Anda di halaman 1dari 14

Tanggal Praktikum : 08 September 2014

Nama Kelompok : Gamet

Nama Anggota :

1. Arista Novihana Pratiwi (4401412108)


2. Ana Fatonah (4401412096)
3. Dewi Masithoh (4401412127)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2014
SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA

A. TUJUAN :
1. Membuktikan adanya prinsip segregasi secara bebas
2. Membuktikan perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu
perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis genetika
Mendel

B. PERMASALAHAN :
1. Bagaimana prinsip segregasi secara bebas pada persilangan monohibrida ?
2. Apakah perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida menghasilkan
perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1 ?
3. Bagaimana menggunakan uji Chi – Square (Khi-kuadrat) dalam analisis
genetika Mendel ?

C. LANDASAN TEORI :
Penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.
Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822
di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan
meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip
– prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat
dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan
bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah
secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang
dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang satu alel (The Law of
Segregation of Allelic Genes). Persilangan monohibrida adalah persilangan
sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan
Mendel menggunakan kacang ercis. Digunakan kacang ercis karena dia memiliki
sifat yang mdah diamati, murah dan memiliki waktu generasi yang singkat. Hasil
dari percobaan mendel adalah sebagai berikut :
Persilangan monohibrid
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman
F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua
ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua
yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan
yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat
yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah
individu dengan ciri dominan : resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel
menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian
disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-
masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari
tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut
setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat
pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa
ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.
Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya
proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman
F1. Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan:
(a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek;
Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi;
Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
(b) Individu heterozigot untuk alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II menghasilkan sel-sel
haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T
atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas satu sama lain.
(c) Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe 3
tinggi : 1 pendek. Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar
2.1 sebagai berikut.
P: ♀ Tinggi x Pendek ♂
DD dd
Gamet D d

F1 : Tinggi
Dd

Menyerbuk sendiri (Dd x Dd)



F2 :
Gamet D d
Gamet 

D DD Dd

(tinggi) (tinggi)

d Dd dd

(tinggi) (pendek)

Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1

DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1
Gambar 2.1 Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman

Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan


dikatakan sebagai tetua (parental), disingkat P. Hasil persilangannya merupakan
keturunan (filial) generasi pertama, disingkat F1. Persilangan sesama individu F1
menghasilkan keturunan generasi ke dua, disingkat F2.
Tanaman tinggi pada generasi P dilambangkan dengan DD, sedang
tanaman pendek dd. Sementara itu, tanaman tinggi yang diperoleh pada
generasi F1 dilambangkan dengan Dd.
Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa
untuk menghasilkan individu Dd pada F1, maka baik DD maupun dd pada
generasi P membentuk gamet (sel kelamin). Individu DD membentuk gamet D,
sedang individu dd membentuk gamet d. Dengan demikian, individu Dd pada F1
merupakan hasil penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya,
ketika sesama individu Dd ini melakukan penyerbukan sendiri untuk
menghasilkan F2, maka masing-masing akan membentuk gamet terlebih dahulu.
Gamet yang dihasilkan oleh individu Dd ada dua macam, yaitu D dan d.
Selanjutnya, dari kombinasi gamet-gamet tersebut diperoleh individu-individu
generasi F2 dengan nisbah DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1. Jika DD dan dd
dikelompokkan menjadi satu (karena sama-sama melambangkan individu tinggi),
maka nisbah tersebut menjadi D- : dd = 3 : 1.
Uji Chi-Square (χ²)
Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan
antara frekuensi observasi yang benar-benar terjadi/aktual dengan frekuensi
harapan atau ekspektasi.
 frekuensi observasi → nilainya didapat dari hasil percobaan (o)
 frekuensi harapan → nilainya dapat dihitung secara teoritis (e)
Nilai χ² adalah nilai kuadrat karena itu nilai χ² selalu positif. Bentuk
distribusi χ² tergantung dari derajat bebas(db)/degree of freedom. Uji χ² dapat
digunakan untuk :
a. Uji Kecocokan = Uji kebaikan-suai = Goodness of fit test
b. Uji Kebebasan
c. Uji beberapa proporsi
Rumus
(𝑂 − 𝐸)²
χ² = Σ
𝐸
o : frekuensi observasi untuk kategori ke-i i
e : frekuensi ekspektasi untuk kategori ke-i i
Dalam genetika chi-square (chi-kuadrat) sering kali kita digunakan untuk
menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan
ratio yang kita harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang sekali
kkita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis).
Hampir selalu terjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih
dapat diterima pada penyimpangan yang besar. Selain itu apabila
penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat dikatakan semakin
normal dan cendrung lebih dapat diterima dari pada penyimpangan yang jarang
terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar
penyimpangan itu dapat kita terima dan seberapa sering terjadinya atau berapa
besar peluang terjadinya, jawabnya dapat dicari dengan uji chi square.
D. ALAT dan BAHAN :
Kancing genetika dua macam warna, masing – masing berjumlah 50

E. METODE KERJA :
1. Mengambil dua warna kancing, masing – masing sebanyak 50, menentukan
simbol – simbol gen sifat yang diwakili oleh setiap warna kancing
2. Memindahkan 50 kancing (misal warna merah) menjadi dua bagian, masing –
masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet jantan dan 25 buah sebagian
gamet betina. Demikian pula 50 kancing warna yang lebih (misal kancing
putih) dibagi menjadi dua, 25 buah sebagai gamet jantan dan 25 buah
sebagian gamet betina.
3. 25 kancing merah dan 25 kancing putih sebagai gamet jantan dimaasukkan
dalam satu kantong, demikian pula sisanya 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet betina dimasukkan dalam kantong yang lain.
4. Mengambil secara acak satu kantong pertama dan 1 kancing dari kantong ke
dua pertemukan dan ditabulasi.
5. Melakukan cara yang sama secara terus menerus sampai kancing – kancing
yang berfungsi sebagi gen ini habis
6. Menghitung perbandingan yang diperoleh baik perbandingan genotip maupun
fenotip
7. Menguji hasil perbandingan yang diperoleh dengan khi-kuadrat
F. HASIL
Tabel Data Kelas
No Homozygot Heterozygot Homozygot Perbanding Perbanding
Dominan (Mm) Resesif an Genotip an Fenotip
(Mm) (Mm)
1 13 24 13 1 : 2 :1 3:1
2 11.5 27 11.5 1 : 2 :1 3:1
3 13.5 23 13.5 1 : 2 :1 3:1
4 13 24 13 1 : 2 :1 3:1
5 12 25 13 1 : 2 :1 3:1
6 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
7 12 25.5 12.5 1 : 2 :1 3:1
8 13.5 23 13.5 1 : 2 :1 3:1
9 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
10 14.5 21 14.5 1 : 2 :1 3:1
11 12.5 25 12.5 1 : 2 :1 3:1
Total 140.5 267.5 142

Tabel Analisis data kelas


Σ(f0 − fh)2
Uji chi square = f0

Genotip f0 fh f0 - fh (f0 - fh)2 (𝐟𝟎 − 𝐟𝐡)𝟐


X2=
𝐟𝐡

MM 140. 137.5 3 9 9
137.5
= 0.065
5
Mm 267. 275 -7.5 56.25 56.25
= 0.204
275
5
mm 142 137.5 4.5 20.25 20.25
= 0.147
137.5
2
X hitung = 0.416

H0 = percobaan sesuai dengan hukum mendel, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara f0 dan fh

Ha = perbedaan tidak sesuai hukum mendel

X2 tabel > X2 hitung = H0 diterima

X2 tabel < X2 hitung = H0 ditolak

Tabel Data kelompok

Percobaa Homozygot Heterozygot Homozygot Perbandi Perbandi


n Dominan (Mm) resesif ngan ngan
(Mm) (mm) Genotip Fenotip
1 10 30 10
2 13 24 13
Rata- rata 11.5 27 11.5 1 : 2,33 : 1 3.35 : 1
Analisis data chi square

Genotip f0 fh f0 - fh (f0 - fh)2 (𝐟𝟎 − 𝐟𝐡)𝟐


X2=
𝐟𝐡

MM 11.5 12.5 -1 1 1
12.5
=0.08
Mm 27 25 2 4 4
25
=0.16
mm 11.5 12.5 -1 1 1
12.5
=0.08
X2 hitung = 0.32

X 2 tabel = .... ?

Db = h-1

= 3-1

= 2

P = 5 % = 0.05

X2 tabel = 5.99

X2 tabel > X2 hitung , h0 diterima.

Fenotip f0 fh f0 - fh (f0 - fh)2 (𝐟𝟎 − 𝐟𝐡)𝟐


X2= 𝐟𝐡

Merah 38.5 37.5 1 1 1


37.5
= 0.026
Putih 11.5 12.5 -1 1 1
= 0.08
12.5
2
X hitung = 0.106

X 2 tabel = .... ?

Db = h-1

= 2-1

= 1

P = 5 % = 0.05

X2 tabel = 3.84

X2 tabel > X2 hitung , h0 diterima.


G. PEMBAHASAN
Pada praktikum genetika kali ini yaitu Simulasi Persilangan Monohibrid dengan
tujuan untuk membuktikan Hukum Mendel 1 tentang persilangan monohybrid.
Percobaan persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan
pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Pada percobaan ini menggunakan
kancing yang berwarna merah dan putih yang dimasukkan ke dalam polibag yang
berbeda yang kemudian mengambil masing masing 25X dari masing-masing
polibag sebanyak 2x. Dilakukan pengulangan sebanyak dua kali agar hasil yang di
dapatkan mendekati kebenaran dan dapat diterima sesuai hukum mendel 1.
Hasilnya dapat terlihat di tabel hasil pengamatan, dalam Hukum Mendel 1
persilangan monohybrid didapat hasil dengan rasio fenotip 3 : 1. Hal ini
dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Setelah melakukan sebuah percobaan
pada praktikum simulasi persilangan monohibrida perbandingan genetis pada
kancing maka ada beberapa yang perlu diberitahukan. Menggunakan kancing
agar lebih mudah dalam memahami persilangan pada suatu mahluk hidup.
Fenotipe dan genotipe yang didapatpun sama dengan mahluk hidup yang
sesungguhnya. Untuk memudahkan ditentukanlah dominan dan resesif pada
kedua kancing tersebut.
Hukum Mendel I atau hukum segregasi, alel memisah (segregasi) satu dari yang
lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara seimbang kedalam gamet
yang sama jumlahnya. Sebagai dasar segregasi atau pasang alel terletak pada
lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah
secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar kedalam gamet-gamet
yang berbeda.
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.
Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum
Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau
persilangan monohibrid yang diambil secara acak berdasarkan data di atas sesuai
dengan hukum Mendel I. Genotif (MM) ini merupakan hasil interaksi dari dua faktor
dominan yang berdiri sendiri-sendiri, sedangkan genotif (mm) merupakan hasil
dari interaksi dua faktor resesif. Dan (M) digunakan untuk menandakan warna
merah dan (m) untuk menandakan warna putih.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis. Individu heterozigot untuk alel
Merah(M) dan alel putih (m).Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II
menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen warna
merah, baik M atau m, maka alel M dan m bersegregai bebas satu sama lain.
Selama fertilisasi alel bergabung secara acak. Keturunan memiliki rasio genotipe:
1 MM : 2 Mm : 1 mm dan rasio fenotipe 3 Merah : 1 putih.
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri antara lain adalah semua individu F1
seragam atau sama, lalu pada waktu individu F1 yang heterozigot membentuk
gamet, terjadi pemisahan alel sehingga gamet memiliki salah satu alel saja,
kemudian jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotif
seperti induk yang dominan. Selain itu dalam perumpamaan, ketika dominasi
nampak sepenuhnya maka perkawinan monohibrid (Mm >< Mm) menghasilkan
keturunan yang menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (¾ Merah : ¼ Putih), dan
menghasilkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (¼ MM : 2/4 Mm : ¼ mm).

H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hukum Mendel I (hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari satu
gen yang berpasangan) dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet),
pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid).
2. Perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan
genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1
3. Metode Chi-Square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan
data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Rumus Chi-Square test (x2) :
Keterangan :
O = hasil pengamatan
E = harapan
LAMPIRAN

Ganbar hasil persilangan monohibrida

Gamet Merah Gamet Merah Muda

Gamet Putih
Jawanan permasalahan :

1. Perbandingan yang diperoleh kelompok genotip adalah 1 : 2,33 : 1 dan


perbandingan fenotip adalah 3.35 : 1
2. Hasil dari perbandingan dengan hasil kelompok lain yaitu hampir sama dengan
kelompok lain, hasil mendekati perbandingan genotip 1:2:1 dan fenotip 3:1 karena
didalam percobaan terbukti kebenaran prinsip segregasi bebas.
3. Hasil yang kelompok peroleh dapat dipercaya kebenarannya, tidak menyimpang
dari yang diharapkan. Karena hasil yang diperoleh telah dianalisis menggunakan
analisis Chi-square pada hipotesis awal dapat diterima.
4. Diagram persilangan
P: ♀ Merah x Putih ♂
MM mm
Gamet M m

F1 : Merah
Mm
Menyerbuk sendiri (Mm x Mm)

F2 :
Gamet ♂

M m
Gamet ♀

M MM Mm

(Merah) (Merah)

m Mm mm

(Merah) (Putih)

Merah (M) : Putih (mm) = 3 : 1


MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
Gambar Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman

Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu Dari praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
Hukum Mendel I (hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari satu gen
yang berpasangan) dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-
pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dengan satu sifat beda (monohibrid).
Perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan
genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1
Metode Chi-Square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Rumus Chi-Square test (x2) :
Keterangan :
O = hasil pengamatan
E = harapan
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Elrod, S. dan William Stansfield. 2010. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Sofro, A.S.M. 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryo. 2008.Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Widianti,Tuti.Aini H,Noor. 2014. PETUNJUK Praktikum Genetika. Semarang: Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Yatim, Wildan.2003.Genetika.Bandung.Tarsito

Anda mungkin juga menyukai