Nama Anggota :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2014
SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA
A. TUJUAN :
1. Membuktikan adanya prinsip segregasi secara bebas
2. Membuktikan perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu
perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis genetika
Mendel
B. PERMASALAHAN :
1. Bagaimana prinsip segregasi secara bebas pada persilangan monohibrida ?
2. Apakah perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida menghasilkan
perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1 ?
3. Bagaimana menggunakan uji Chi – Square (Khi-kuadrat) dalam analisis
genetika Mendel ?
C. LANDASAN TEORI :
Penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.
Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822
di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan
meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip
– prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat
dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan
bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah
secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang
dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang satu alel (The Law of
Segregation of Allelic Genes). Persilangan monohibrida adalah persilangan
sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan
Mendel menggunakan kacang ercis. Digunakan kacang ercis karena dia memiliki
sifat yang mdah diamati, murah dan memiliki waktu generasi yang singkat. Hasil
dari percobaan mendel adalah sebagai berikut :
Persilangan monohibrid
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman
F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua
ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua
yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan
yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat
yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah
individu dengan ciri dominan : resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel
menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian
disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-
masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari
tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut
setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat
pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa
ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.
Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya
proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman
F1. Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan:
(a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek;
Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi;
Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
(b) Individu heterozigot untuk alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II menghasilkan sel-sel
haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T
atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas satu sama lain.
(c) Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe 3
tinggi : 1 pendek. Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar
2.1 sebagai berikut.
P: ♀ Tinggi x Pendek ♂
DD dd
Gamet D d
F1 : Tinggi
Dd
D DD Dd
(tinggi) (tinggi)
d Dd dd
(tinggi) (pendek)
DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1
Gambar 2.1 Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman
E. METODE KERJA :
1. Mengambil dua warna kancing, masing – masing sebanyak 50, menentukan
simbol – simbol gen sifat yang diwakili oleh setiap warna kancing
2. Memindahkan 50 kancing (misal warna merah) menjadi dua bagian, masing –
masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet jantan dan 25 buah sebagian
gamet betina. Demikian pula 50 kancing warna yang lebih (misal kancing
putih) dibagi menjadi dua, 25 buah sebagai gamet jantan dan 25 buah
sebagian gamet betina.
3. 25 kancing merah dan 25 kancing putih sebagai gamet jantan dimaasukkan
dalam satu kantong, demikian pula sisanya 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet betina dimasukkan dalam kantong yang lain.
4. Mengambil secara acak satu kantong pertama dan 1 kancing dari kantong ke
dua pertemukan dan ditabulasi.
5. Melakukan cara yang sama secara terus menerus sampai kancing – kancing
yang berfungsi sebagi gen ini habis
6. Menghitung perbandingan yang diperoleh baik perbandingan genotip maupun
fenotip
7. Menguji hasil perbandingan yang diperoleh dengan khi-kuadrat
F. HASIL
Tabel Data Kelas
No Homozygot Heterozygot Homozygot Perbanding Perbanding
Dominan (Mm) Resesif an Genotip an Fenotip
(Mm) (Mm)
1 13 24 13 1 : 2 :1 3:1
2 11.5 27 11.5 1 : 2 :1 3:1
3 13.5 23 13.5 1 : 2 :1 3:1
4 13 24 13 1 : 2 :1 3:1
5 12 25 13 1 : 2 :1 3:1
6 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
7 12 25.5 12.5 1 : 2 :1 3:1
8 13.5 23 13.5 1 : 2 :1 3:1
9 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
10 14.5 21 14.5 1 : 2 :1 3:1
11 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
Total 140.5 267.5 142
MM 140. 137.5 3 9 9
137.5
= 0.065
5
Mm 267. 275 -7.5 56.25 56.25
= 0.204
275
5
mm 142 137.5 4.5 20.25 20.25
= 0.147
137.5
2
X hitung = 0.416
H0 = percobaan sesuai dengan hukum mendel, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara f0 dan fh
MM 11.5 12.5 -1 1 1
12.5
=0.08
Mm 27 25 2 4 4
25
=0.16
mm 11.5 12.5 -1 1 1
12.5
=0.08
X2 hitung = 0.32
X 2 tabel = .... ?
Db = h-1
= 3-1
= 2
P = 5 % = 0.05
X2 tabel = 5.99
X 2 tabel = .... ?
Db = h-1
= 2-1
= 1
P = 5 % = 0.05
X2 tabel = 3.84
H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hukum Mendel I (hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari satu
gen yang berpasangan) dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet),
pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid).
2. Perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan
genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1
3. Metode Chi-Square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan
data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Rumus Chi-Square test (x2) :
Keterangan :
O = hasil pengamatan
E = harapan
LAMPIRAN
Gamet Putih
Jawanan permasalahan :
M m
Gamet ♀
M MM Mm
(Merah) (Merah)
m Mm mm
(Merah) (Putih)
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu Dari praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
Hukum Mendel I (hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari satu gen
yang berpasangan) dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-
pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dengan satu sifat beda (monohibrid).
Perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan
genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1
Metode Chi-Square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Rumus Chi-Square test (x2) :
Keterangan :
O = hasil pengamatan
E = harapan
DAFTAR PUSTAKA