jantung berkerja sebagai distribusi darah yang membawa nutrisi dan oksigen
untuk semua jaringan organ tubuh. setiap menitnya jantung akan memompakan
darahnya kurang lebih sebanyak 4,9 - 5.6 liter. sehingga ketika terjadi kegagalan
fungsi dari jantung maka tubuh akan memberikan kompensasi yang sangat besar
bahkan bisa menjadikan kematian. secara anatomis dinding jantung dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu :
Miokardium, merupakan lapisan tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah
keluar ruang menuju arteri besar.
kemudia pada jantung di bagi menjadi 4 ruang yang berfungsi sebagai pusat
pengembalian darah dari jaringan seluruh tubuh dan pusat peredaran darah
untuk seluruh tubuh, yaitu :
atrium dextra ( kanan ), atrium ini terletak di bagian atas jantung yang sebelah
kanan, dan berguna sebagai penerima darah dari vena cava superior dan inferior
yang membawa darah dengan banyak karbondioksida ( CO2 ) dari seluruh
tubuh.
atrium sinistra ( kiri ), atrium ini terletak di bagian atas jantung yang sebelah
kiri, dan berguna sebagai penerima darah dari vena pulmonal yang berasal dari
paru - paru yang kaya akan oksigen yang nantinya akan di distribusikan ke
seluruh jaringan perifer tubuh.
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan
tubuh, sedangkan
tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien dikarenakan adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Keadaan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya
terlihat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (mis., stenosis katup
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis., tamponade
perikardium, perikarditas konstriktif, atau stenosis katup AV), atau
pengosongan jantung abnormal (mis., insufisiensi katup AV). Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi
“Maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertropi
miokardial.
F. Faktor Sistemik.
PATOFISIOLOGI
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu
sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Gagal jantung ditandai dengan dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf
dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan
fungsi jantung.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi
yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung,
tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga
menyebabkan aktivasi dari mekanismekompensasi tubuh yang akut berupa
penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh
ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empar faktor yaitu:
preload; yang setara dengan isi diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan
total yang harus melawan ejeksi ventrikel, kontraktilitas miokardium; yaitu
kemampuan intrinsik otot jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi
tanpa tergantung kepada preload maupun afterload serta frekuensi denyut
jantung.
Mekanisme yang menasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantng lebih rendah dari curah
jantng normal. Konsep curag jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan
CO=HR X SV dimana curah jantung (CO:Cardiac Output) adalah fungsi
frekuensi jantung (HR: Heart Rate) X volume sekuncup (SF:Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
memperthankan curah jantung bila mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri ntuk mempertahan curah janung. Tapi
pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot
jantung, volume sekuncup
berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi
tergantung pada tiga
faktor; preload; kontraktilitas dan efterload.
· Preload adalah sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang
menyatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimblukan oleh
panjangnya regangan serabut jantung.
· Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
· Afterload mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk
memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan arteriole.
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.