Husain Latuconsina *
Abstrak
Potensi sumberdaya ikan di perairan laut Indonesia telah mengalami penyusutan, seiring meningkatnya jumlah
nelayan, upaya penangkapan dan pola pemanfaatan yang merusak sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem
laut dan mengancam keberlanjutan produktivitas sumberdaya ikan pada masa mendatang. Untuk itu, diperlukan
strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi laut (KKL) secara efektif melalui pendekatan bio-
ekologi dan sosial-ekonomi, sehingga dapat mendukung peran KKL untuk; (1) meningkatkan produksi ikan
dengan menyebarkan telur, ikan muda dan dewasa dari dalam kawasan larang-ambil ke wilayah perikanan di
sekitarnya, (2) menyediakan tempat perlindungan bagi spesies dalam masa pertumbuhan dan terancam punah,
(3) membantu pemulihan spesies dan ekosistem dari gangguan naturogenik maupun antropogenik, (4) mencegah
konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya, dan (5) mencegah hancurnya perikanan tangkap secara
keseluruhan jika pengelolaan perikanan di luar KKL mengalami kegagalan.
Kata Kunci : Sumberdaya ikan, Kawasan Konservasi Laut, Spill Over dan Recruitment Effect.
199
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
dan perlindungan sumberdaya hayati yang Prinsip kerja KKL juga berperan
telah mengalami
alami tekanan eksploitasi. Menurut mengekspor telur dan larva (Recruitment effect)
Rodwel et.al, (2001), luas yang optimal untuk dari hasil pemijahan ikan yang biomassanya
KKL antara 15-25%
25% dari daerah tangkapan ikan semakin lama akan semakin bertambah sesuai
jika intensitas perikanan di daerah sekitarnya fungsi waktu disebabkan faktor pertumbuhan.
tidak melebihi 40% dari total biomas yang bisa Menurut Helfman (2007), rekrutmen
dieksploitasi. sumberdaya ikan bisa meningkat seiring
Luasan KKL yang idea
ideal tidak mutlak meningkatnya output reproduksi dalam KKL.
sama di setiap daerah, karena harus Dengan kepadatan
adatan ikan lebih banyak dan lebih
disesuaikan dengan karakteristik fisik besar diharapkan dapat menghasilkan telur
lingkungan dan biologi sumberdaya ikan yang lebih banyak.
dilindungi, serta tingkat eksploitasi dan KKL yang berfungsi dengan baik akan
ketergantungan masyarakat pengguna. memberikan perlindungan dan kesempatan
memijah bagi sumberdaya ikan yang
Prinsip Spill Over dan Recruitment effect menempatinya, kemudian telur dan larva hasil
Prinsip
rinsip kerja KKL adalah pengaruh pemijahan tersebut tidak hanya tersebar dalam
limpahan (spill over effect),, dimana pada KKL tetapi juga akan terdistribusi keluar yang
kawasan yang dilindungi stok ikan akan tumbuh akan menyuplai ke perairan sekitarnya dengan
dengan baik hingga mencapai dewasa dan individu baru.
limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir Terkait prinsip spillover dan recruitment
ke wilayah di luar KKL sehingga dapat effect dalam KKL tersebut, maka mekanisme
dimanfaatkan secara
ecara berkelanjutan tanpa peningkatan biomas dan ukura
ukuran individu
mengurangi sumber pertumbuhan di daerah sumberdaya ikan ekonomis penting dalam KKL
yang dilindungi (Fauzi dan Anna,2005). menurut Robert dan Hawkins (2000), dapat
memberikan manfaat bagi usaha perikanan di
sekitarnya melalui; (1) penyebaran ikan muda
dan dewasa dari dalam kawasan ’larang
’larang-ambil’
ke wilayah perikanan di sekitarnya,
itarnya, (2) ekspor
telur dan atau larva yang bersifat planktonik
dari wilayah ’larang-ambil’
ambil’ ke wilayah perikanan
di sekitarnya, dan (3) mencegah hancurnya
perikanan tangkap secara keseluruhan jika
Gambar 1.Pengelolaan KKL yang memberikan pengelolaan perikanan di luar kawasan ’larang
’larang-
pengaruh Spill Over bagi ikan ambil’ mengalami kegagalan.
dewasa dan Recruitment telur dan
larva ke kawasan disekitarnya
(Sumber:Helfman,
Helfman, 2007).
2007 Pengembangan Jejaring KKL
Pembentukan jejaring KKL yang saling
berhubungan dapat mendukung aktivitas
200
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
biologis sumberdaya ikan yang umumnya yaitu: (1) jejaring KKL berdasarkan ekologis
bermigrasi untuk mencari makan, memijah dan yang menunjukkan bahwa kawasan konservasi
berlindung. Keuntungan jejaring KKL yang laut yang satu dengan lainnya terdapat
saling terkait menurut Roberts dan Hawkins keterkaitan dalam hal ekologis (ekoregion), baik
(2000) adalah karena: (1) KKL yang terisolasi secara fisik maupun biologis, dan (2) jejaring
bisa memberikan banyak manfaat, namun KKL berdasarkan pengelolaan yang
hanya melindungi bagian biodiversitas laut menunjukkan bahwa ada keterkaitan berupa
yang terbatas, (2) Sebagian besar spesies di keterpaduan sistem pengelolaan bersama yang
laut mempunyai fase penyebaran yang luas melibatkan semua stakeholder. Sehingga
dan berpindah jauh dari tempat mereka diperlukan kelembagaan dan pendanaan untuk
memijah, (3) KKL secara individu hanya mengkoordinasikan seluruh stakeholder.
mampu melakukan penambahan populasi Dikembangkannya jejaring KKL dapat
spesies yang menyebar terbatas, sedangkan semakin meningkatkan manfaat bio-ekologi
jaringan KKL diperlukan untuk melindungi bagi sumberdaya ikan dan manfaat sosial-
spesies yang melakukan penyebaran secara ekonomi bagi masyarakat nelayan yang
luas dan saling berinteraksi. memanfaatkan sumberdaya ikan di sekitar KKL.
Jejaring KKL yang saling terkait Roberts et.al, (2001) melaporkan bahwa
mempresentasikan daya lenting spesies dan sebuah jejaring terdiri dari 5 KKL yang
habitatnya untuk mencapai keseimbangan berukuran kecil di St. Lucia telah meningkatkan
ekosistem melalui pengelolaan bersama. hasil tangkapan nelayan tradisional antara 40-
Sehingga keanekaragaman hayati dapat 90%. Hasil penelitian Harpen (2003) dalam
terpelihara. Sistem jejaring KKL diharapkan Fauzi dan Anna (2005) menunjukkan manfaat
memberikan manfaat untuk: KKL berupa peningkatan rata-rata biomas,
1) Menjamin adanya spill over bila suatu KKL kelimpahan meningkat 2 kali lipat,
mengalami kerusakan, maka masih ada keanekaragaman hayati meningkat tiga kali
daerah cadangan yang akan “melimpah” lipat, dan meningkatkan rasio produksi hasil
keluar sebagai ke daerah sekitarnya. tangkapan per unit upaya penangkapan
2) Memberikan ruang untuk terjadinya interaksi (CPUE) sekitar 30% - 60% dibandingkan
diantara berbagai jenis biota, habitat, sebelum kawasan tersebut menjadi KKL.
ekosistem dan fungsi ekologis yang dapat Penelitian White dan Cruz-Trinidad
berkontribusi meningkatkan nilai (1998) dalam Fauzi dan Anna (2005)
produktivitas perairan. mendapatkan manfaat ekonomi KKL di Apo
3) Membentuk suatu koridor yang merupakan Island mencapai US $ 400.000, bersumber dari
bentuk paling efektif bagi perlindungan penerimaan ekotorisme dan perikanan, juga
dibandingkan dengan bentuk tunggal dan manfaat sosial berupa peningkatan kepedulian
besar. masyarakat terhadap lingkungan hidup. Selain
Model jejaring KKL menurut Mulyana dan itu, pengelolaan KKL di kepulauan Pasifik telah
Dermawan (2008), dibagi menjadi dua Kriteria, mengurangi konflik pengguna sumberdaya, dan
201
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
202
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
203
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
sebagai nursery ground, spawning ground [6]. Haryani, E.B.S., Sadarun, B., Amin,M.I.,
dan feeding ground bagi sumberdaya ikan. Nuriadi, L., Sudarisman, R., Puspitasari,
5. Monitoring tingkat eksploitasi dan R., Widayati, R dan Nursalam. 2008.
pengaruhnya terhadap sumberdaya ikan di Konservasi Sumberdaya Ikan di Indonesia.
zona pemanfaatan untuk keperluan evaluasi Kerjasama Direktorat Konservasi dan
dan perbaikan sistem pengelolaan KKL Taman Nasional Laut, Ditjen KP3K,DKP
secara fleksibel. dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA). Jakarta-Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[7]. Helfman, G.S. 2007. Fish Conservation; A
[1]. Balmford.A.,P.Gravestock.,N.Hockley,C.J.
Guide to Understanding and Restoring
Mc Clean, & C.M. Roberts. 2004. The
Global Aquatic Biodiversity and Fishery
Worldwide Costs of Marine Protected
Resources. Island Press. Washington DC.
Areas. Ecology – PNAS Early Edition Art
USA.
04-3239.
[8]. Indrawan, M., R.B. Primack, dan J.
[2]. Bengen, D.G. 2002. Ekosistem
Supriatna. 2007. Biologi Konservasi (Edisi
Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta
Revisi). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian
[9]. Mulyana, Y dan A. Dermawan. 2008.
Pesisir dan Laut, IPB. Bogor.
Konservasi Kawasan Perairan Indonesia
[3]. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
Bagi Masa Depan Dunia. Direktorat
Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan
Konservasi dan Taman Nasional Laut,
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Ditjen KP3K.DKP. Jakarta.
Jakarta.
[10]. Myers R.A., dan B.Worm. 2003. Rapid
[4]. Fauzi. A dan S. Anna. 2005. Analisis
Worldwide Depletion of Predatory Fish
Ekonomi Sumberdaya Kawasan
Communities. Nature 423: p.280 – 283.
Konservasi Laut (Marine Protected Area)
[11]. Roberts C.M. & J. P. Hawkins 2000.
Melalui Pendekatan Valuasi Ekonomi dan
Fully-Protected Marine Reserves: A guide.
Bioekonomi. Dalam Fauzi dan Anna,
WWF in Washington DC USA, University
Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan
of York, York, UK. 131 p.
Kelautan Untuk Analisis Kebijakan.
[12]. Roberts C.M., J.A. Bohnsack., F. Gell.,
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
J.P. Hawkins., & R.Goodridge. 2001.
[5]. Fauzi, A., S.Anna., I.Nahib dan I.A.P.Putri.
Effects on Marine Reserves on Adjacent
2007. Studi Valuasi Ekonomi Sumberdaya
Fisheries. Science 294 p.
Alam dan Lingkungan di Kawasan Lindung
[13]. Rodwell L.D.,E.B.Barbier.,C.M.Roberts
(Konservasi). Deputi Bidang Pembinaan
& T.R.McClanahan.2001. in: Sumaila
Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas
U.R.,dan J.Alder. (eds). Economics of
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Marine Protected Areas. Papers,
Jakarta.
Discussions and Issues: A Conference
held at the UBC Fisheries Centre July
204
H. Latuconsina / Bimafika, 2010,3,198 - 205
2000. Published by The Fisheries Centre, [17]. Wiryawan, B., Khazali, M dan Knight,M.
University of British Columbia, Vancouver, 2005. Menuju Kawasan Konservasi Laut
Canada. Berau, Kalimantan Timur. Status
[14]. Satria, A. Pesisir dan Laut untuk Sumberdaya Pesisir dan Proses
Rakyat. IPB Press. Bogor. Pengembangan. Program Bersama
[15]. Suseno. 2007. Menuju Perikanan Kelautan Berau Mitra Pesisir/CRMP II
Berkelanjutan. Pustaka Cidesindo. Jakarta. USAID, WWF dan TNC. Jakarta.
[16]. Undang-Undang Republik Indonesia
No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
205