Tipus Sinusitis Fix
Tipus Sinusitis Fix
TINJAUAN PUSTAKA
23
orbita sehingga terjadi Brill Hematoma), nervus optikus dan nervus, arteri dan vena ethmoidalis
anterior dan posterior.2
Sinus frontalis dapat terbentuk atau tidak. Sinus frontalis terletak di os frontalis yang
tidak simetri antara kanan dan kiri. Volume pada orang dewasa ± 7cc. Sinus frontalis bermuara
ke infundibulum (meatus nasi media).Sinus frontalis berhubungan dengan fossa cranii anterior
(dibatasi oleh tulang compacta), orbita (dibatasi oleh tulang compacta) dan dibatasi oleh
periosteum, kulit dan tulang diploik.2
Sinus sfenoidalis rerbentuk pada fetus usia bulan III Sinus sfenoidalis terletak pada
corpus, alas dan processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa ± 7 cc. Sinus sfenoidalis
berhubungan dengan sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. glandula pituitari, chiasma
n.opticum, ranctus olfactorius dan arteri basillaris brain stem (batang otak).2
Sinus paranasal dalam kondisi normal mengalirkan sekresi dari mukosa ke daerah yang
berbeda dalam kavum nasi. Aliran sekresi sinus sfenoid menuju resesus sfenoetmoid, sinus
frontal menuju infundibulum meatus media, sinus etmoid anterior \menuju meatus media, sinus
etmoid media menuju bulla etmoid dan sinus maksila menuju meatus media. Struktur lain yang
mengalirkan sekresi ke kavum nasi adalah duktus nasolakrimalis yang berada kavum nasi bagian
anterior.2
24
Adapun fungsi dari sinus paranasal adalah membentuk pertumbuhan wajah karena di
dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa terdapat perluasan sehingga pertumbuhan
tulang akan terdesak. sebagai pengatur udara (air conditioning), peringan cranium, resonansi
suara dan membantu produksi mukus.2
3.2 Epidemiologi
Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat
dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi
terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis
dengan insiden yang terbesar. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit
hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Pada tahun 2012, 12% atau sekitar 1: 8 orang dewasa di Amerika Serikat di diagnosis
memiliki sinusitis. Prevalensi rhinosinositis lebih tinggi bila dibandingkan dengan hay fever
(7%), bronchitis (4%), chronic obstructive pulmonary disease (4%), dan asthma (13%).1
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga
disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan
mungkin akan terus meningkat prevalensinya.
25
dan secara klinis sinusitis dapat dikatagorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya berlangsung
dari beberapa hari sampai 4 minggu, sinusitis subakut berlangsung lebih dari 4 minggu tapi
kurang dari 3 bulan dan sinusitis kronik bila lebih dari 3 bulan.2
Berdasarkan beratnya penyakit, rhinosinusitis dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan
berat berdasarkan total skor visual analogue scale (VAS) (0-10cm):
- Ringan = VAS 0-3
- Sedang = VAS >3-7
- Berat= VAS >7-10
Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien.3
3.4 Etiologi
ISPA virus dan infeksi sekunder bakteri
Rhinogenik: Rhinitis alergi, rhinitis infeksi, rhinitis vasomotor, rhinitis medikamentosa
Pajanan lingkungan: Polusi udara, iritan, rokok
Obstruksi rongga hidung (hipertrofi konka, deviasi septum, benda asing
Kelainan anaomi hidung: infundibulum lebih sempit dari normal, obstruksi koana oleh
jaringan adenoid jinak.
Trauma sinus, fraktur, dan adanya luka tembak
Tonsilitis atau adenoiditis
Imunokompromais, gangguan silia atau mukosilier
Berenang/menyelam
Resistensi obat: Amoxicillin.4
26
3.5 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar didalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernapasan.2
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema makan
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium
terhambat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi. Bila kondisi ini menetap maka sekret yang terkumpul merupakan media yang baik
untuk tumbuhnya dan multipikasi bakteri sehingga sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut
sebagai rhinosinositis bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.2
Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang.Mukosa akan semakin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus
berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertropi polipoid dan
terjadilah polip/ kista. Pada keadaan ini dibutuhkan tindakan operasi.2
27
3.7 Diagnosis
A. Sinusitis Akut
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Sinusitis juga dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada tahun
1997, American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS),
menerbitkan kriteria diagnosis berdasarkan gejala dan tanda sinonasal, yang dibagi menjadi
kriteria mayor dan minor. Terdapatnya 2 atau lebih tanda mayor, atau 1 mayor dan 2 minor,
maka dikatakan sugestif sinusitis.
Tabel 2. Kriteria diagnosis sinusitis
Mayor Minor
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala
Sekret nasal purulen Batuk
Demam Rasa lelah
Kongesti nasal Halitosis
Obstruksi nasal Nyeri gigi
Hiposmia atau anosmia Nyeri atau rasa tertekan pada telinga
Diagnosis memerlukan dua atau lebih kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan
dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.
28
keseluruhan. Tetapi karena harga yang mahal, maka biasanya hanya dikerjakan sebagai
penunjang pada sinusitis kronis. Menurut rekomendasi AAO-HNS 2015 kurang berguna
dilakukan apabila pasien sudah memenuhi kriteria secara klinis.1
Pemeriksaan lainnya adalah transiluminasi, pada pemeriksaan sinus yang sakit akan
menjadi suram atau gelap.2
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret pada
meatus medius/superior. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus
maksila melalui meatus inferior dengn alat endoskopi, sehingga dapat melihat kondisi sinus
maksila dan dapat melakukan irigasi sinus untuk terapi.2
B. Sinusitis Kronis
3.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik.2
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan
(operasi). Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan
ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
29
Pilihan pertama pada sinusitis bacterial adaah dengan pemberian dosis tinggi amoxicillin
dengan clavulanate (2 gr diminum secara oral dengan dosis terbagi 2x/ hari atau 90mg/kgBB/hari
dengan dosis terbagi 2x/hari.1
Pada pasien yang alergi dengan golongan penisilin dapat diberikan doksisiklin ataupun
golongan kuinolon (levofloxacin atau moxifloxacin). Adapun pilihan antibiotik yang lain yaitu
kombinasi antara clindamycin dengan cephalosporin generasi ke 3 (cefixime/ cefpodoxime).
Antibiotik golongan makrolid dan trimetroprim-sulfmethoxazole tidak direkomendasikan untu
terapi initial karena angka kejadian resistensi yang tinggi terhadap S, pneumonia.1
Terapi tambahan: Terapi tambahan meliputi pemberian antihistamin, dekongestan, dan steroid.
Antihistamin: antihistamin merupakan kontra indikasi pada sinusitis, kecuali jelas adanya
etiologi alergi. Pemberian antihistamin dapat mengentalkan sekret sehingga menimbulkan
penumpukan sekret di sinus,dan memperberat sinusitis.2
Dekongestan: dekongestan topikal seperti oksimetazolin, penileprin akan menguntungkan
jika diberikan pada awal tata laksana sinusitis. Aktifitasnya akan mengurangi edem atau
inflamasi yang mengakibatkan obstruksi ostium, meningkatkan drainase sekret dan memperbaiki
ventilasi sinus. Pemberian dekongestan dibatasi sampai 3-5 hari untuk mencegah ketergantungan
dan rebound nasal decongestan. Pemberian dekongestan sistemik, seperti penilpropanolamin,
pseudoefedrin dapat menormalkan ventilasi sinus dan mengembalikan fungsi pembersih
mukosilia. Dekongestan sistemik dapat diberikan sampai 10-14 hari.2
Steroid : steroid topikal dianjurkan pada sinusitis kronis. Steroid akan mengurangi edem
dan inflamasi hidung sehingga dapat memperbaiki drainase sinus. Untuk steroid oral, dianjurkan
pemberiannya dalam jangka pendek mengingat efek samping yang mungkin timbul.2
Irigasi intranasal: Irigasi dengan menggunakan normal saline dapat menyebabkan
peningakatan pada pembersihan mucus, peningkatan aktivitas silia, serta dapat menyingkirkan
antigen dan antiinflamasi mediator serta memproteksi mukosa. Pada pasien post operasi, irigasi
dengan normal saline dapat membantu membersihkan krusta.
Diatermi: Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan
sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.
Pembedahan: Untuk pasien yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa yang
maksimal, tindakan bedah perlu dilakukan. Indikasi bedah apabila ditemukan perluasan infeksi
30
intrakranial seperti meningitis, nekrosis dinding sinus disertai pembentukan fistel, pembentukan
mukokel, selulitis orbita dengan abses dan keluarnya sekret terus menerus yang tidak membaik
dengan terapi konservatif.24Beberapa tindakan pembedahan pada sinusitis antara lain
adenoidektomi, irigasi dan drainase, septoplasti, andral lavage, caldwell luc dan functional
endoscopic sinus surgery (FESS).6
Operasi Caldwell-Luc atau radikal antrostomi adalah operasi pada antrum sinus maksilaris
beserta organ-organ didalamnya dengan maksud untuk membuang jaringan patologis yang
terbentuk akibat proses radang atau akibat kelainan dengan harapan nantinya akan tumbuh
kembali jaringan yang normal. Selain itu dengan prosedur ini dapat dilakukan biopsy.6
Indikasi tindakan antara lain: antrakoanal polip, suspek keganasan pada antrum sinus,
peradangan kronik antrum sinus dengan sebab kelainan anatomis.6
3.9 Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi
akut. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
Komplikasi Orbita
Komplikasi ini dapat terjadi karena letak sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Sinusitis etmoidalis merupakan penyebab komplikasi orbita yang tersering kemudian
sinusitis maksilaris dan frontalis. Terdapat lima tahapan terjadinya komplikasi orbita ini.2
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan
b. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita
namun pus belum terbentuk
c. Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis
d. Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi
orbita
e. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui
saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya terbentuk suatu tromboflebitis
septic.
31
Gambar 2. Komplikasi penyakit sinus pada orbita
Komplikasi Intrakranial
Komplikasi ini dapat berupa meningitis, abses epidural, abses subdural, abses otak.2
32
Kelainan Paru
Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelaian paru ini disebut sinobronkitis.
Sinusitis dapat menyebabkan bronchitis kronis dan bronkiektasis. Selain itu juga dapat timbul
asma bronkhial.2
3.10 Pencegahan
Tidak ada cara yang pasti untuk menghindari baik sinusitis yang akut atau kronis. Tetapi
di sini ada beberapa hal yang dapat membantu:
- Menghindari kelembaban sinus - gunakan saline sprays atau sering diirigasi.
- Hindari lingkungan indoor yang sangat kering.
-
Hindari terpapar yang dapat menyebabkan iritasi, seperti asap rokok atau aroma bahan
kimia yang keras.3
3.11 Prognosis
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara spontan
tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps setelah pengobatan
namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat
tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan sinusitis kronik,
meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra sinus lainnya.
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini
maka akan mendapatkan hasil yang baik.
33
BAB III
KESIMPULAN
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang, yaitu sinus frontal, sinus etmoid, sinus maksila,
dan sinus sfenoid. Sinus paranasal dalam kondisi normal mengalirkan sekresi dari mukosa ke
daerah yang berbeda dalam kavum nasi.
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus,
bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada
(maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung
selama 4 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama >12 minggu).
Keluhan utama sinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri atau tekanan pada
wajah dan sekret purulen, yang seringkali turun ke tenggorokan (post nasal drip).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Prinsip penatalaksanaan sinusitis adalah mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronik.
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara spontan
tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps setelah pengobatan
namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat
tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan komplikasi orbita
atau intrakranial.
34
REFERENSI
35