati.
Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan
komponen utama kebijian, kentang, jagung, dan beras. Inilah bentuk cadangan
glukosa yang disimpan oleh tumbuhan untuk digunakan kemudian. Pati tersusun
meskipun rantainya dapat mempunyai sejumlah cabang yang melekat lewat ikatan
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan
atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
perubahan bentuk ionik dari sisi aktif enzim. Di luar pH optimumnya, enzim
agar enzim dapat berikatan secara sempurna dengan kitosan. pH pengikatan ini
terukur adalah aktivitas dari enzimyang tidak terikat pada kitosan, artinya bila
dkk., 2007).
penurunan aktivitas katalitik enzim. Temperatur pada saat aktivitas enzim mulai
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi
yang menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu
rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi
Di samping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan
denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
METODE PERCOBAAN
(amilum), larutan NaCl 0,1 M, saliva encer (enzim amilase), larutan buffer posfat
pH 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8, larutan asam asetat, larutan iodin 0,01 M, tissue
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,
waterbath (penangas air), oven, pipet tetes, pipet skala 2 mL, gelas ukur 10 mL,
stopwatch, gelas piala 500 mL, gegep kayu, plat tetes, dan sikat tabung.
berturut-turut pH 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8. Ke dalam larutan buffer ini
encer dan untuk buffer pH 8,0 dan 7,0 diasamkan dengan ditambahkan 2 mL asam
asetat. Selanjutnya masing-masing tabung dimasukkan di dalam penangas air
selama 5 menit. Setelah 5 menit, tabung dikeluarkan dari penangas air dan
terjadi. Dicatat perubahan dan waktu yang dibutuhkan pada berbagai pH setiap
interval 5 menit. Selanjutnya dibuat grafik pH versus kebalikan waktu (1/T) dan
air es, tabung kedua pada suhu kamar, tabung ketiga di dalam oven yang bersuhu
36oC, dan tabung keempat dipanaskan di dalam penangas air (100oC). Masing-
masing tabung diisi saliva encer sebanyak 2 tetes. Pada setiap interval 5 menit,
diambil contoh masing-masing tabung dan diuji pada plat tetes yang sudah diisi
enzim sehingga akan mempengaruhi aktivitas dari enzim itu sendiri. Enzim
berikut:
Waktu Warna
- ++ ++ +++ +++ +
10
- ++ ++ ++ +++ +
15
- ++ ++ + +++ -
20
- ++ ++ + +++ -
25
- ++ ++ + +++ -
30
- ++ ++ + +++ -
35
Keterangan :
- = bening
+ = bening kebiruan
++ = biru muda
dan ikatan kovalen yang menyebabkan perubahan konformasi protein atau enzim
menjadi berubah.
Amilase
Warna
Waktu Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
(menit) (Air Es) (suhu kamar) (36oC) (100oC)
5 + + + +
10 ++ + ++ ++++
15 ++++ ++ - -
20 ++++ + - -
25 ++++ + - -
30 ++++ + - -
35 +++ + - -
40 + + - -
Keterangan :
4.2 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
CH2O CH2O
O H O H
H H
H H
OH H OH H + nI2
O O O
H OH H OH
n
Amilum
CH2O CH2O
O H I O H
H H
H H amilase
OH H OH H
O
O O
H OH H OH
I n
biru
Kompleks iod
CH2O
O H
H
H + nI2
OH H
OH OH
H OH
bening
glukosa
4.3 Pembahasan
pH Waktu 1/T
8,0 10 0,1
7,0 - -
6,8 - -
6,2 -
6,0 - -
5,8 20 0,05
0.12
Aktivitas Enzim Amilase
0.1
0.08
1/T(menit)
0.06
0.04 y = 0,004x
0.02 R² = 0,079
0
-0.02 0 2 4 6 8 10
pH
larutan-larutan buffer dengan pH bervariasi, yaitu 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8
bertindak sebagai enzim karena pada saliva terkandung enzim amilase. Larutan
yang memiliki pH 8,0 dan 7,0 diteteskan asam asetat agar pH larutan tersebut
tersebut diletakkan pada penangas air dan diteteskan iodin. Tujuan penambahan
stuktur atau pengubahan muatan pada residu yang berfungsi dalam pengikatan
substrat atau katalis. Larutan yang memilki pH 8,0 didapatkan perubahan warna
bening pada menit ke-10. Hal itu menunjukkan bahwa aktivitas enzim amilase
adalah 7,0 sehingga enzim akan rusak di atas pH 7,4. Hal itu disebabkan karena
tertentu pada enzim. Jika kita perhatikan pH 8,0 mengalami perubahan warna
bening sedangkan larutan yang ber-pH 7,0 tidak mengalami perubahan warna
bening karena penambahan asam asetat yang banyak pada pH 8,0, melebihi
Pada grafik yang diperoleh melalui percobaan, dapat dilihat bahwa enzim
amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 8,0 karena pada pH ini diperoleh
setelah pH lebih besar dari pH optimal. Pada pH 5,8, aktivitas enzim masih ada,
tetapi kecil (ditunjukkan oleh kecepatan reaksi enzimatik yang kecil pula). Hal ini
disebabkan pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva menjadi tidak aktif. Pada
pH 9 dan 11, aktivitas enzim menurun karena telah terlewati pH optimal dari
enzim tersebut. Pada percobaan ini, akan ditentukan tabung yang terlebih dahulu
mencapai chromic point yaitu dimana terjadi perubahan warna pada larutan.
Warna larutan akan berubah warna ungu menjadi bening, menandakan terjadi
proses enzimatik yaitu enzim amilase yang menghidrolisis amilum menjadi satuan
0.04
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120
-0.02
Temperatur (oC)
Hasil penetesan pertama pada plat tetes (5 menit pertama) semua contoh
memberikan warna biru muda. Setelah pengambilan pada menit ke-10 sampai
menit ke-40 tabung (1) suhu 0oC dan tabung (2) suhu kamar tidak mengalami
perubahan warna biru muda menjadi bening. Sedangkan, tabung (3) pada suhu
36oC dan tabung (4) pada suhu 100oC mengalami perubahan menjadi warna
bening pada menit ke-15. Intensitas warna biru yang diberikan dari tabung yang
disimpan pada suhu 36ºC dan 100oC sudah berkurang dan lebih cepat menjadi
bening dibandingkan pada dua tabung lain. Dari tidak terbentuknya warna biru
pada plat tetes, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pati (amilum) yang
terdapat pada contoh sudah habis bereaksi. Dan karena pada temperatur 100oC
larutan contoh paling cepat memberikan hasil larutan bening, maka pada suhu ini
(100ºC) merupakan suhu optimum untuk enzim amilase. Hasil yang didapatkan
pada percobaan ini tidak sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori, suhu 40oC-
Lain halnya pada suhu 0ºC aktifitas enzim amilase sangat lambat, karena
pengaruh suhu yang terlalu rendah, sehingga enzim tersebut sulit untuk
mengawetkan enzim karena pada suhu yang sangat rendah, aktifitas enzim bisa
dikatakan terhenti sama sekali sehingga pada tabung yang ditempatkan pada suhu
tersebut tidak mengalami perubahan warna menjadi bening. Hal ini sesuai dengan
Berdasarkan teori, pada suhu kamar, yakni 25oC reaksi enzimatis masih
diperoleh pada suhu tersebut sangat kontras dengan teori, kompleks iod tidak
dalam meneteskan dan memipet. Selain itu, suhu ruangan di laboratorium lebih
mengalami perubahan.
Pada suhu 100oC, sama halnya pada suhu 36oC larutan mengalami
perubahan warna menjadi bening pada menit ke-15. Berdasarkan teori, suhu
optimun pada aktivitas enzim adalah 60oC, jika melewati batas tersebut enzim
akan rusak. Jadi hasil yang diperoleh sangat kontras dengan teori yang ada. Hal
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
5.2 Saran
Sebaiknya semua alat dan bahan yang akan digunakan seperti es batu dan
penangas air dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak mengulur waktu dan
Pada percobaan ini digunakan saliva encer yang diperoleh dari saliva
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 01 April 2014
ASISTEN PRAKTIKAN
6 tabung reaksi
- Diisi 10 mL dengan larutan buffer posfat dengan pH
setiap 5 menit.
Data
setiap 5 menit.
dibuat.
Data
Lampiran 2. Gambar Hasil Pengamatan
NAMA : MARETRIN
NIM : H311 12 005
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL. PERCOBAAN : KAMIS/27 MARET 2014
ASISTEN : SAKINAH NUR FADILLAH
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas,
diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Laila, A., Fetra, A., Hendri, J., dan Suka, I.G., 2007, Peningkatan Stabilitas Enzim
Amilase Melalui Amobilisasi Pada Polimer Kitosan, Jurnal Sains
MIPA,
(http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/sains/article//312/pdf)(Online),
13 (1): 119-126.