Anda di halaman 1dari 8

Bimafika, 2010, 3, 198 - 205

TANTANGAN DAN STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN


DI PERAIRAN LAUT INDONESIA

Husain Latuconsina *

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Darussalam Ambon

Abstrak

Potensi sumberdaya ikan di perairan laut Indonesia telah mengalami penyusutan, seiring meningkatnya jumlah
nelayan, upaya penangkapan dan pola pemanfaatan yang merusak sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem
laut dan mengancam keberlanjutan produktivitas sumberdaya ikan pada masa mendatang. Untuk itu, diperlukan
strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi laut (KKL) secara efektif melalui pendekatan bio-
ekologi dan sosial-ekonomi, sehingga dapat mendukung peran KKL untuk; (1) meningkatkan produksi ikan
dengan menyebarkan telur, ikan muda dan dewasa dari dalam kawasan larang-ambil ke wilayah perikanan di
sekitarnya, (2) menyediakan tempat perlindungan bagi spesies dalam masa pertumbuhan dan terancam punah,
(3) membantu pemulihan spesies dan ekosistem dari gangguan naturogenik maupun antropogenik, (4) mencegah
konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya, dan (5) mencegah hancurnya perikanan tangkap secara
keseluruhan jika pengelolaan perikanan di luar KKL mengalami kegagalan.

Kata Kunci : Sumberdaya ikan, Kawasan Konservasi Laut, Spill Over dan Recruitment Effect.

PENDAHULUAN penangkapan (armada, alat tangkap dan teknik


penangkapan) untuk menjangkau perairan yang
Indonesia memiliki potensi
lebih jauh (offshore), sehingga sering terjadi
keanekaragaman sumberdaya ikan yang
konflik pemanfaatan sumberdaya ikan di
sangat tinggi, lebih dair 2000 spesies yang
perairan pesisir akibat perebutan ruang dan
setara dengan 25 % spesies ikan di dunia
sumberdaya yang semakin terbatas.
terdapat di Indonesia dan diperkirakan baru
Akibatnya akan berdampak negatif
sekitar 400 spesies diketahui bernilai ekonomis
terhadap penurunan stok dan mengancam
(Dahuri, 2003). Tingginya keanekaragaman
terjadinya deplesi sumberdaya ikan. Sehingga
spesies ikan mengingat luas laut sekitar 70 %
diperlukan strategi pengelolaan melalui
dari total luas Indonesia. sehingga potensi
penutupan kawasan perairan laut yang memiliki
sumberdaya perikanan laut menjadi andalan
produktivitas biologis tinggi secara permanen
dalam upaya meningkatkan perekonomian
dengan sistem zonasi sesuai peruntukannya,
bangsa.
untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan
Namun kenyataannya, potensi yang begitu
pemanfaatan sumberdaya ikan dan
besar ini mulai mengalami penyusutan akibat
ekosistemnya.
pemanfaatan berlebihan diiringi degradasi fisik
habitat akibat penggunaan alat tangkap
Peranan Konservasi Sumberdaya Ikan
merusak yang telah berlangsung lama di
Konservasi Sumberdaya Ikan menurut UU
seluruh perairan laut Indonesia.
No.34/2004 adalah upaya perlindungan,
Kondisi ini semakin diperburuk dengan
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan,
tingginya ketergantungan sebagian besar
termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk
nelayan di Indonesia terhadap potensi
menjamin keberadaan, ketersediaan dan
sumberdaya ikan di kawasan perairan pesisir
kesinambungannya dengan tetap memelihara
(inshore) akibat keterbatasan teknologi

Korespondensi : e-mail: husainlatuconsina@ymail.com


H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

dan meningkatkan kualitas nilai dan dan dipertahankannya keberlanjutan produksi


keanekaragaman sumberdaya ikan. bahan makanan dan jasa lingkungan bagi
Menurut Charles (2001) dalam Suseno manusia. Untuk mencapaianya, maka tujuan
(2007), upaya melindungi sumberdaya ikan penetapan KKL menurut Salm et.al, (2000)
dilakukan melalui reorientasi pengelolaan dalam Bengen (2002) adalah; melindungi
perikanan berbasis ekosistem. Konsep habitat kritis, mempertahankan
dasarnya adalah mengelola aktivitas manusia keanekaragaman hayati, mengkonservasi
bersama ekosistem disekitarnya dengan sumberdaya ikan, menyediakan lokasi rekreasi
membentuk kawasan konservasi laut (KKL), dan wisata bahari, merekolonisasi daerah yang
sehingga pengelolaan tidak hanya pada satu tereksploitasi dan mempromosikan
spesies tertentu, melainkan juga membatasi pembangunan kelautan berkelanjutan.
aktivitas manusia pada kawasan tersebut. Manfaat KKL menurut Roberts dan
Definisi Kawasan Konservasi Laut (KKL) Hawkins (2000) yaitu ; (1) meningkatkan
menurut International Union for the produksi anakan ikan untuk memperbaharui
Conservation of Nature and Natural Resources ikan di wilayah penangkapan, (2)
(IUCN), adalah; ‘Suatu wilayah perairan pasang memungkinkan pergerakan induk dan ikan
surut bersama badan air di bawahnya dan muda ke dalam wilayah penangkapan, (3)
terkait dengan flora, fauna, dan penampakan menyediakan tempat perlindungan bagi spesies
sejarah serta budaya, yang dilindungi secara yang lemah, (4) mencegah kerusakan habitat,
hukum atau cara lain yang efektif, untuk (5) mendukung pengembangan komunitas
melindungi sebagian atau seluruh lingkungan di biologis yang berbeda dengan komunitas di
sekitarnya’ (Indrawan et al, 2007). daerah tangkapan,(6) membantu pemulihan
KKL menurut Wiryawan et al (2005), dan mendukung pertambahan jumlah, ukuran
mencakup kawasan yang dilindungi penuh (no- dan biomas organisme yang dieksploitasi.
take zones), terutama kawasan yang sangat Li (2000) dalam Fauzi dan Anna (2005)
penting untuk peningkatan stok ikan, seperti menambahkan manfaat KKL yaitu; (1)
kawasan pemijahan dan proses-proses ekologi melindungi spesies endemik dan langka serta
lainnya. KKL melingkupi kawasan pemanfaatan spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan,
ekstratif dan kawasan pemanfaatan terbatas (2) mengurangi mortalitas penangkapan, (3)
yang ditujukan untuk perlindungan merlindungi areal pemijahan, (4) membatasi
keanekaragaman hayati dengan menjamin hasil tangkapan sampingan berupa ikan-ikan
pemanfaatan sumberdaya laut berkelanjutan juvenil, dan (5) meningkatkan produktivitas
untuk kesejahteraan masyarakat pengguna perairan.
lokal. Input dan output produksi perikanan
Sasaran penetapan KKL menurut Agardy dalam KKL diatur melalui penutupan secara
(1997) dalam Bengen (2002) adalah untuk permanen sebagian perairan untuk daerah
mengkonservasi ekosistem dan sumberdaya perlindungan yang disesuaikan dengan luasan
alam agar proses ekologi terus berlangsung kawasan konservasi serta tujuan pengelolaan

199
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

dan perlindungan sumberdaya hayati yang Prinsip kerja KKL juga berperan
telah mengalami
alami tekanan eksploitasi. Menurut mengekspor telur dan larva (Recruitment effect)
Rodwel et.al, (2001), luas yang optimal untuk dari hasil pemijahan ikan yang biomassanya
KKL antara 15-25%
25% dari daerah tangkapan ikan semakin lama akan semakin bertambah sesuai
jika intensitas perikanan di daerah sekitarnya fungsi waktu disebabkan faktor pertumbuhan.
tidak melebihi 40% dari total biomas yang bisa Menurut Helfman (2007), rekrutmen
dieksploitasi. sumberdaya ikan bisa meningkat seiring
Luasan KKL yang idea
ideal tidak mutlak meningkatnya output reproduksi dalam KKL.
sama di setiap daerah, karena harus Dengan kepadatan
adatan ikan lebih banyak dan lebih
disesuaikan dengan karakteristik fisik besar diharapkan dapat menghasilkan telur
lingkungan dan biologi sumberdaya ikan yang lebih banyak.
dilindungi, serta tingkat eksploitasi dan KKL yang berfungsi dengan baik akan
ketergantungan masyarakat pengguna. memberikan perlindungan dan kesempatan
memijah bagi sumberdaya ikan yang
Prinsip Spill Over dan Recruitment effect menempatinya, kemudian telur dan larva hasil
Prinsip
rinsip kerja KKL adalah pengaruh pemijahan tersebut tidak hanya tersebar dalam
limpahan (spill over effect),, dimana pada KKL tetapi juga akan terdistribusi keluar yang
kawasan yang dilindungi stok ikan akan tumbuh akan menyuplai ke perairan sekitarnya dengan
dengan baik hingga mencapai dewasa dan individu baru.
limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir Terkait prinsip spillover dan recruitment
ke wilayah di luar KKL sehingga dapat effect dalam KKL tersebut, maka mekanisme
dimanfaatkan secara
ecara berkelanjutan tanpa peningkatan biomas dan ukura
ukuran individu
mengurangi sumber pertumbuhan di daerah sumberdaya ikan ekonomis penting dalam KKL
yang dilindungi (Fauzi dan Anna,2005). menurut Robert dan Hawkins (2000), dapat
memberikan manfaat bagi usaha perikanan di
sekitarnya melalui; (1) penyebaran ikan muda
dan dewasa dari dalam kawasan ’larang
’larang-ambil’
ke wilayah perikanan di sekitarnya,
itarnya, (2) ekspor
telur dan atau larva yang bersifat planktonik
dari wilayah ’larang-ambil’
ambil’ ke wilayah perikanan
di sekitarnya, dan (3) mencegah hancurnya
perikanan tangkap secara keseluruhan jika

Gambar 1.Pengelolaan KKL yang memberikan pengelolaan perikanan di luar kawasan ’larang
’larang-
pengaruh Spill Over bagi ikan ambil’ mengalami kegagalan.
dewasa dan Recruitment telur dan
larva ke kawasan disekitarnya
(Sumber:Helfman,
Helfman, 2007).
2007 Pengembangan Jejaring KKL
Pembentukan jejaring KKL yang saling
berhubungan dapat mendukung aktivitas

200
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

biologis sumberdaya ikan yang umumnya yaitu: (1) jejaring KKL berdasarkan ekologis
bermigrasi untuk mencari makan, memijah dan yang menunjukkan bahwa kawasan konservasi
berlindung. Keuntungan jejaring KKL yang laut yang satu dengan lainnya terdapat
saling terkait menurut Roberts dan Hawkins keterkaitan dalam hal ekologis (ekoregion), baik
(2000) adalah karena: (1) KKL yang terisolasi secara fisik maupun biologis, dan (2) jejaring
bisa memberikan banyak manfaat, namun KKL berdasarkan pengelolaan yang
hanya melindungi bagian biodiversitas laut menunjukkan bahwa ada keterkaitan berupa
yang terbatas, (2) Sebagian besar spesies di keterpaduan sistem pengelolaan bersama yang
laut mempunyai fase penyebaran yang luas melibatkan semua stakeholder. Sehingga
dan berpindah jauh dari tempat mereka diperlukan kelembagaan dan pendanaan untuk
memijah, (3) KKL secara individu hanya mengkoordinasikan seluruh stakeholder.
mampu melakukan penambahan populasi Dikembangkannya jejaring KKL dapat
spesies yang menyebar terbatas, sedangkan semakin meningkatkan manfaat bio-ekologi
jaringan KKL diperlukan untuk melindungi bagi sumberdaya ikan dan manfaat sosial-
spesies yang melakukan penyebaran secara ekonomi bagi masyarakat nelayan yang
luas dan saling berinteraksi. memanfaatkan sumberdaya ikan di sekitar KKL.
Jejaring KKL yang saling terkait Roberts et.al, (2001) melaporkan bahwa
mempresentasikan daya lenting spesies dan sebuah jejaring terdiri dari 5 KKL yang
habitatnya untuk mencapai keseimbangan berukuran kecil di St. Lucia telah meningkatkan
ekosistem melalui pengelolaan bersama. hasil tangkapan nelayan tradisional antara 40-
Sehingga keanekaragaman hayati dapat 90%. Hasil penelitian Harpen (2003) dalam
terpelihara. Sistem jejaring KKL diharapkan Fauzi dan Anna (2005) menunjukkan manfaat
memberikan manfaat untuk: KKL berupa peningkatan rata-rata biomas,
1) Menjamin adanya spill over bila suatu KKL kelimpahan meningkat 2 kali lipat,
mengalami kerusakan, maka masih ada keanekaragaman hayati meningkat tiga kali
daerah cadangan yang akan “melimpah” lipat, dan meningkatkan rasio produksi hasil
keluar sebagai ke daerah sekitarnya. tangkapan per unit upaya penangkapan
2) Memberikan ruang untuk terjadinya interaksi (CPUE) sekitar 30% - 60% dibandingkan
diantara berbagai jenis biota, habitat, sebelum kawasan tersebut menjadi KKL.
ekosistem dan fungsi ekologis yang dapat Penelitian White dan Cruz-Trinidad
berkontribusi meningkatkan nilai (1998) dalam Fauzi dan Anna (2005)
produktivitas perairan. mendapatkan manfaat ekonomi KKL di Apo
3) Membentuk suatu koridor yang merupakan Island mencapai US $ 400.000, bersumber dari
bentuk paling efektif bagi perlindungan penerimaan ekotorisme dan perikanan, juga
dibandingkan dengan bentuk tunggal dan manfaat sosial berupa peningkatan kepedulian
besar. masyarakat terhadap lingkungan hidup. Selain
Model jejaring KKL menurut Mulyana dan itu, pengelolaan KKL di kepulauan Pasifik telah
Dermawan (2008), dibagi menjadi dua Kriteria, mengurangi konflik pengguna sumberdaya, dan

201
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam yang cukup signifikan di Indonesia, hingga


pengelolaan sumberdaya perikanan tahun 2008 luasan areal KKL yang terbangun
berkelanjutan kurang lebih 8.581.665,25 ha, meliputi 24 KKLD
Menurut Balmford et.al, (2004) Sebuah (KKL di level kabupaten/kota), selain itu masih
jejaring KKL global dengan ukuran 20-30% dari banyak KKL yang akan dideklarasikan
luas laut dunia diperkirakan memerlukan biaya pencadangnnya, termasuk KKL seluas 738.00
US$ 5-19 miliar per tahun dan akan ha di kepualau Anambas (Kepulauan Riau) dan
menghasilkan tangkapan berkelanjutan senilai KKL di Laut Sawu (NTT) seluas 4.967.839 Ha,
US$70-80 miliar per tahun, serta memberikan sehingga sampai pada tahun 2020 ditargetkan
jasa ekosistem setara US$ 4,5-6,7 juta per telah dicadangkan sekitar 20 juta Ha KKL di
tahun. Bahkan total biaya pembuatan dan seluruh Indonesia (Haryani et al, 2008).
pengelolaan jejaring KKL global lebih rendah Paradigama baru pembentukan KKL di
dibanding pembelanjaan subsidi industri Indonesia menurut Haryani et al (2008), bukan
perikanan yang tidak berkelanjutan sebesar hanya merlindungi dan melestarikan
US$ 15-30 miliar per tahun. sumberdaya ikan dengan melarang dan
menutup akses bagi masyarakat, namun juga

Peneliti Lokasi Tema Penelitian Hasil Penelitian


Putra, 2001 Coral reef Dampak KKL Ada Korelasi positif signifikan antara penutupan karang
conservation terhadap dan produktifitas perikanan. Koefisiennya adalah 2.08,
Island di perikanan artinya peningkatan 1% penutupan meningkatkan 2.08
Lampung kg tangkapan ikan.
Suprihatin, KKL Pulau Dampak KKL Ada penurunan tangkapan ikan dalam jangkapendek
2002 Komodo terhadap perikanan akibat adanya KKL
Hariyadi, KKL Pulau Dampak KKL pada 50% responden menyatakan KKL tidak ada dampak
2004 seribu Kesejahteraan signifikan terhadap hasil tangkapan ikan.
masyarakat
Tabel 1. Studi Manfaat KKL terhadap Usaha Perikanan Tangkap di Indonesia.
Sumber : Fauzi et al (2007).

Strategi dan Tantangan Pengelolaan KKL di dimanfaatkan secara terbatas melalui


Indonesia
pengaturan zonasi. Sehingga masyarakat tetap
Konservasi sumberdaya ikan di
diberikan akses untuk kegiatan penangkapan
Indonesia erat kaitannya dengan pengelolaan
dan budidaya ikan, pariwisata serta pendidikan
sumberdaya perikanan berkelanjutan.
dan penelitian.
Konservasi ekosistem diselenggarakan untuk
Namun penerapan kebijakan ini masih
melindungi habitat ikan agar terjaga
menimbulkan pro-kontra di kalangan
kelestariannya, baik pada daerah pemijahan
masyarakat nelayan, karena menganggap
(spawning ground), daerah asuhan (nursery
penetapan KKL akan berdampak bagi
ground), daerah mencari makan (feeding
penurunan kesejahteraan mereka, akibat
ground) dan jalur migrasi ikan (migratory route).
ditutupnya sebagian dari kawasan
Instrumen pengelolaan KKL didesain
penangkapan ikan.
langsung pada aspek pengendalian sumber
daya alam telah mengalami perkembangan

202
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

Penolakan sebagaian besar nelayan sampingan/by catch (tujuan Ekologi), (3)


terhadap pembentukan KKL disebabkan pada memaksimalkan pendapatan bersih bagi
periode tahun 1990-2000, upaya nelayan (tujuan Ekonomi), dan (4)
pengembangan KKL bersifat sentralistik dan memaksimalkan kesempatan kerja bagi
tujuannya hanya untuk konservasi sumberdaya masyarakat nelayan (tujuan Sosial).
ikan dan ekosistemnya (aspek Bio-ekologi) dan
kurangnya kepedulian kepada kesejahteraan PENUTUP
nelayan yang menggantungkan hidup pada Pemanfaatan sumberdaya ikan
sumberdaya perikanan di kawasan tersebut berkelanjutan merupakan tujuan yang ingin
(aspek Sosial-ekonomi) (Satria 2009). dicapai dalam pembangunan perikanan yang
Sehingga sering terjadi konflik pemanfaatan sejalan dengan tujuan pengelolaan KKL di
antara nelayan dengan pihak pengelola KKL Indonesia, sehingga strategi penting yang
yang menyebabkan kegagalan pengelolaannya. harus dilakukan, yaitu:
Kesejahteraan nelayan terkait pada 1. Pengembangan dan pengelolaan kawasan
akses pemanfaatan dan akses kontrol pada konservasi laut secara efektif, dengan
pengelolaan sumberdaya perikanan, sehingga membentuk jejaring KKL yang saling
jika semakin kecil akses nelayan pada kedua berhubungan sebagai migratory route bagi
hal tersebut maka kesejahteraannya akan sumberdaya ikan dalam mendukung siklus
terancam (Satria, 2009), dan menimbulkan hidupnya secara utuh.
resistensi di kalangan mereka terhadap segala 2. Pengembangan kawasan konservasi laut
bentuk strategi konservasi oleh pemerintah. daerah (KKLD) sebagai model pengelolaan
Hasil penelitian manfaat beberapa KKL di desentrsalistik yang mengedepankan
Indonesia (Tabel 1), menunjukkan dalam asepek Bio-ekologi sumberdaya dan Sosial-
jangka pendek belum ada manfaat signifikan ekonomi masyarakat untuk mencegah
dari KKL terhadap peningkatan produktivitas konflik pemanfaatan dan menjamin
perikanan tangkap, karena diperlukan waktu efektifitas pengelolaannya.
yang relatif lama untuk mendapatkan hasil 3. Peningkatan penyuluhan dan sosialisasi
maksimal, bila pengelolaan KKL berjalan efektif manfaat dan peran KKL bagi usaha
dan terhindar dari konflik pemanfaatan. perikanan tangkap berkelanjutan, disertai
Dengan akan dikembangkannya KKL pemberlakuan aturan dengan sangsi tegas
seluas 20 juta Ha di Indonesia sesuai yang bagi yang melanggarnya, serta penciptaan
ditargetkan pada tahun 2020, diharapkan dapat mata pencaharian alternatif bagi masyarakat
mencapai tujuan pengelolaan perikanan di nelayan di sekitar KKL.
Indonesia, yaitu: (1) menjaga spesies target 4. Rehabilitasi stok ikan yang mengalami over
berada pada tingkat yang diperlukan untuk eksploitasi melalui restoking dan upaya
menjamin produktivitas berkelanjutan (tujuan rehabilitasi ekosistem yang terdegradasi
Biologi), (2) Meminimalkan dampak atas untuk mengembalikan fungsi alamiahnya
lingkungan fisik dan atas hasil tangkapan

203
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

sebagai nursery ground, spawning ground [6]. Haryani, E.B.S., Sadarun, B., Amin,M.I.,
dan feeding ground bagi sumberdaya ikan. Nuriadi, L., Sudarisman, R., Puspitasari,
5. Monitoring tingkat eksploitasi dan R., Widayati, R dan Nursalam. 2008.
pengaruhnya terhadap sumberdaya ikan di Konservasi Sumberdaya Ikan di Indonesia.
zona pemanfaatan untuk keperluan evaluasi Kerjasama Direktorat Konservasi dan
dan perbaikan sistem pengelolaan KKL Taman Nasional Laut, Ditjen KP3K,DKP
secara fleksibel. dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA). Jakarta-Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[7]. Helfman, G.S. 2007. Fish Conservation; A
[1]. Balmford.A.,P.Gravestock.,N.Hockley,C.J.
Guide to Understanding and Restoring
Mc Clean, & C.M. Roberts. 2004. The
Global Aquatic Biodiversity and Fishery
Worldwide Costs of Marine Protected
Resources. Island Press. Washington DC.
Areas. Ecology – PNAS Early Edition Art
USA.
04-3239.
[8]. Indrawan, M., R.B. Primack, dan J.
[2]. Bengen, D.G. 2002. Ekosistem
Supriatna. 2007. Biologi Konservasi (Edisi
Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta
Revisi). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian
[9]. Mulyana, Y dan A. Dermawan. 2008.
Pesisir dan Laut, IPB. Bogor.
Konservasi Kawasan Perairan Indonesia
[3]. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
Bagi Masa Depan Dunia. Direktorat
Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan
Konservasi dan Taman Nasional Laut,
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Ditjen KP3K.DKP. Jakarta.
Jakarta.
[10]. Myers R.A., dan B.Worm. 2003. Rapid
[4]. Fauzi. A dan S. Anna. 2005. Analisis
Worldwide Depletion of Predatory Fish
Ekonomi Sumberdaya Kawasan
Communities. Nature 423: p.280 – 283.
Konservasi Laut (Marine Protected Area)
[11]. Roberts C.M. & J. P. Hawkins 2000.
Melalui Pendekatan Valuasi Ekonomi dan
Fully-Protected Marine Reserves: A guide.
Bioekonomi. Dalam Fauzi dan Anna,
WWF in Washington DC USA, University
Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan
of York, York, UK. 131 p.
Kelautan Untuk Analisis Kebijakan.
[12]. Roberts C.M., J.A. Bohnsack., F. Gell.,
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
J.P. Hawkins., & R.Goodridge. 2001.
[5]. Fauzi, A., S.Anna., I.Nahib dan I.A.P.Putri.
Effects on Marine Reserves on Adjacent
2007. Studi Valuasi Ekonomi Sumberdaya
Fisheries. Science 294 p.
Alam dan Lingkungan di Kawasan Lindung
[13]. Rodwell L.D.,E.B.Barbier.,C.M.Roberts
(Konservasi). Deputi Bidang Pembinaan
& T.R.McClanahan.2001. in: Sumaila
Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas
U.R.,dan J.Alder. (eds). Economics of
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Marine Protected Areas. Papers,
Jakarta.
Discussions and Issues: A Conference
held at the UBC Fisheries Centre July

204
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205

2000. Published by The Fisheries Centre, [17]. Wiryawan, B., Khazali, M dan Knight,M.
University of British Columbia, Vancouver, 2005. Menuju Kawasan Konservasi Laut
Canada. Berau, Kalimantan Timur. Status
[14]. Satria, A. Pesisir dan Laut untuk Sumberdaya Pesisir dan Proses
Rakyat. IPB Press. Bogor. Pengembangan. Program Bersama
[15]. Suseno. 2007. Menuju Perikanan Kelautan Berau Mitra Pesisir/CRMP II
Berkelanjutan. Pustaka Cidesindo. Jakarta. USAID, WWF dan TNC. Jakarta.
[16]. Undang-Undang Republik Indonesia
No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

205

Anda mungkin juga menyukai