Makalah Analisis Jurnal Komunitas SGD 1
Makalah Analisis Jurnal Komunitas SGD 1
OLEH:
KELOMPOK 1
Modifikasi gaya hidup telah lama diketahui efektif sebagai pencegahan primer
dan sekunder hipertensi (Darden, Richardson, & Jackson, 2013). Salah satu
modifikasi gaya hidup tersebut adalah dengan beraktivitas fisik secara teratur
(Matheson et al., 2013). Aktivitas fisik sangat penting untuk kesehatan fisik,
emosional serta untuk mengontrol berat badan. Beraktivitas fisik secara teratur
dapat membantu mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan suasana hati
(mood), menjaga kebugaran tubuh serta mencegah risiko penyakit kronis
(National Institutes of Health (NIH), 2007). WHO merekomendasikan aktivitas
fisik sebagai upaya pencegahan utama penyakit kronis karena tidak memerlukan
banyak biaya dan sangat efektif (Lee et al., 2012 ; Rogge, 2011). Meskipun
demikian, banyak orang terutama penderita hipertensi berusia lanjut yang tidak
melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi yang dianjurkan sehingga memiliki
tingkat aktivitas fisik kurang dan berisiko tinggi mengalami stroke serta serangan
jantung.
Adapun rumusan masalah dari analisis jurnal ini adalah “Bagaimana implikasi
program aktifitas fisik berbasis komunitas KM2H2 terhadap pencegahan stroke
dan serangan jantung pada pasien hipertensi di tatanan komunitas?”
1.3 TUJUAN
Tujuan dari analisis jurnal ini adalah untuk mengetahui implikasi program
aktifitas fisik berbasis komunitas KM2H2 terhadap pencegahan stroke dan
serangan jantung pada pasien hipertensi di tatanan komunitas.
Manfaat teoritis dari analisis jurnal ini antara lain sebagai berikut:
Hasil analisis jurnal ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada
perawat, instusi pelayanan kesehatan dan pihak-pihak lain yang terkait agar dapat
dimanfaatkan sebagai suatu teknik dalam mencegah komplikasi hipertensi di
tatanan komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, 2000). Diagnostik ini
dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai
tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi
sampai hipertensi maligna (Doengoes, 2000).
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas
(JNC VII).
a. Keturunan
b. Jenis Kelamin
c. Umur
a. Merokok
c. Stres
d. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar
kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas
fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup
seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan
tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi
maupun normotensi (Simons-Morton, 1999).
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).Individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala timbuljika adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia dan
azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma, 2004).
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
Menurut (Ardiansyah, 2012) Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan
tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu
sebagai berikut:
1. Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi diotak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak, stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri –arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri –arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknyaa aneurisma.
2. Infark miokardium dapat juga terjadi apalagi arteri koroner yang
menglami aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup ogsigen ke
miokardium dan apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium tidak
dapat dipenuhi dan dapat dipenuhi dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan
mengalir ke unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang, hal ini menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Ensafalopati (Kerusakan Otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf
akibatnya neuronneuron disekitarnya menjadi menjadi kolaps dan terjadi
koma serta kematian (Gunawan, 2001).
2.2 Program Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain (KM2H2)
2.2.1 Definisi Program Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain
(KM2H2)
2.2.2 Manfaat Program Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain
(KM2H2)
Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain (KM2H2) untuk mendorong
aktivitas fisik di antara pasien CBHCP yaitu suatu program pengendalian
hipertensi berbasis masyarakat. Program intervensi pengendalian di antara
pasien hipertensi senior yang menerima perawatan pencegahan berbasis
komunitas standar. Efektivitas intervensi diukur terutama sebagai
pengurangan kejadian stroke dan serangan jantung, kedua dengan
pengurangan tekanan darah, dan ketiga dengan peningkatan tingkat aktivitas
fisik.Efek KM2H2 cukup besar dalam mengurangi risiko serangan jantung dan
stroke.
2.2.3 Prosedur Program Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain
(KM2H2)
Program Keep Moving to Healthy Heart & Healthy Brain (KM2H2)terdiri dari
enam sesi, ditambah dua sesi booster. Enam sesi intervensi telah
disampaikansetiap minggu selama enam minggu pertama, termasukdua sesi
kelompok (Sesi I dan II), dua sesi konseling individu (Sesi III dan V), dan dua
pertemuan kelompok (Sesi IV dan VI). Dengan inisesi intervensi terencana,
peserta diharapkanuntuk bergerak melintasi lima tahap Transtheoretical
Model. Transtheoretical Model adalah perubahan perilaku atas kesiapan
individu untuk memiliki tindakan yang lebih sehat, memberikan strategi, atau
proses perubahan untuk memandu individu untuk berperilaku sehat melalui
tahapan perubahan dan pemeliharaan kesehatan. Asumsi dasar model ini
adalah pada dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam waktu
yang singkat, terutama pada perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari.
Terdapat lima tahapan menuju perubahan bagi individu: Pre-
contemplation(tidak siap), Contemplation(mendapatkansiap), Preparation
(persiapan), Action (aksi), dan Maintanance (pemeliharaan) untuk terlibat
dalam aktivitas fisik yang terdaftar. Berikut sesi program KM2H2 :
1. Precontemplation dan Contemplation terdiri dari 2 sesi :
a. Sesi I mencakup pengetahuan dasar tentang hipertensi, faktor risiko,
dan self management tekanan darah. Sesi I tersebut diisi dengan
kegiatan ceramah kelompok dalam memahami tekanan darah tinggi
dengan tema ceramah pengetahuan dasar tentang hipertensi dalam
waktu 45-60 menit.
b. Sesi II berfokus pada pelatihan keterampilan,termasuk konsep dan
jenis aktivitas fisik, metode dan keterampilan untuk mencapai aktivitas
fisik reguler, dan tindakan pengamanan untuk olahraga. Peserta juga
diminta untuk mengidentifikasi hambatan yang mungkin bisa dicegah
mereka terlibat dalam kegiatan fisik. Sesi II tersebut dilakukan dengan
ceramah kelompok untuk membahas pengendelian tekanan darah
melalui aktivitas fisik dengan tema konsep dan jenis aktivitas fisik
regular metode dan keterampilan untuk mencapai aktivitas fisik
regular dan langkah-langkah keselamatan selama latihan dengan waktu
45-60 menit
Kedua sesi disampaikan di puskesmas oleh dokter medis. Keduanya sesi
ceramah bertujuan untuk membantu peserta dalam mengevaluasi pro dan
kontra mengenai aktivitas fisik dan diharapkan terciptanya perilaku
positif. Setelah dua sesi ceramah, para peserta dimotivasi untuk membuat
rencana aktivitas fisik hal ini berguna untuk membantu peserta individu
dalam mempersiapkan dan memulai aktivitas fisik reguler, konseling
telepon antar individu diberikan pada minggu ketiga, diikuti oleh sesi
pertemuan kelompok kecil di minggu keempat.
Tujuan KM2H2 adalah untuk membangun gaya hidup aktif yang baru
sehingga ditambahkan dua sesi booster meliputi perawatan perilaku
jangka panjang, termasuk teleponsesi konseling satu lawan satu pada
minggu ke-14 dan diikuti oleh sesi pertemuan kelompok pada minggu ke-
15.
Ringkasan:
Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di China. Strategi
pencegahan yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah konskuensi dan kematian
yang berhubungan dengan hipertensi seperti serangan jantung dan stroke. Modifikasi
gaya hidup terutama aktivitas fisik telah lama diketahui menjadi strategi yang efektif
untuk pencegahan primer dan sekunder hipertensi. Menjadi sebuah tantangan untuk
memotivasi orang-orang untuk mau berpartisipasi melakukan aktivitas fisik di tatanan
komunitas. Tantangan ini lebih berat pada lansia yang menderita hipertensi
dikarenakan berbagai masalah intrapersonal dan sosial. Pencegahan serangan jantung
dan stroke pada penderita hipertensi menjadi prioritas utama di China. Pusat CDC
Wuhan dan pemerintah China telah mengeluarkan program kontrol terhadap
hipertensi yang berbasis komunitas (CBHCP) pada tahun 2006 dan mengcover 114
puskesmas di China. Program tersebut belum menyertakan perubahan gaya hidup
termasuk aktivitas fisik. Untuk mencapai kebutuhan pencegahan sekunder hipertensi,
peneliti mengembangkan program Keep Moving toward Healthy Heart & Healthy
Brain (KM2H2) untuk meningkatkan aktivitas fisik pada pasien CBHCP. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi program aktivitas fisik berbasis
komunitas KM2H2 untuk mencegah serangan jantung dan stroke pada pasien lanjut
usia yang mengalami hipertensi melalui indikator kejadian serangan jantung dan
stroke, penurunan tekanan darah serta peningkatan aktivitas fisik.
Penelitian ini merupakan studi longitudinal dua lengan secara acak dan terkontrol
untuk menilai efikasi KM2H2. Sampel diambil 12 puskesmas yang berlokasi di 6
daerah urban yang dipilih secara acak untuk mengikuti program KM2H2 dan
perawatan biasa. Sampel penelitian merupakan pasien hipertensi yang mengikuti
CBHCP dari 20 April-28 November 2011 dan memenuhi 5 kriteria inklusi yaitu (1)
usia 55 tahun atau lebih, (2) didiagnosa hipertensi oleh dokter sesuai prosedur
standar, (3) sedang dalam pengobatan antihipertensi, (4) bersedia mengikuti
intervensi dan (5) aman untuk mengikuti aktivitas sedang hingga berat. Kriteria
ekslusi sampel penelitian yaitu (1) gagal tes kesiapan mengikuti aktivitas fisik, (2)
tidak mampu menyelesaikan intervensi karena keterbatasan fisik atau mental, (3)
menderita penyakit lain, (4) ekg abnormal. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi 355 pasien (183 kelompok perlakuan dan 172 kelompok kontrol).
Kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa KM2H2 dan perawatan standar
CBHCP sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan perawatan standar
CBHCP.
Intervensi KM2H2 terdiri dari 6 sesi dan 2 sesi booster yang meliputi 2 sesi lecture, 2
sesi konseling telepon dan dua pertemuan kelompok. Setiap sesi dilakukan setiap
minggunya. Sesi I diberikan pengetahuan mengenai tekanan darah tinggi selama 45-
60 menit. sesi II diberikan pengetahuan tentang rahasia pengontrolan tekanan darah
melalui aktivitas fisik selama 45-60 menit. Sesi III diberikan konseling mengenai
aktivitas fisik individu melalui telepon selama 10-20 menit setiap sampel. Sesi IV
merupakan pertemuan kelompok untuk bertukar pengalaman tentang cara sukses
latihan fisik yang diikuti 8-10 partisipan selama 45-60 menit. Sesi V merupakan sesi
konseling melalui telepon seperti sesi III dan sesi VI merupakan pertemuan kelompok
sama seperti sesi IV. Setelah dilakukan intervensi, dilakukan follow-up 3 bulan.
Selanjutnya dilakukan sesi booster yang terdiri dari satu sesi konseling telepon dan
satu sesi pertemuan kelompok. Intervensi diberikan oleh 35 intervensioner yang
sudah terlatih dan lulus ujian. Perawatan standar CBHCP terdiri dari pengobatan
antihipertensi, follow-up pengecekan secara rutin, konseling di puskesmas atau rumah
pasien dan pengecekan oleh pasien sendiri.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara oleh staf terlatih menggunakan
Community-Based Hypertension Self-Management Questionnaire dengan 3 variabel
yang dikaji antara lain kejadian serangan jantung dan stroke selama penelitian
dilakukan sebagai hasil primer, tekanan darah (sistole dan diastole) yang diukur
sesuai standar AHA menggunakan spignomanometer raksa sebagai hasil sekunder,
serta stase transisi partisipan menuju aktif secara fisik (dari tidak aktif menjadi aktif
dan yang aktif tetap mempertahankannya) dan tingkat aktivitas fisik partisipan
sebagai hasil tersier. Follow-up hasil intervensi dilakukan setelah 3 bulan dan 6
bulan.
4. 1 Analisis SWOT
1. Strength (S)
a. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2)
merupakan suatu program berbasis komunitas yang dirancang untuk
memotivasi pasien dengan hipertensi dalam meningkatkan aktivitas fisik
sehari-hari. Program ini terdiri dari enam sesi intervensi dan dua sesi
booster. Keenam sesi tersebut meliputi dua ceramah, dua sesi konsultasi
telepon dan dua pertemuan kelompok. Program Keep Moving toward
Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) terbukti secara signifikan dapat
meningkatkan aktivitas fisik pada penderita hipertensi seperti jogging,
bersepeda, berenang, mengepel lantai dan membersihkan rumah
b. Aktivitas fisik adalah suatu gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas
fisik dapat menjadi salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kronis seperti
hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan serangan jantung. Keep Moving
toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) adalah suatu program
yang terbukti dapat memotivasi pasien dengan hipertensi untuk melakukan
aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik juga memiliki dampak yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
diastolik.
c. Penyakit Kronis salah satunya hipertensi dapat ditatalaksana dengan
melakukan perubahan gaya hidup berupa perubahan pola makan maupun
peningkatan aktivitas fisik. Selain dapat meningkatkan aktivitas fisik dan
mengurangi tekanan darah sistolik maupun diastolik, program Keep Moving
toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) juga terbukti secara
signifikan dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke pada pasien
hipertensi.
d. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2)
merupakan suatu program berbasis komunitas yang terdiri dari enam sesi
intervensi dan dua sesi booster. Selain dapat memotivasi pasien hipertensi
untuk melakukan aktivitas fisik, program ini juga dirancang untuk
meningkatkan pengetahuan klien mengenai hipertensi dan pengetahuan
mengenai aktivitas fisik reguler dan moderat.
2. Weakness (W)
a. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2)
merupakan suatu program motivasi yang harus diberikan oleh seorang
trainer/intervensionis terlatih serta lulus uji kualifikasi. Semua
intervensionis menerima pelatihan penuh selama satu minggu dan pada hari
kelima semua peserta pelatihan diminta mengikuti ujian kualifikasi. Satu
hari pelatihan ditambahakan untuk konseling telepon. Semua
trainer/intervensionis harus berpartisipasi dalam dua pelatihan tersebut dan
lulus uji kualifikasi sebelum melakukan program KM2H2.
b. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) mungkin
menjadi salah satu pilihan terapi yang mempunyai pengaruh signifikan pada
sebagian besar orang/komunitas tetapi tidak semua orang. Keberhasilan
program intervensiKeep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain
(KM2H2) ini tergantung dari kepatuhan klien dalam menghadiri kegiatan
intervensi seperti ceramah, konseling telepon dan pertemuan kelompok serta
keinginan klien berpartisipasi dalam melakukan aktivitas fisik.
3. Opportunity (O)
a. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) adalah
salah satu terapi yang dapat diterapkan pada semua jenis hipertensi dan
semua kalangan orang tanpa memandang jenis kelamin, usia maupun status
sosial.
b. Keep Moving toward Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2)
merupakan salah satu terapi yang cukup efektif diterapkan di komunitas dan
cukup banyak dicari masyarakat karena merupakan terapi yang terjangkau
dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
4. Treath (T)
a. Adaprogram lain yang juga mudah diaplikasikan untuk memotivasi klien
dalam melakukan aktivitas fisik seperti program peer group ataupemberian
motivasi langsung oleh seorang motivator.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Program Keep Moving toward
Healthy Heart and Healthy Brain (KM2H2) telah terbukti secara signifikan
dapat meningkatkan aktivitas fisik pada penderita hipertensi. Selain itu
program ini telah terbukti dapat memotivasi pasien dengan hipertensi untuk
melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan baik tekanan darah sistolik dan diastolik, peningkatan
dukungan sosial dan untuk peningkatan kepercayaan diri, maka kegiatan
aktivitas fisik berbasis komunitas ini kemungkinan dapat diterapkan pada
lansia yang memiliki masalah hipertensi mengingat caranya tidak memerlukan
biaya serta intervensi ini dapat dilakukan oleh lansia sendiri. Selain itu, dari
beberapa penelitian terkait program motivasi latihan aktivitas fisik merupakan
metode yang efektif, sesuai dan dapat diterima untuk menangani masalah
perilaku pada lansia serta sebagai standar mengukur pencegahan sekunder
hipertensi, termasuk pencegahan serangan jantung dan stroke.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Van Dinh Tran,
Andy H. Lee, Jonine Jancey, Anthony P. James, Peter Howat dan Le Thi
Phuong Mai (2017) dengan judul “Physical activity and nutrition behavior
outcomes of a cluster-randomized controlled trial for adults with metabolic
syndrome in Vietnam”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi gaya hidup berbasis komunitas untuk meningkatkan
aktivitas fisik pada pasien dengan sindrom metabolik. Penelitian ini
dilakukan dengan pembagian dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok intervensi yang menerima motivasi promosi kesehatan dengan
ceramah, buklet, latihan aktivitas fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terjadi perubahan yang signifikan intervensi berbasis komunitas pada
kelompok intervensi yaitu motivasi promosi kesehatan berbasis komunitas
efektif memperbaiki aktivitas fisik dan prilaku diet lansia dengan sindrom
metabolik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
a. Penelitian ini disarankan untuk digunakan sebagai salah satu refrensi dalam
keperawatan komunitas terhadap pencegahan stroke dan serangan jantung
pada pasien hipertensi.
b. Penelitian ini juga disarankan untuk dilakukan pada masyarakat khususnya
pada pasien lanjut usia yang mengalami hipertensi untuk mencegah serangan
jantung dan stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Gong, J., Chen, X., dan Li, S. (2015). Efficacy of a community-based physical
activity program KM2H2 for stroke and heart attack prevention among senior
hypertensive patients: A cluster randomized controlled phase-II trial. PloS
one, 10(10), e0139442.
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Dennison-Himmelfarb, C.,
Handler, J., . . . Ortiz, E. (2014). 2014 Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in adult: Report from the panel members
appointed to eighth joint national comitte (JNC 8). The Journal of the
American Medical Association. 2014; 311(5): 507-520.
Liu, L. (2012). Chinese Guidelines for The Management of Hypertension. Beijing,
China: People'sMedical Publishing House.
Darden, D., Richardson, C., dan Jackson, E.A. (2013). Physical activity and exercise
for secondary prevention among patients with cardiovascular disease. Curr
Cardiovasc Risk Rep, 7: 411–417.
CDC. (2011). Strategies to Prevent Obesity and Other Chronic Diseases: The CDC
Guide to Strategies to Increase Physical Activity in the Community. Atlanta:
U.S. Department of Health and Human Services.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Saraswati, S. 2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi, dan
Stroke. Jogjakarta: A + Plus.
WHO. (2011). Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010. Italy:
World Health Organization 2011 Reprinted 2011.
Hinkle, J.L. dan Cheever, K.H. (2013). Brunner & Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing (Ed. 13). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Pty,
Limited.
Matheson, G. O., Klugl, M., Engebretsen, L., Bendiksen, F., Blair, S. N., Börjesson,
M., . . .Ljungqvist, A. (2013). Prevention and management of non-
communicable disease: The IOC consensus statement, lausanne 2013. British
Journal of Sports Medicine, 47(16), 1003.
NIH. (2007). Physical Activity and Weight Control. US: U.S. Departement of Health
and Human Service.
Lee, I.M., Shiroma, E.J., Lobelo, F., Puska, P., Blair, S.N., dan Katzmarzyk, P.T.
(2012). Effect of physical inactivity on major non-communicable diseases
worldwide: An analysis of burden of disease and life expectancy. Lancet,
380:219–29.
Rogge, J. (2011). High-level meeting of the UN General Assembly on the Prevention
and Control of Non-communicable Diseases: Statement by Dr. Jacques
Rogge, President of the IOC. New York: United Nations.