DISUSUN OLEH:
NIM : 301.2016.1.188
Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari umat manusia (anthropos). Secara
etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu.
Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi,
sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan
kebudayaannya.
Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya
simposium International Symposium on Anthropologi pada tahun 1951, yang dihadiri oleh
lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan Ero-Amerika dan Uni Soviet.
redaksi oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang di redaksi
oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr.
(1955), dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956). Setelah
bersifat teoritis, sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi
praktisnya.
Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi ke dalam 5 fase yaitu fase
pertama bercirikan adanya bahan-bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para musafir,
penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua, sampai fase keempat merupakan
metode kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang menunjukkan perkembangan
antropologi manapun dan belum mempunyai tradisi yang kuat. Oleh karena itu seleksi dan
kombinasi dari beberapa unsur atau aliran dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masalah-
Ruang lingkup dan kajian antropologi memfokuskan kepada lima masalah di bawah ini, yaitu:
1. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara
2. masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
seluruh dunia;
ilmu yaitu:
1. Paleoantropologi
2. Antropologi Fisik Keduanya lebih dikenal sebagai Antropologi Fisik dalam arti “luas”
3. Prasejarah
4. Etnolinguistik
5. Etnologi Ketiga terakhir secara luas dikenal dengan sebutan Antropologi Budaya atau
Antropologi Sosial.
Spesialisasi yang terjadi pada bidang antropologi memungkinkan terjadinya kerja sama
antarbidang ilmu, yaitu antropologi dan bidang lain. Sosiologi menjadi salah satu bidang ilmu
yang paling erat dengan antropologi karena dianggap banyak persamaannya. Di beberapa
universitas kedua ilmu itu telah dilebur menjadi satu jurusan saja yaitu jurusan antropologi-
ilmu lainnya, di antaranya adalah dengan ilmu administrasi, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, dan
psikologi.
Disiplin ilmu antropologi memperoleh tempat sebagai salah satu ilmu pengetahuan setelah
menerapkan teori, konsep, dan metode sebagaimana yang dikembangkan oleh ilmu
pengetahuan alam. Salah satu teori yang dipinjam adalah teori evolusi dari disiplin ilmu
biologi. Pemikiran evolusionisme Darwin menyatakan bahwa semua bentuk kehidupan dan
jenis-jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini mengalami proses evolusi. Pemikiran
evolusi ini diterapkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses-proses evolusi sosial
budaya masyarakat. Salah satunya adalah pemikiran Herbert Spencer, salah seorang tokoh
bangsa di dunia telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama (evolusi universal).
evolusi unilinear, ketika dihadapkan pada bahan-bahan etnografi yang ada, pada kasus-kasus
tertentu ternyata tidak berlaku universal. Sehubungan dengan fakta ini maka
perkembangan dalam masyarakat atau kelompok masyarakat. Pokok pikiran dari teori evolusi
multi-linear adalah bahwa bagi kebudayaan yang memiliki inti kebudayaan yang kurang lebih
sama akan berevolusi mengikuti suatu rangkaian evolusi yang sama meskipun berbeda dalam
detil spesifiknya.
Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat dan kebudayaan
manusia di seluruh belahan dunia, selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal adanya
teori difusi. Menurut pemikiran difusionisme, kebudayaan manusia itu pangkalnya adalah satu
dan di suatu tempat tertentu, yaitu pada waktu manusia baru saja muncul di dunia. Kemudian
kebudayaan induk tersebut berkembang dan menyebar ke dalam banyak kebudayaan baru
berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia adalah perpanjangan (berasal) dari
makhluk hewan yang berwujud manusia – yang berevolusi. Sementara itu di lain pihak neo-
evolusionisme berpendapat bahwa evolusi tidak harus selalu diartikan atau disamakan dengan
kemajuan, seperti dari kondisi sederhana menjadi kompleks. Perbedaan kedua pemikiran ini
menunjukkan apa sesungguhnya manusia, dan perbedaannya dengan makhluk yang lainnya.
Dalam menganalisis masyarakat dan kebudayaan umat manusia, salah satu pendekatan yang
muncul didasari oleh pemikiran bahwa manusia sepanjang hayatnya dipengaruhi oleh
pemikiran dan tindakan orang lain di sekitarnya, sehingga manusia tidak pernah seratus
persen menentukan pilihan tindakan, sikap, atau perilaku tanpa mempertimbangkan orang
lain.
pengaruh dari ilmu psikologi. Dia mengembangkan teori fungsi kebudayaan, melalui
kajiannnya yang sangat terkenal yaitu sistem kula pada masyarakat Trobiand. Berdasarkan
kajiannya dia menyimpulkan bahwa setiap unsur kebudayaan mempunyai fungsi sosial
Di lain pihak, Radcliffe-Brown dalam mengkaji gejala sosial yang ada di masyarakat
menawarkan konsep struktur sosial. Menurutnya masyarakat adalah sistem sosial yang
mempunyai struktur seperti halnya molekul atau organisma. Kajian yang menggunakan
konsep struktur sosial ini juga dilakukan oleh Raymond Firth, Evans-Pritchard, dan Fortes.
Strukturalisme: Kritik dan Perkembangannya
Claude Levi Strauss adalah tokoh dari teori strukturalisme. Sumbangan yang paling dikenal
dari Levi Staruss adalah pemikirannya dalam teori oposisi binar. Dalam rangka menjelaskan
teori oposisi binar ini, dia mengupas masalah segi tiga kuliner yaitu kajian tentang makanan.
Selain itu Levi Strauss juga tertarik dengan masalah kekerabatan dan mengkaji masalah
memadai digunakan untuk mengkaji masyarakat modern. Oleh karena itu muncul pendekatan
jaringan sosial, yang dianggap lebih mampu menjelaskan gejala sosial yang ada di
masyarakat. Analisis jaringan sosial ini menekankan pada analisis situasional, di mana
tindakan sosial, perilaku, dan sikap seorang manusia dianggap tidak bisa lepas dari pengaruh
lingkungannya.
Dalam rangka menjelaskan pentingnya konsep jaringan sosial, para ahli membedakan antara
penggunaan ide jaringan sosial sebatas metaforikal dan sebagai konsep analitikal. Di dalam
realita kehidupan, jaringan hubungan sosial ini sangat kompleks dan saling tumpang tindih
atau saling memotong. Untuk itu maka dibedakan antara jaringan total dengan jaringan
partial. Sementara itu bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan
sosial maka dibedakan atas jaringan interes, jaringan sentiment, dan jaringan power.
ETNOGRAFI
Etnografi adalah metode yang lazim digunakan dalam penelitian antropologi. Penelitian
sebagai orang yang sedang mempelajari suatu kebudayaan. Dalam melakukan penelitian
etnografi, peneliti harus menguasai secara baik konsep-konsep dan teknik-teknik yang akan
digunakannya. Di samping itu untuk memperoleh data yang obyektif maka peneliti harus
Pada periode kajian antropologi klasik, metode etnografi digunakan untuk meneliti
masyarakat sederhana. Akan tetapi metode etnografi ini telah mengalami evolusi besar, di
mana dewasa ini metode etnografi bisa juga diterapkan untuk meneliti masyarakat kompleks.
Dalam meneliti masyarakat kompleks, peneliti akan memulainya dengan mengambil satu atau
lebih culture scene sebagai fokus kajian. Di samping itu penelitian pada masyarakat kompleks
juga mulai menggunakan teknik-teknik penelitian lainnya seperti teknik survei. Sementara itu
teknik analisis jaringan sosial lazim digunakan untuk meneliti masyarakat kompleks dalam
Masyarakat kompleks adalah masyarakat yang mempunyai karakteristik terbuka, besar dan
mewakili cara pandang hidup total dari warganya. Kebudayaan masyarakat kompleks
merupakan kelompok-kelompok kebudayaan yang saling tumpang tindih. Untuk itu dalam
meneliti kebudayaan pada masyarakat kompleks kita harus menentukan satu atau lebih culture
etnografi juga digunakan teknik survei untuk mendapatkan gambaran umum dari subyek yang
ditelitinya. Di samping itu penelitian pada masyarakat kompleks juga menggunakan metode
analisis jaringan sosial. Analisis jaringan sosial sendiri digunakan untuk mendeskripsikan
pola-pola hubungan antara satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak yang lainnya.
Analisis jaringan sosial dilakukan dengan cara menentukan alpha sebagai titik sentral jaringan
Terdapat dua pendekatan dalam mempelajari kebudayaan yaitu pendekatan ideasional dan
yang berbeda. Pendekatan ideasional melihat kebudayaan sebagai sistem kognitif, sementara
pendekatan behaviorisme melihat kebudayaan sebagai sistem adaptif. Kedua pendekatan ini
melahirkan sejumlah pengertian kebudayaan, sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli.
Melalui kedua pendekatan ini maka wujud kebudayaan dapat dilihat sebagai sistem
Sementara itu dalam melihat dan memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah
kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif
Setiap kebudayaan di manapun akan mengandung unsur-unsur kebudayaan yang terdiri dari
tujuh unsur yaitu sistem pengetahuan (kognitif), kekerabatan, sistem teknologi dan peralatan
hidup, sistem religi, sistem mata pencaharian hidup, bahasa dan kesenian. Antara unsur satu
Isi dari setiap unsur kebudayaan akan berbeda antara kebudayaan satu dari yang lainnya. Hal
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor geografis. Setiap isi dari unsur
kebudayaan tidak bersifat statis tetapi akan berubah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
proses adaptif yang diperlukan. Sebab pada dasarnya kebudayaan berfungsi mempermudah
kehidupan manusia.
Di samping itu terdapat beberapa aspek dari kebudayaan, yaitu integrasi kebudayaan, fokus
kebudayaan, dan etos kebudayaan. Aspek-aspek kebudayaan ini juga menjelaskan pada kita
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Sedangkan komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah
yang nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta yang terikat oleh
Kata “masyarakat” berasal dari akar kata syaraka yang berarti “ikut serta, saling bergaul”.
Dalam bahasa Arab istilah untuk masyarakat yang bermakna sama dengan bahasa Indonesia
dengan ciri-ciri pengikat yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Kerumunan (crowd)
dan kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang tidak dapat disebut masyarakat karena
tidak memiliki empat faktor pengikat, sedangkan kelompok dan komunitas dapat disebut
masyarakat karena memiliki faktor tersebut. Empat faktor pengikat masyarakat yaitu ada
Interaksi merupakan salah satu faktor pengikat masyarakat. Interaksi ini merupakan tindakan
individu dalam menjalani kehidupannya. Dalam berinteraksi ini pranata merupakan faktor
utama yang mewadahi sistem-sistemnya. Pranata merupakan sistem aturan (norma khusus)
yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap untuk memenuhi suatu keperluan
Ada 8 klasifikasi pranata yang sifatnya tidak terlalu baku. Artinya pranata-pranata tersebut
masih dapat berkembang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Semakin
kompleks masyarakatnya maka akan semakin beragam pranatanya. Di samping itu pranata
tidak hanya lahir dari dalam masyarakat yang bersangkutan, tetapi juga dari luar masyarakat
yang bersangkutan. Dalam masyarakat juga dikenal adanya peranan sosial, struktur sosial dan
jaringan sosial.
PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan yang banyak menjadi perhatian
para ahli antropologi adalah adanya penemuan baru dan gejala persebaran unsur-unsur
kebudayaan. Untuk mengenali karakteristik unsur kebudayaan dan perubahan kebudayaan
terdapat beberapa teori di antaranya adalah teori evolusi dan difusi. Teori evolusi
Setiap masyarakat mengalami proses evolusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-
dikenal telah maju, sedangkan masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai
masyarakat yang belum maju. Teori difusi memberi ilustrasi lain bahwa perubahan
kebudayaan terjadi karena adanya proses pengaruh mempengaruhi dari kebudayaan yang satu
terhadap kebudayaan lainnya. Persamaan unsur kebudayaan pada masyarakat yang berbeda
dianggap bukan sebagai hasil dari proses evolusi tetapi karena adanya kontak atau hubungan
yang terjadi pada masa lampau dari kedua atau lebih masyarakat yang memiliki kesamaan
kebudayaan tersebut.
masyarakat akan berubah melalui mekanisme adanya inovasi atau penemuan baru dalam
masyarakat itu sendiri. Sedangkan mekanisme lainnya dapat terjadi melalui proses difusi,
Modernisasi merupakan fenomena dunia yang dijadikan “alat” untuk mengejar ketinggalan
dan memperoleh kemajuan tertentu yang pernah atau sudah diraih oleh negara maju. Dengan
demikian sejumlah negara atau bangsa yang tidak melaksanakan modernisasi dianggap akan
menjadi negara atau bangsa yang semakin tertinggal bahkan akan dikuasai oleh negara atau
bangsa yang lebih berpengaruh. Modernisasi di Barat didahului oleh komersialisasi dan
industrialisasi, sedangkan di negara non-Barat, modernisasi didahului oleh komersialisasi dan
birokrasi.
Modernisasi menurut Reinhart Bendix (1964) adalah seluruh perubahan sosial politik yang
melalui transformasi sumber daya dan kuantitas energi yang digunakan. Makna dari esensi
modernisasi adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang sedang berada dalam proses
menjadi modern..
Beberapa ciri-ciri aspek kemodernan adalah berkenaan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang terus berlanjut, setidaknya mengenai produksi dan konsumsi secara tetap; kadar
individu, sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam tatanan sosial yang sesuai dengan
tuntutan kemodernan.
Globalisasi dicirikan dengan lahirnya perjanjian perdagangan bebas yang disepakati oleh
beberapa negara seperti WTO (World Trade Organization), GATT (General Agreement on
Tariffs and Trade), dan AFTA (Asia Facific Trade Associations). Perjanjian yang disepakati
tersebut adalah bahwa para produsen memiliki kebebasan untuk memasarkan produknya ke
bebas. Sebuah negara tidak memiliki kontrol secara penuh terhadap pengaruh masuknya
produk dari luar. Keberadaan perusahaan transnasional seperti Toyota, McDonald, dan lain-
lain yang terdapat di satu negara di luar negara asal perusahaan tersebut merupakan indikasi
gejala globalisasi.
KAJIAN-KAJIAN ANTROPOLOGI
Religi
Religi merupakan salah satu unsur universal dari kebudayaan. Karakteristik utama religi
adalah kepercayaan pada makhluk dan kekuatan supranatural. Masyarakat di dunia memiliki
beragam konsepsi tentang makhluk supranatural, namun pada dasarnya dapat diklasifikan atas
tiga kategori yaitu dewa-dewi, arwah leluhur, dan makhluk supranatural lain/bukan manusia.
Makhluk-makhluk supranatural itu dianggap menguasai dunia atau bagian tertentu dari dunia.
Selain keyakinan akan adanya makhluk dan kekuatan supranatural, tiga komponen penting
lainnya dari religi adalah emosi keagamaan, sistem upacara religi, dan umat/pengikut religi.
Ada dua upacara ritual penting yang sering dilakukan masyarakat di dunia yaitu upacara
peralihan adalah upacara ritual yang berkaitan dengan peralihan dari satu tahap kehidupan
manusia ke tahap kehidupan berikutnya. Kelahiran, masa pubertas, perkawinan, dan kematian
intensifikasi adalah upacara yang dilakukan ketika suatu kelompok dilanda krisis. Upacara ini
Religi memiliki fungsi psikologis dan sosial. Religi berperan penting dalam pengendalian
sosial. Religi juga berfungsi dalam memelihara solidaritas sosial. Fungsi lain dari religi terkait
Ahli antropologi berasumsi bahwa motivasi seseorang dalam melakukan kegiatan ekonomi
sangatlah beragam. Penggunaan sumber daya yang dimiliki manusia dimotivasi oleh berbagai
tujuan antara lain: a subsistence fund, a replacement fund, a ceremonial fund, a social fund,
Sistem produksi (mode of production) pada dasarnya merupakan strategi adaptasi masyarakat
difokuskan atas tiga prinsip yaitu: prinsip pasar, redistribusi, dan resiprositas (Karl Polanyi,
1957 dalam Kottak 1991). Resiprositas terbagi atas tiga tingkat yaitu resiprositas umum
(negative reciprocity).
Salah satu alat pertukaran yang banyak digunakan di dunia adalah uang. Beberapa fungsi
uang antara lain adalah sebagai alat pertukaran, sebagai standar nilai, dan sebagai alat
pembayaran. Mata uang yang memiliki ketiga fungsi tersebut disebut a general purpose
money, sedangkan mata uang yang tidak memenuhi ketiga fungsi disebut a special purpose
money
Pemahaman Konsep
Setiap kajian antropologi yang pernah dilakukan selalu berusaha untuk memahami
kebudayaan dari masyarakat yang dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam antropologi,
Konsep yang mendasar dalam Kegiatan Belajar 2 ini adalah “kebudayaan” dan “adaptasi”.
Dalam hal ini, adaptasi adalah berkenaan dengan bagaimana manusia mengatur hidupnya
antara kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan potensi yang terdapat di lingkungan di mana dia
tinggal dan hidup. Menghadapi berbagai kemungkinan tersebut dalam menjalani hidup inilah
Kebudayaan memang tampaknya sangat stabil. Namun, sebenarnya, sedikit atau banyak,
perubahan merupakan karakteristik utama dari semua kebudayaan. Baik itu kebudayaan dari
masyarakat maju, maupun kebudayaan dari masyarakat yang sedang berkembang atau
masyarakat tradisional. Selain itu, karena kebudayaan mempunyai tugas utama untuk
membuat manusia sanggup menghadapi berbagai kemungkinan yang terus menerus berubah
dalam menjalani hidup ini maka semua masyarakat manusia yang masih eksis di muka bumi
ini mempunyai kebudayaan tanpa kecuali. Di samping itu, sudah selayaknya bila dikatakan
bahwa kebudayaan tertentu adalah yang paling sesuai bagi masyarakat pendukungnya. Oleh
karena itu pula tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau lebih baik dari kebudayaan
lainnya.
Sementara itu, sebuah kebudayaan juga perlu memelihara eksistensi dirinya. Kebudayaan,
yang terdapat pada berbagai pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dengan kata lain, kebudayaan mengoperasionalkan model-model pengetahuan
yang dimilikinya ke dalam pranata-pranata sosial. Ada pranata perkawinan, pranata agama,
Sedangkan hubungannya dengan “struktur sosial”, pranata-pranata sosial ini berfungsi sebagai
kebudayaan. Selain itu, kebudayaan memberi ‘warna’ atau ‘karakter’ terhadap struktur-
struktur sosial yang ada sehingga struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan
tertentu akan tampak ‘khas’ bila dibandingkan dengan struktur-struktur sosial yang terdapat
lingkungan sosial yang ada dalam kehidupan nyata pendukung kebudayaan yang
bersangkutan.
Perubahan adalah karakteristik umum dari semua kebudayaan. Meski perubahan merupakan
“keteraturan”, yaitu menuju proses “keteraturan baru”. Setelah tercapai posisi “keteraturan
baru” maka proses perubahan akan berjalan kembali. Demikian seterusnya. Oleh karena itu
Perubahan dikatakan sebagai karakteristik umum dari semua kebudayaan karena secara
alamiah:
1. Lingkungan di mana manusia tinggal dan hidup – yang tampaknya stabil – pada
2. Adanya variasi pengetahuan kebudayaan dari para pendukung kebudayaan itu sendiri.
3. Penemuan dari para pendukung kebudayaan sehingga terjadi suatu pembaharuan atau
inovasi.
4. Selain itu, perubahan juga terjadi karena bermula dari berinteraksi (pertemuan dengan)
kebudayaan asing (misalnya karena proses difusi atau hubungan sosial tertentu)
Proses perubahan yang berlangsung terus menerus ini, pada akhirnya membawa umat
manusia masuk ke dalam peradaban perkotaan seperti yang terjadi saat ini. Berbicara tentang
peradaban kota tentunya tidak lepas dari proses perubahan karena modernisasi, yang
mendapatkan ciri-cirinya dari masyarakat industri atau masyarakat “maju” sehingga terjadi
mengejar ketinggalan terhadap apa yang sudah dicapai oleh masyarakat industri/maju dalam
waktu satu generasi (relatif cepat). Akibatnya, masyarakat nonindustri banyak yang
mengalami ketidaksiapan atau kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
Sementara proses modernisasi berlangsung, proses globalisasi pun sedang terjadi. Masyarakat
dunia sedang bergerak ke arah tumbuhnya satu kebudayaan dunia yang “homogen”. Proses
modernisasi dan globalisasi ini mendorong masyarakat nonindustri (negara-negara sedang
berkembang dan dunia ketiga) ke arah kecenderungan untuk meniru produk, teknologi dan
praktek-praktek masyarakat maju. Sementara itu, reaksi lain juga muncul seperti penolakan
evangelisme/dakwahisme bahkan yang lebih ekstrem lagi muncul seperti “teror-teror” bom
Kebudayaan pada dasarnya selalu dinamis karena harus terus-menerus menyesuai diri dengan
halnya dengan antropologi. Bukan karena masyarakat nonindustri atau tradisional semakin
lama semakin sedikit yang tersisa dan hampir punah karena arus modernisasi dan globalisasi,
lalu antropologi kehilangan arah. Selayaknya kebudayaan, antropologi yang dalam setiap
(kebudayaan sebagai konsep sentral antropologi) juga dituntut mampu beradaptasi atas
perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat kajiannya. Dalam hal ini, antropologi
dituntut beradaptasi secara kultural pula, yaitu adaptasi dalam hal teori dan konsep agar tetap
Tidak hanya beradaptasi semata, tetapi antropologi juga dituntut untuk melakukan
pembaharuan-pembaharuan atau temuan-temuan baru di bidang teori dan konsep dari hasil
berarti antropologi sudah kehilangan lahan penelitian/kajian. Saat ini sudah banyak kajian
dan sumbangan praktis di era pembangunan atau di era modernisasi dan globalisasi saat ini.
Misalnya, kajian tentang masalah masyarakat yang hampir punah, waktu penelitian yang
relatif lebih lama ketimbang waktu yang diperlukan oleh ilmu sosial lain, masalah sejauh
mana antropologi mampu menghasilkan generalisasi atas studi yang dilakukan, dan apakah
permasalahan yang ada di era globalisasi. Berbagai kritikan ini harus dipandang sebagai
masukan karena hal ini merupakan salah satu pendorong untuk perkembangan antropologi itu
sendiri.