Anda di halaman 1dari 10

KEWIRAUSAHAAN

Ringkasan Mata Kuliah

KELOMPOK 4

N. DIAH UTAMI (1415351179 / 03)

KADEK DINA SABINA RINI (1515351090 / 24)

CHANDRIKA HUTAMI PRARIADENA (1515351103 / 36)

NI PUTU AYU INDIRA YUNI (1515351112 / 43)

PROGRAM EKSTENSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
KETERKAITAN ANTARA WIRAUSAHA DAN POLA BERPIKIR

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan


membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Dalam menciptakan ide, peluang tersebut perlu
adanya pola berpikir yang menjadi dasar seorang wirausaha dalam melakukan hal tersebut.

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena
berbeda-beda titik berat dan penekanannya :

- Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja


sendiri (self-employment).Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga
tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau
ketidakpastian.
- Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam
sistem ekonomi.
- Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk
atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya.
- Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.

Untuk membina manusia menjadi seseorang wirausaha yang hebat, tidak cukup hanya
memberikan kecerdasan, ketrampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas mendasar adalah
dengan membangun pola pikir yang baik terlebih dahulu. Struktur prioritas kewirausahaan
terdiri dari 4 (empat) lapisan. Lapisan 2 terdalam merupakan inti (core), sedangkan 2 lapisan
berikutnya merupakan pendukung yang ideal untuk mencapai kesempurnaan prestasi.
Struktur nilai kewiraswastaan dimaksud terdiri dari elemen-elemen :

1. Pola pikir (mindset)


2. Sikap mental/karakter (attitude)
3. Kepemimpinan (leadership)
4. Keterampilan (skill)
Pola Pikir

Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara


berpikir atau pola pikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Menumbuhkan pola pikir
kewirausahaan, menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh
kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan
wirausaha itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dianggap kunci untuk meningkatkan pola
pikir dan cara pandang kewirausahaan sebagai kunci untuk menumbuhkan kompetensi,
pekerjaan dan kepuasan pribadi. Kewirausahaan merujuk pada sebuah kemampuan
perorangan yang dapat mengubah ide menjadi kegiatan nyata. Pola pikir kewirausahaan
dididik melalui penciptaan iklim sosial kewirausahaan yang lebih menyenangkan, adanya
kebijakan yang terpadu dengan tinjauan untuk tidak hanya menguabah pola pikir tetapi juga
meningkatkan keterampilan-keterampilan, menyingkirkan hambatan-hambatan untuk
mengembangkan usaha atau bisnis.

Sikap Mental

Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam
keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah seseorang menjadi sosok yang tinggi budi
ataukah seblikinya menjadi orang yang jahat dan culas. Itu sebabnya pembinaan sikap mental
menjadi unsur terpenting dalam dunia kewirawastaan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik
alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam
hal motivasi dan proaktivitas.

Orang yang bersikap mental baik akan selalu bekerja rajin tanpa harus diperintah, dan
konsisten tanpa harus diawasi. Mereka juga selalu berinisiatif melakukan hal-hal positif dan
selalu mempunyai motivasi kuat serta semangat yang mengebu-gebu dalam mencapai cita-
cita.

Sikap mental juga amat menentukan keberhasilan seseorang. Harvard, sebuah intitusi di
Amerika menyatakan bahwa keberhasilan orang-orang sukses di dunia ini, ternyata lebih
banyak ditentukan oleh sikap mentalnya dibandingkan dengan peranan kemampuan teknis
yang dimiliki. Dengan angka perbandingan adalah 85% sikap mental, 15 % kemampuan
teknis.

Akan tetapi ironisnya, komposisi materi pendidikan yang diterapkan disekolah-sekolah


menunjukan perbandingan yang sebaliknya yaitu 90 % pelajaran teknis dan 10% sikap
mental. Sehingga pantaslah kalau banyak didapati manusia yang berpikir negatif dibanding
orang yang berpikir positif, antusias dan percaya diri.

Kepemimpinan

Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kepemimpinan sebagai nilai atau kualitas,
bukan pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia. Mungkin akan lebih tepat
kalau disebut sebagai “kepeloporan” sedangkan pemimpin adalah orang yang menunjukan
arah. Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu tahu arah yang harus dimbil.
Keputusan-keputusanya mantap dan didasari oleh keyakinan diri disertai data-data dan
informasi yang akurat.

Dalam dunia usaha, jiwa kepemimpinan dan kepeloporan ini mutlak diperlukan karena
secara sadar atau tidak seseorang yang berwiraswasta telah menempatkan dirinya pada posisi
pemimpin. Kedudukan tersebut mengharuskannya untuk selalu mampu mengambil keputusan
yang menurut perhitungannya paling baik dan bijaksana. Tidak boleh ada keraguan atau
kebimbangan karena jika itu terjadi maka keputusan yang diambil akan terlambat dan tidak
efektif lagi. Dilain pihak, pengusaha yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan akan condong
mengikuti pendapat dari figur yang dominan terhadap dirinya, sehingga pengusaha tersebut
biasanya sulit membawa perusahaannya kearah kemajuan yang berarti.
Pengusaha yang berpeluang maju secara mantap adalah pengusaha yang memiliki jiwa
kepemimpinan secara menonjol. Ciri-cirinya biasanya keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim/tampil beda.

Keterampilan

Lapisan terluar dari struktur prioritas adalah keterampilan. Keterampilan teknis yang
meliputi keterampilan perorangan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
memproduksi sesuatu, baik secara fisik dan non fisik termasuk keterampilan manajerial dan
keterampilan pemasaran jelas merupakan faktor yang amat penting, karena disinilah nantinya
kualitas produk ditentukan tinggi rendahnya.

Banyak pihak berpendapat bahwa dengan berbekal penguasaan keterampilan, seseorang


pasti bisa menjdi enterpreuneur (wiraswastawan) yang berhasil. Namun demikian, kalau kita
mau meneliti lebih jauh ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan
oleh keterampilan semata melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si
pengusaha. Keterampilan hanyalan sarana, sehingga tidak cukup untuk mengantar orang ke
jenjang kehidupan yang sukses, terutama kehidupan dalam dunia usaha.

Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang baik terampil maupun tidak, untuk bisa tampil
sebagai tokoh yang sukses atau orang berkecukupan, yaitu :

1. Memanfaatkan Leadership yang berasal dari diri sendiri.


2. Memanfaatkan Leadership orang lain.
3. Faktor keberuntungan (luck and hoki).

Semua disiplin ilmu tidak memperhitungkan adanya factor keberuntungan, demikian juga
dengan ilmu kewiraswastaan. Rata-rata orang besar dan tokoh wiraswastaan sejati
mengandalkan sepenuhnya pada jiwa kepeloporan yang dimiliki oleh diri sendiri sehingga
mencapai tingkat kemapanan.

PENTINGNYA POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN

Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan


wirausaha kadang sering berubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang
belum pernah mereka coba, padahal menurut dweck menerjemahkan mindset sebagai
kepercayaan mengenai siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih dahulu
harus mengenal kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan diri kita
sendiri, karna banyak sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat
mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam
hal ini kita harus mengubah mindset kita dengan cara mengetahui/mempelajari pengetahuan
baru tentang bagaimana kita harus mempunyai pola pikir yang inovatif, karna dengan
berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal yang baru dalam berwirausaha.

Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada orang
yang selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil apapun terhadap
pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka rasakan,
jika mereka merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri maka ada
dorongan dalam diri mereka untuk selalu optimis dalam meraih mimpi dalam berwirausaha,
dan jika dengan pola pikir yang negative , itu akan menyebabkan mereka selalu bersifat
pesimis untuk meraih mimpi mereka, maka dari itu pendidikan dan komunikasi untuk
medapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset seseorang dalam
berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan kreatif dalam mewujudkan mimpinya
menjadi seorang wirausaha yang berhasil. Mungkin hal-hal di bawah ini bisa dilakukan
dalam memulai suatu usaha.

1. Motivasi yang kuat.


2. Mindset yang tepat(prouktif,kreatif,inovatif,positif).
3. Lakukan (just do it).

JENIS POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN (ENAM TOPI PIKIRAN)

Enam Topi Berpikir adalah sebuah teknik berpikir yang dipaparkan oleh Edward De
Bono, menurutnya manusia memiliki enam gaya berpikir yang diibaratkan sebagai enam
buah topi. Konsep berpikir Six Thinking Hats atau Enam Topi Berpikir ini diciptakan oleh Dr.
Edward de Bono yang merupakan seorang penulis, penemu, dokter, pemikir, dan konsultan
yang berasal dari Republik Malta.

Fungsi utama teknik ini adalah membuat kita mampu berpikir lurus dan objektif.
Mencapai hasil yang maksimal dalam mengerjakan sesuatu dengan menangkap pola pikir
dari berbagai sudut. Misalnya ketika anda menghasilkan sebuah karya, anda merasa karya itu
tidak ada cacatnya sehingga anda butuh orang lain untuk menilai hal itu dengan objektif,
tetapi dengan menguasai teknik ini walaupun tanpa bantuan orang lain, anda dapat melihat
karya itu secara objektif.
Adapun Teknik Enam Topi Berpikir itu adalah antara lain :

1. Topi Putih

Putih adalah netral dan objektif. Topi putih artinya kumpulkanlan informasi yang
diperlukan sebanyak-banyaknya. Informasi bisa berupa fakta dan data yang sifatnya
netral dan objektif. Ingat, hanya informasi. Just the facts, not opinion or interpretation.
semakin banyak informasi yang dikumpulkan, peta persoalan akan menjadi semakin jelas
dengan sendirinya.

2. Topi Merah

Merah melambangkan emosi dan perasaan. mengenakan topi merah artinya kita
diajak memandang persoalan dari sudut pandang emosi dan perasaan, baik yang positif
maupun negatif tanpa alasan atau logika apapun. Emosi juga menyangkut tipe perasaan
yang lebih kompleks dan tinggi, yaitu naluri (insting) dan intuisi. Naluri dan intuisi sering
kali memberi arah akan hal yang tidak bisa dibeberkan fakta dan informasi.

3. Topi Hitam

Topi hitam adalah lambang peringatan. Mengenakan topi hitam, kita diajak untuk
menjadi sangat berhati-hati. Menganalisa semua sisi negatif dari suatu persoalan, mencari
semua faktor resiko, bahaya, kesulitan, dan kelemahan suatu ide. Mempertanyakan
berbagai kemungkinan negatif. Topi hitam juga mengajak untuk selalu berada di jalan
yang benar dan menguntungkan, tidak melanggar undang-undang, tidak melakukan hal
bodoh dan tindakan illegal, dan mengajak untuk selalu bersikap logis.

4. Topi Kuning

Kuning melambangkan cahaya dan optimism, dan juga aura positif. Berlawanan
dengan topi hitam, di bawah topi kuning kita diarahkan untuk hanya berpikir hal yang
positif, tetapi tetap logic and not based on fantasy. Topi kuning fokus pada hal-hal positif
menguntungkan, harapan and why something may work. Topi kuning juga digunakan
untuk berpikir konstruktif dan generatif, membuat segalanya bisa dilaksanakan. Topi
kuning juga bersifat spekulatif, mencari segala kemungkinan untuk menerjemahkan visi,
impian dan harapan. Topi kuning mempunyai spektrum positif yang cukup lebar,
terentang dari sisi logis dan praktis pada satu sisi dan impian, visi, misi serta harapan di
sisi yang lain.
5. Topi Hijau

Topi hijau melambangkan energi, pertumbuhan, produktivitas. Di bawah topi hijau


kita menumbuhkan kreativitas, mencari ide baru dan berbagai alternatif. Di bawah topi
hijau kita mengcounter kesulitan yang terdeteksi pada topi hitam. Tinggalkan ide lama
dan beralihlah kepada hal-hal dan perspektif baru. Topi hijau adalah perubahan.

6. Topi Biru

Topi biru adalah kontrol. Topi biru digunakan untuk mengontrol proses berpikir dan
penggunaan topi-topi berpikir lainnya. Biasanya digunakan oleh yang ditunjuk sebagai
fasilitator atau pimpinan pada awal pertemuan untuk memberi arahan tentang situasi yang
dihadapi, arah mana yang dituju, serta tujuan dan capaian yang dikehendaki. Pada akhir
pertemuan, topi biru juga biasanya meminta hasil pertemuan yang bisa berupa
kesimpulan, keputusan, summary, solusi atau apapun. Di bawah topi biru juga ditentukan
rencana atau langkah selanjutnya.

TIGA PRINSIP DASAR POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN

1. Perhatian (Attention)

Pada tahap perhatian (attention) wirausaha


berusaha agar calon konsumen memperhatikan penawaran yang dilakukannya. Untuk
mendapatkan perhatian dari calon konsumen wirausaha harus memperlihatkan sikap
yang baik, tutur kata dan cara berpakaian yang akan memberikan penilaian yang positif
dari calon konsumen yang akan berpengaruh terhadap terjadinya jual beli. Dalam pola
berpikir khususnya perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan
apa yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja wirausahawan lain untuk bisa
menjadi ide atau memotivasi.

2. Pelarian

Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah, dimana saat kita jatuh atau bangkrut, kita
masih mempunyai pekerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sebagai pengganti
pekerjaan yang telah bangkrut tadi sambil membangun ulang usaha baru disamping usaha
sampingan.

3. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan
konsumen dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa, dan ide yang dibeli
merupakan langkah yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen.
Tindakan sesuatu yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi wirausahawan, karena
tanpa ada tindakan kita tidak mungkin bisa menjadi maju dan terus maju.
REFERENSI

http://kesos.unpad.ac.id/2011/09/27/pola-pikir-wirausaha/ (diakses pada tanggal 26 Februari


2016)

http://shujinkouron.blogspot.co.id/2014/11/six-thinking-hats-enam-topi-berpikir.html (diakses
pada tanggal 26 Februari 2016)

http://dokumen.tips/documents/arti-penting-berpikir-secara-wirausaha.html (diakses pada


tanggal 26 Februari 2016)

Anda mungkin juga menyukai