61 1468 1 PB
61 1468 1 PB
ABSTRACT
The main problem on cabbage commodity development generally is the unappropnate of variety,
quality, continuity of supply and the quantity according to the market demand. The result of cabbage
farming analysis in Kertasari District shows that the farmers average revenue Rp 29.613.789,-
/Ha/season. The profit on cash basic expense is Rp 15.483.2116/Ha/Season, the value of R/C on
cash basic expense in cabbage farming for one season is 2,10 and the R/C of the total expense is 1,83.
It is concluded that cabbage farming is profitable and efficient to be cultivated. The factors that effect
cabbage production significanty are land area, manure, fertilizer N and counseling. While, pesticide,
labor, land slope, age and farming experience variables are not significantly effect toward cabbage
production. Land area and manure variables have NPM/BKM ratio more than 1, so these variables
still can be increased in order to be efficient. N fertilizer variable and pesticides have NPM/BKM ratio
are less than 1. This value show that these variables were excessed and should be reduce in order to
get a better efficient.
Key words: economy efficient, cabbage farming.
ABSTRAK
Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kubis secara umum adalah
belum terwujudkannya ragam, kualitas, kontinuitas pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan pasar. Hasil analisis usaha tani kubis di Kecamatan Kertasari menunjukkan bahwa
penerimaan rata-rata yang diperoleh petani sampel sebesar Rp 13.783.136,-/Ha/musim dengan
pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 6.135.297,72,-/Ha/musim. Nilai R/C atas biaya tunai dalam
usaha tani kubis selama satu musim sebesar 1,80 dan R/C atas biaya total sebesar 1,03 sehingga
usaha tani kubis menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari satu.
Faktor produksi pupuk kandang, pupuk kimia, dan pestisida mempunyai nilai NPM dan BKM lebih
kecil dari satu. Hal ini berarti faktor-faktor tersebut sudah berlebih sehingga dalam penggunaannya
harus dikurangi. Faktor input pupuk kimia mempunyai rasio NPM dan BKM yang negatif, berarti
secara ekonomi penggunaan input tersebut sudah tidak efisien. Dari segi teknis penggunaan faktor
produksi pupuk kimia sudah berada di daerah irrasional yaitu di daerah dengan penambahan yang
negatif artinya penambahan pupuk kimia justru akan menurunkan produksi.
Kata kunci: efisiensi ekonomi, usaha tani kubis.
Masithoh S, W Nahraeni, dan B Prahari. 2013. Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
usaha tani kubis (Brassica oleracea) di Kertasari, Bandung, Jawa Barat. Jurnal Pertanian 4(2): 100–
108.
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013 101
Rumusan Masalah
PENDAHULUAN
Kecamatan Kertasari merupakan salah satu
lokasi sentra pengembangan agribisnis kubis di
Latar Belakang
Kabupaten Bandung. Permasalahan pokok yang
Sektor pertanian merupakan sektor dominan dihadapi dalam pengembangan komoditas kubis
ketiga terbesar dalam struktur perekonomian secara umum adalah belum terwujudkannya
Jawa Barat setelah sektor industri dan ragam, kualitas, kontinuitas pasokan, dan
perdagangan. Hal ini menyebabkan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar.
pembangunan ekonomi pada sektor pertanian Hal tersebut berkaitan dengan faktor-faktor
penting untuk dilaksanakan agar pendapatan berikut: (1) pola kepemilikan lahan yang sempit
petani dan pemerataan pembangunan pedesaan dan tersebar; (2) rendahnya penguasaan
dapat berjalan dengan sukses (Jawa Barat dalam teknologi, dari pembibitan, sistem usaha tani,
angka 2009). panen, dan pasca panen; (3) fluktuasi harga
Perkembangan PDB Hortikultura di produk sayuran sangat tajam yang tidak hanya
Indonesia periode 2005-2009, secara terjadi antar musim tetapi antar bulan dan
keseluruhan terus meningkat dengan rata-rata terkadang fluktuasi harian; (4) lemahnya
peningkatan sebesar tujuh triliun rupiah setiap permodalan petani, sementara itu budi daya
tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa sayuran tergolong padat modal; (5) kurangnya
subsektor hortikultura memiliki kontribusi yang informasi bagi pengusaha swasta (investor)
tinggi bagi perekonomian Indonesia. Pada tentang kelayakan finansial dan ekonomi usaha
periode tersebut komoditas sayuran menempati tani sayuran, khususnya pada tanaman kubis.
peringkat kedua setelah buah-buahan dalam Hubungan antara input (faktor produksi)
kontribusi PDB hortikultura dengan yang digunakan petani dan output yang
peningkatan yang signifikan (Ditjen dihasilkan (hasil atau produksi) belum berperan
Hortikultura 2010). secara optimal. Rendahnya penggunaan input
Jawa Barat merupakan salah satu sentra ataupun kelebihan penggunaan input diduga
produksi kubis di Indonesia. Produksi kubis, menjadi penyebab belum efisiensinya produksi
pada tahun 2011 di Jawa Barat adalah terbesar sayuran khususnya kubis yang menjadi objek
di Indonesia yakni sebesar 270.780 ton. penelitian. Kegiatan usaha tani dilakukan oleh
Bandung merupakan salah satu lokasi sentra petani dengan harapan akan menghasilkan
pengembangan agribisnis kubis di Jawa Barat. keuntungan yang maksimum, sehingga dalam
Ada beberapa kecamatan yang menjadi pusat melakukan usaha taninya kombinasi input-input
produksi sayuran di Bandung, antara lain yang dilakukan oleh petani akan sangat
Kecamatan Pengalengan, Pasir jambu, Kertasari, berpengaruh terhadap produksi yang dilakukan.
Cimaung, Pacet, dan Paseh. Sektor pertanian Berbeda dengan Kecamatan Pengalengan
menyumbang 7,53 persen dari total produk produksivitas kubis di Kecamatan Kertasari
domestik regional bruto Kabupaten Bandung, relatif rendah. Hal tersebut disebabkan oleh
penyumbang ketiga terbesar setelah sektor adanya fakta bahwa sayuran kubis ditanam
industri (migas) dan perdagangan. Melihat pada lahan yang berlereng lebih dari 15°.
potensi yang ada maka sektor pertanian Dengan keadaan lahan yang berlereng maka
merupakan sektor yang patut mendapat akan mengakibatkan adanya erosi, oleh sebab
perhatian lebih, baik dari pihak pemerintah itu untuk menjaga produksi petani
daerah maupun masyarakat pertanian sendiri menggunakan pupuk lebih banyak dari
(Bandung dalam angka 2010). Bandung biasanya. Penggunaan input yang berlebih
merupakan daerah yang memiliki produksi maupun lebih sedikit dari dosis inilah yang
sayuran terbesar di Jawa Barat, yakni sebesar menyebabkan penggunaannya kurang efisien.
103.964 ton untuk produksi kubis pada tahun Selain itu, adanya sistem penanaman yang
2011. Penelitian ini dilakukan di salah satu diadopsi petani lebih banyak menggunakan
sentra penghasil kubis terbesar kedua di sistem penanaman yang searah lereng yang
Kabupaten Bandung setelah Kecamatan bertujuan untuk mempermudah kegiatan
Pangalengan yaitu Kecamatan Kertasari. penanaman yang mengakibatkan produksi
menurun.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh petani
kubis di Kecamatan Kertasari adalah
kemungkinan adanya degradasi lahan yang
102 Masithoh et al. Faktor-faktor produksi usaha tani kubis
disebabkan oleh beberapa hal. Menurut 1. masukkan bagi petani kubis, khususnya di
Harahap dan Utomo (1995), degradasi lahan Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung;
dapat diartikan sebagai suatu penurunan 2. sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
produksi lahan baik kualitatif maupun ataupun institusi terkait dalam pengambilan
kuantitatif sebagai akibat dari proses seperti keputusan terkait efisiensi faktor produksi
erosi, salinasi (proses berakumulasinya garam usaha tani kubis;
yang terlarut di dalam tanah), pencucian hara 3. bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat
tanaman, dan perusakan struktur tanah. Di menambah pengetahuan dan wawasan serta
lahan kering beriklim basah yang topografinya dapat menjadi wadah aplikasi ilmu-ilmu
bervariasi dari datar sampai bergunung erosi yang selama ini dipelajari di bangku kuliah.
tanah merupakan salah satu penyebab
degradasi lahan, selain itu pemberian pestisida
yang berlebih pun dapat mengakibatkan MATERI DAN METODE
degradasi lahan.
Kecamatan Kertasari memiliki lahan berupa Konsep Usaha Tani
dataran yang berlahan kering berlereng. Hal ini Menurut Suratiyah (2008) ilmu usaha tani
dapat menimbulkan potensi adanya erosi tanah. adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
Erosi tanah menyebabkan pengembangan seseorang mengusahakan dan mengkoordinir
struktur topologi baru karena pengendapan faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
partikel tanah. Tanah yang tererosi akan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan
mengakibatkan penurunan produktivitas dan manfaat yang sebaik-baiknya. Keberhasilan
kesuburan tanah. Akibat erosi, kadar air, dan dalam suatu usaha tani dipengaruhi oleh
kandungan berbagai mineral dan nutrisi tanah beberapa faktor yaitu faktor-faktor pada usaha
akan sangat berkurang. tani itu sendiri (faktor internal) dan faktor-
Menurut Firmansyah (2007), tanah faktor di luar usaha tani (faktor eksternal).
merupakan salah satu faktor penyusun lahan Faktor-faktor internal usaha tani terdiri dari
yang rentan terhadap proses degradasi. petani pengelola, tanah usaha tani, tenaga kerja,
Penggunaan tanah di lahan kering berlereng modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, dan
yang melampaui daya dukung lahan akibat kemampuan petani dalam mengaplikasikan
penggunaan lahan akan mempercepat dan penerimaan keluarga. Adapun faktor eksternal
meningkatkan terjadinya proses-proses terdiri dari sarana transportasi dan komunikasi,
degradasi lahan. Adapun menurut Arsyad harga output, harga faktor produksi, fasilitas
(2010), kerusakan tanah dapat terjadi karena kredit, dan penyuluhan bagi petani. Menurut
hilangnya unsur hara, penjenuhan tanah oleh Suratiyah (2008), analisis usaha tani antara lain
air, dan erosi. Apabila tanah mengalami dapat dilihat melalui biaya, pendapatan, dan
kerusakan, maka tanah tersebut sangat tidak efisiensi.
produktif jika dimanfaatkan. Oleh karena itu,
penelitian yang berkaitan dengan efisiensi Konsep Fungsi Produksi
penggunaan faktor-faktor produksi usaha tani
Dalam proses produksi terkandung hubungan
kubis (Brassica oleracea) sangat penting untuk
antara tingkat penggunaan faktor-faktor
dilakukan.
produksi dengan produk atau hasil yang akan
Dengan melihat uraian tersebut maka dapat diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan
dirumuskan permasalahannya, yaitu: (1) apa antara input dengan output. Di samping itu,
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghasilkan suatu produk dapat pula
produksi kubis?; (2) apakah usaha tani kubis dipengaruhi oleh produk yang lain bahkan
yang sudah dilakukan di Kecamatan Kertasari untuk produk tertentu dapat digunkan input
sudah efisien?. Adapun tujuan dari penelitian ini yang satu maupun input yang lain (Suratiyah
adalah untuk menganalisis (1) faktor-faktor 2008).
yang mempengaruhi produksi kubis dan (2) Fungsi produksi menggambarkan hubungan
efisiensi usaha tani kubis di Kecamatan antara input dan ouput yang menunjukkan
Kertasari. suatu sumber daya (input) dapat diubah
Sementara itu, hasil dari penelitian ini sehingga menghasilkan produk tertentu (Doll
diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: dan Orazem 1984). Secara matematis hubungan
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013 103
Koefisien regresi dari peubah bebas dengan I = 1. kegiatan produksi yang harus diperhitungkan
2, 3,.. n; u = galat. sebagai pengeluaran petani untuk usaha tani
kubis. Biaya yang diperhitungkan yang
dikeluarkan petani sampel meliputi biaya
HASIL DAN PEMBAHASAN tenaga kerja dalam keluarga dan biaya
penyusutan.
Kondisi Wilayah Kecamatan Kertasari Nilai biaya terbesar pada komponen biaya
tunai di atas adalah biaya bibit, yaitu sebesar Rp
Kecamatan Kertasari merupakan salah satu 1.740.993,28 atau 22,76 persen dari total biaya.
Kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung. Jumlah rata-rata pupuk yang digunakan adalah
Kecamatan Kertasari merupakan wilayah 11.763 pohon. Penggunaan pupuk yang tinggi
kecamatan yang ter-selatan di Kabupaten pada lokasi penelitian bertujuan untuk
Bandung. Kecamatan Kertasari mempunyai meningkatkan kesuburan tanah pada lahan
wilayah yang cukup luas yang memiliki tujuh produksi agar tanaman kubis yang
desa antara lain, Desa Cibeureum, Desa dibudidayakan dapat tumbuh secara maksimal.
Sukapura, Desa Tarumajaya, Desa Cihawuk,
Biaya terbesar kedua adalah biaya
Desa Cikembang, Desa Santosa, dan Desa
pengobatan (pestisida) yaitu sebesar Rp
Neglawangi. Luas wilayah Kecamatan Kertasari
1.526.590,28 atau 19,96 persen dari total biaya
adalah 15.551,80 m2 dengan batas geografis
tunai. Penggunaan pestisida di Kecamatan
sebagai berikut:
Kertasari masih sangat tinggi disebabkan
a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
tanaman kubis sangat rentan terhadap hama
Pacet,
dan penyakit sehingga penggunaan pestisida
b. sebelah selatan berbatasan dengan
yang tinggi dibutuhkan untuk memeroleh
Kabupaten Garut,
tanaman kubis yang sehat.
c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Pangalengan, dan Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani
d. sebelah timur berbatasan dengan sampel terbagi menjadi dua yaitu biaya tenaga
Kabupaten Garut. kerja dalam keluarga dan biaya tenaga kerja luar
keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam
Analisis Usaha Tani Kubis keluarga sebesar 26,35/Ha/musim, sedangkan
penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar
Analisis Penerimaan 87,53/Ha/musim. Penggunaan tenaga kerja
keluarga lebih sedikit dibandingkan penggunaan
Penerimaan usaha tani kubis yang dihitung tenaga kerja luar keluarga, hal ini dikarenakan
terdiri atas penerimaan tunai. Penerimaan tunai dalam usaha tani pada petani sampel tenaga
merupakan penerimaan yang langsung diterima kerja dalam keluarga hanya membantu saja.
oleh petani sampel dalam bentuk uang tunai Rata-rata luas lahan yang digunakan petani
dari hasil penjualan kubisnya. Penerimaan sampel adalah seluas 9687 m2.
usaha tani kubis dihitung dari hasil perkalian
antara jumlah hasil produksi kubis dengan Analisis Pendapatan
harga jualnya. Jumlah rata-rata produksi kubis
di lokasi penelitian adalah 11.668,07 kg dengan Pendapatan usaha tani merupakan selisih
harga jual berkisar antara Rp 150,- hingga Rp antara penerimaan usaha tani dengan
3000,- per kg. Penerimaan tunai rata-rata yang pengeluaran usaha tani. Komponen pendapatan
diperoleh petani sampel dari hasil penjualan usaha tani terdiri atas pendapatan atas biaya
kubis adalah sebesar Rp 13.783.136. tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis
R/C rasio digunakan untuk menunjukan
Biaya Usaha Tani Kubis perbandingan antara nilai output terhadap nilai
inputnya sehingga dapat diketahui kelayakan
Biaya usaha tani kubis yang dilakukan terdiri usaha tani yang diusahakan petani kubis di
atas dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya Kecamatan Kertasari.
yang diperhitungkan. Biaya tunai yang Penerimaan usaha tani kubis di lokasi
dikeluarkan oleh petani sampel meliputi biaya penelitian adalah sebesar Rp 13.783.136,
bibit, pemupukan, pestisida, biaya tenaga kerja sedangkan total biaya tunai sebesar Rp
luar keluarga, sewa lahan, dan pajak lahan. 7.647.838,65 dan total biaya diperhitungkan
Sementara itu, biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 5.710.589,33. Pendapatan yang
merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk diperoleh dari usaha tani kubis di Kecamatan
106 Masithoh et al. Faktor-faktor produksi usaha tani kubis
Kertasari adalah sebesar Rp 1.757.920. Nilai adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas.
R/C atas biaya tunai yang diperoleh di Faktor-faktor produksi yang diduga
Kecamatan Kertasari adalah 1,80. Hal ini berpengaruh dalam produksi kubis luas lahan,
menunjukkan bahwa setiap Rp 1.000,00 biaya benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida,
yang dikeluarkan petani dalam kegiatan kemiringan lahan, pendidikan, pengalaman
produksi kubis akan menghasilkan penerimaan usaha tani, sistem penanaman dan akses
sebesar Rp 1.800,-. Nilai R/C atas biaya total penyuluhan.
yang diperoleh di Kecamatan Kertasari adalah Berdasarkan pendugaan model produksi
1,03. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp yang diperoleh, terlihat nilai F-hitung sebesar
1.000,00 biaya yang dikeluarkan petani dalam 4,945 yang signifikan pada taraf kepercayaan
kegiatan produksi kubis akan menghasilkan 95persen (ᾱ= 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
penerimaan sebesar Rp 1.030,-. faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
model secara bersama-sama berpengaruh nyata
Analisi Fungsi Produksi terhadap produksi kubis. Hasil pendugaan yang
Fungsi produksi menggambarkan suatu diperoleh untuk fungsi produksi Cobb-Douglas
hubungan antara faktor-faktor produksi dengan adalah:
hasil produksinya. Berdasarkan asumsi awal Ln Produksi = 3,978 + 0,133 ln luas lahan +
bahwa produksi kubis di Kecamatan Kertasari 0,349 ln benih + 0,010 ln pupuk kandang –
diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu 0,035 ln pupuk kimia + 0,105 ln pestisida –
luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, 0,013 ln kemiringan lahan + 0,416 ln pendidikan
pestisida, kemiringan lahan, pendidikan, + 0,515 ln pengalaman ustan + 0,007 ln sistem
pengalaman ustan, sistem penanaman dan akses penanaman + 0,440 ln akses penyuluhan
penyuluhan. Model fungsi produksi yang Berdasarkan hasil pendugaan diperoleh
digunakan dalam penelitian ini adalah model koefisien determinasi (R2) sebesar 57,9 persen.
fungsi Cobb-Douglas. Faktor- faktor produksi Nilai R2 sebesar 57,9 persen menunjukkan
yang diduga berpengaruh dalam usaha tani bahwa 57,9 persen dari produksi kubis dapat
kubis adalah luas lahan, benih, pupuk kandang, dijelaskan oleh variabel faktor-faktor seperti
pupuk kimia, pestisida, kemiringan lahan, luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia,
pendidikan, pengalaman usaha tani, sistem pestisida, kemiringan lahan, pendidikan,
penanaman, dan akses penyuluhan. Syarat pengalaman ustan, sistem penanaman, dan
model regresi linier (fungsi produksi) dikatakan akses penyuluhan. Sisanya, variasi sebesar 42,1
baik jika model terbebas dari normalitas, persen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
multikoloneritas, autokorelasi dan dimasukkan ke dalam model.
heteroskedastisitas. Sementara itu, menurut Variabel yang diamati dalam usaha tani kubis
Soekartawi (1989) ada dua parameter statistik di Kecamatan Kertasari adalah luas lahan, benih,
yang penting dan perlu diperhatikan, yaitu pupuk kandang, pupuk kimia (pupuk Urea,
koefisien determinasi dan uji T. Pengujian pupuk NPK, pupuk TSP/SP36, pupuk KCl dan
normalitas data dapat dideteksi melalui analisa pupuk Za), pestisida, kemiringan lahan,
grafik histogram dan P-plot yang dihasilkan dari pendidikan, pengalaman usaha tani, sistem
perhitungan regresi oleh perangkat lunak SPSS penanaman, dan akses penyuluhan. Pengaruh
16.0. faktor-faktor produksi secara parsial juga dapat
Berdasarkan hasil grafik histogram dan dilihat dengan menggunakan uji t. Hasil uji t
grafik P-plot, maka dapat disimpulkan bahwa menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan,
data memenuhi asumsi normalitas, hal ini dapat benih, pupuk kandang, pestisida, pendidikan,
dilihat dari grafik histogram yang memiliki pengalaman usaha tani, sistem penanaman, dan
kesetangkupan yang simetris dan memiliki nilai akses penyuluhan berpengaruh nyata dan
tengah yang jelas. Selain itu pada grafik P-plot signifikan.
menunjukan titik-titik yang menyebar di sekitar Analisis efisiensi dilakukan untuk
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti mengetahui kombinasi yang optimal dalam
arah garis diagonal, sehingga model regresi ini penggunaan faktor-faktor produksi yang
layak untuk memprediksikan fungsi produksi bertujuan untuk menghasilkan keuntungan
dari usaha tani kubis di Kecamatan Kertasari. maksimum. Kombinasi yang optimal tercapai
Model fungsi produksi yang digunakan untuk apabila memenuhi dua syarat yaitu syarat
menduga fungsi produksi dalam penelitian ini kecukupan da syarat keharusan. Kedua syarat
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013 107
tersebut dapat terpenuhi apabila Nilai Produksi dapat pula diartikan sebagai harga dari masing-
Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal masing faktor produksi itu sendiri. Tingkat
(BKM) bernilai satu. efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-
Untuk menghitung NPM diperlukan besaran faktor produksi dapat dilihat dari nilai NPM dan
produksi marginal, karena NPM merupakan BKM per periode produksi dapat dilihat kondisi
hasil kali harga produksi (Py) dengan produk efisiensi produksi kubis di Kecamatan Kertasari,
marginal. Sedangkan BKM adalah tambahan dengan rata-rata produksi 11,668.07 kg dengan
biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan harga rata-rata Rp 1.181 per kg.
penggunaan faktor produksi satu satuan, BKM
Tabel 1. Rasio NPM dengan BKM usaha tani kubis di Kecamatan Kertasari
Rata-rata
Koef. Rasio
Faktor Produksi Input NPM BKM
Regresi NPM/BKM
Geometrik
Luas Lahan 0,96875 0,133 2109191 800000 2,636489
Bibit 11763,47 0,349 455,7913 148 3,079671
Pupuk Kandang 4262 0,01 36,04645 1099,86 0,032774
Pupuk Kimia 230 -0,035 -2337,84 8294 -0,28187
Pestisida 20 0,105 80655,55 90000 0,896173
pupuk kimia sudah berada di daerah irrasional, Doll Pj dan F Orazem. 1984. Production
yaitu di daerah dengan penambahan yang economics theory with applications. Second
negatif artinya penambahan pupuk kimia justru Edition. John Wiley and Sons, Inc., Canada.
akan menurunkan produksi. Firmansyah MA. 2007. Karakterisasi dan
Dari penelitian usaha tani yang dilaksanakan resilensi tanah terdegradasi di lahan kering
di Kecamatan Kertasari ada beberapa hal yang Kalimantan Tengah. Sekolah Pasca Sarjana,
penulis sarankan, yakni: IPB, Bogor.
Harahap dan Utomo. 1995. Pengelolaan
1. dari kegiatan usaha tani perlu adanya
penggunaan pestisida dalam rangka
efisiensi terhadap penggunaan pupuk kimia,
peningkatan produksi pertanian berwawasan
dalam penggunaan pupuk kimia yang
kesuma. Prosiding. Fakultas Pertanian. IPB,
berlebih akan mengakibatkan pendapatan
Bogor.
berkurang dan mengakibatkan adanya
Jawa barat dalam Angka. 2009. BPS Jawa barat.
penurunan produksi kubis;
Diunduh 10 November 2011 dari
2. sebaiknya dalam penanaman, kubis ditanam www.jabar.go.id.
di lahan yang tidak terlalu berlereng, selain Nugraha H. 2010. Analisis efisiensi produksi dan
akan lebih efisien dalam penggunaan input pendapatan usaha tani brokoli di Desa
produksi hal tersebutpun akan berpengaruh Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten
terhadap produksi kubis Bandung Barat. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Prahmawati D. 2009. Analisis efisiensi
DAFTAR PUSTAKA penggunaan faktor-faktor produksi dan
Arsyad S. 2010. Konservasi tanah dan air. IPB pendapatan usaha tani salak bongkok.
Press, Bogor. Universitas Djuanda, Bogor.
Bandung dalam Angka 2010. 2010. BPS Soekartawi. 1989. Teori ekonomi produksi
Kabupaten Bandung. Diunduh 13 Oktober dengan pokok bahasan analisis Cobb-
2012 dari www.bapedda.Bandung.kab.go.id. Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Soekartawi. 2002. Analisis usaha tani. UI Press,
Pengelolaan data dan informasi ditjen Jakarta.
hortikultura. Diunduh 13 Oktober 2012 dari Suratiyah K. 2008. Analisis usaha tani. Fakultas
www.deptan.go.id/pusdatin/admin/IB. Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.