Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN VENTILATOR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATANDARURAT CA TYROID

KONSEP DASAR

1. Pengertian.

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.
(Brunner dan Suddarth, 1996).

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda
Juall 2000)

Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu
alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif
atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)

Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau


negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi
kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan
transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

II. Indikasi Pemasangan Ventilator

1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)

2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.


3.Post Trepanasi dengan black out.

4. Respiratory Arrest.

III. Penyebab Gagal Napas

1. Penyebab sentral

a. Trauma kepala : Contusio cerebri.

b. Radang otak : Encepalitis.

c. Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.

d. Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.

2. Penyebab perifer

a.Kelaian Neuromuskuler:

 Guillian Bare symdrom


 Tetanus
 Trauma servikal.
 Obat pelemas otot.

b. Kelainan jalan napas.

 Obstruksi jalan napas.


 Asma broncheal.

c. Kelainan di paru.

 Edema paru, atlektasis, ARDS

d. Kelainan tulang iga / thorak.

 Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.

e. Kelainan jantung.

 Kegagalan jantung kiri.

IV. Kriteria Pemasangan Ventilator

Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik


(ventilator) bila :

 Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.


 Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
 PaCO2 lebih dari 60 mmHg
 AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
 Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

V. Macam-macam Ventilator.

Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:

1. Volume Cycled Ventilator.

Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru
pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.

2. Pressure Cycled Ventilator

Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.

3. Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)

Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

VI. Mode-Mode Ventilator.

Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan


ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung
dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mode Control.

Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode
ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien
berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan
ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)

2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten


Mandatory Ventilation.

Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau
ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu
pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga
pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.

3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport

Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.

Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.

Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

VII. Sistem Alarm

Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk


mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah
menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus
dipasang dalam kondisi siap.
VIII. Pelembaban dan suhu.

Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme


pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan
dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu
udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat,
pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat
menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit
dilakukan penghisapan.

IX. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga
aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan


memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.

X. Efek Ventilasi mekanik

Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila
kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia
lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung)
tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.

Efek pada organ lain:

Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti


hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax
darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
XI. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Pada paru

a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara


vaskuler.

b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse

c. Infeksi paru

d. Keracunan oksigen

e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

f. Aspirasi cairan lambung

g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

h. Kerusakan jalan nafas bagian atas

2. Pada sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena


akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.

3. Pada sistem saraf pusat

a. Vasokonstriksi cerebral

Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat
dari hiperventilasi.

b. Oedema cerebral

Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.

c. Peningkatan tekanan intra kranial

d.Gangguan kesadaran

e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal

a. Distensi lambung, illeus

b. Perdarahan lambung.

5. Gangguan psikologi

XII. Prosedur Pemberian Ventilator

Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:

1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%

2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB

3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit

4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik

5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:
0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan
perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil
analisa gas darah (Blood Gas)

XIII. Kriteria Penyapihan

Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB


 Volume tidal 4-5 ml/kg BB
 Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
 Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK

 Napas Spontan
o diafragma dan otot intercostalis berkontraksi à rongga dada
mengembang terjadi tekanan (-) à aliran udara masuk ke paru dan
berhenti pada akhir inspirasi
o fase ekspirasi berjalan secara pasif
 Pernapasan dengan ventilasi mekanik
o udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga
thorax (+)
o pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif
o ekspirasi berjalan pasif.

EFEK VENTILASI MEKANIK

A Pada Kardiovaskuler

- Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax à darah yang kembali ke jantung
terhambat à venous return menurun maka cardiac out put menurun.

- Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan (+) à sehingga darah berkurang à cardiac out put menurun.

- Bila tekanan terlalu tinggi à bisa terjadi ex oksigenasi.

A Pada organ Lain

- Akibat cardiac out put menurun à perfusi ke organ lainpun akan menurun
seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.

- Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat à TIK meningkat.

TERAPI OXIGEN

Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau
hiperkabinya serta keadaan penderita.
Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)

PARAMETER ACCAPTABLERANGE (TIDAK FISIOTERAPI INTUBASI


PERLU TERAPI KHUSUS) DADA, TRACHEOSTOMI
TERAPI VENTILASI
OKSIGEN, MEKANIK.
MONITORING
KETAT
1. MEKANIK

- Frekwensi 12 - 25 25 - 35 > 35
nafas
- Vital capacity 70 - 30 30 - 15 < 15
(ml/kg)
- Inspiratori 100 - 50 50 - 25 < 25
force, CmH2O

2. OKSIGENASI

- A - aDO2 50 - 200 200 - 350 > 350


100% O2 mmHg
- PaO2 mmHg 100 - 75 200 - 70 < 70
(Air) ( O2 Mask) ( O2 Mask )
3. VENTILASI

- VD / VT 0,3 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6


- PaCO2 35 - 45 5 - 60 60
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengakajian yang harus dilakukan oleh perawat selama pasien terpasang


ventilator adalah :

· Primer survey

1. STATUS RESPIRASI

Status respirasi yang harus dikaji :

a. Jalan nafas seperti tipe, ukuran dan posisi ET

b. Pergerakan dada

c. Suara nafas

d. Sputum : jumlah, warna, konsistensi

e. Parameter pada ventilator meliputi :

· Modus yang diberikan

· Volume tidal

· Frekuensi pernafasan dari ventilator dan pasien

· FiO2

· PEEP

· Tekanan puncak saat inspirasi

· Alarm

f. Selang ventilator seperti kebocoran pada selang atau terdapat kondensasi dan
suhu pada selang.

g. Saturasi oksigen.

h. Foto thoraks, biasanya dilakukan setiap hari atau sesuai dengan keadaan pasien.

i. Analisa Gas Darah (AGD)

Pemeriksaan AGD dikerjakan 20-30 menit setiap ada perubahan pada pengaturan
ventilator atau tergantung pada keadaan pasien.
2. STATUS KARDIOVASKULER

Pengkajian pada status kardiovaskuler meliputi :

a.Frekuensi nadi

b.Gambaran irama EKG

c. Parameter hemodinamik :

· Tekanan darah arteri sistemik

· Tekanan vena sentral

· Tekanan arteri pulmonalis

· Tekanan kapiler arteri pulmonalis

· Curah jantung

· Skunder survey :

1. STATUS NEUROLOGI

Pengkajian terhadap status neurologi pasien adalah pengkajian terhadap kesadaran


pasien, refleks gag, reflek menelan dan reflek kornea.

2. STATUS RENAL

Pengkajian pada renal meliputi pengkajian pada produksi urin, berat jenis, dan
serum elektrolit.

3. STATUS GATROINTESTINAL

Distensi abdominal dan peristaltik usus adalah pengkajian yang harus dilakukan
pada gastrointestinal.

4.STATUS IMUNOLOGI

Pengkajian dilakukan terhadap tanda dan gejala infeksi seperti peningkatan suhu
pasien, hasil kultur sputum dan peningkatan leukosit darah.

5. PSIKOLOGIS

Pengkajian yang harus dilakukan pada psikologis pasien adalah pengkajian


terhadap gangguan rasa aman dan nyaman seperti rasa gelisah, takut dan cepat
marah.
· Tersier survey :

1. Pemeriksaan GDA

2. Ronsen dada

Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil/ tujuan Intervensi keperawatan Rasional


keperawatan
Inefektif Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Mengevaluasi
bersihan jalan asuhan keperawatan nafas 2-4 jam. keefektifan jalan
nafas selama 2x24 jam, klien nafas.
berhubungan diharapkan : dapat 2. Monitor humidifier 2. Membantu
dengan mempertahankan jalan dan suhu ventilator (35- mengencerkan secret.
intubasi, nafas pasien. KH : 37,8ºC). 3. Mencegah sekresi
ventilasi, 1. Bunyi nafas 3. Monitor status menjadi kental.
proses terdengar bersih hidrasi pasien untuk
penyakit, 2. Ronchi tidak mencegah sekresi kental.
kondisi lemah terdengar 4. Monitor ventilator 4. Mengetahui
dan kelelahan. 3. Tracheal tube tekanan dinamis untuk totalitas cara kerja
bebas hambatan peningkatan tiba-tiba ventilator secara total.
yang menunjukkan
perlengketan pada jalan
nafas.
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Ambil GDA 10-30 1. Untuk
pertukaran gas asuhan keperawatan menit setelah perubahan mengetahui arteri
berhubungan selama 2x24 jam ventilator terjadi. dalam darah secara
dengan sekresi pasien diharapkan 2. Monitor GDA atau akurat.
tertahan kerusakan pertukaran oksimetri selama periode
proses gas dapat teratasi. KH : penyapihan. 2. Untuk mengamati
penyakit atau GDA dalam batas 3. Kaji apakah posisi perubahan GDA
pengesetan normal tertentu menyebabkan selama penyapihan.
ventilator tak penurunan PaO2. 3. Beberapa posisi
tepat. 4. Monitor tanda dan membantu
gejala hipoksia dan peningkatan PaO2.
hiperkapnia. 4. Mencegah
terjadinya hipoksemia
dan hiperkapnia.
Inefektif pola Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Deteksi dini
nafas asuhan keperawatan pemeriksaan ventilator adanya kelainan atau
berhubungan selama 2x24 jam dengan petugas gangguan fungsi
dengan pasien diharapkan pola perawatan yang ventilator.
kelelahan, nafas efektif. KH: berkualitas atau petugas
pengesetan 1. Nafas sesuai respiratori tiap 1-2 jam.
ventilator dengan irama 2. Evaluasi semua 2. Bunyi alarm
tidak tepat, ventilator. alarm dan tentukan menunjukkan adanya
peningkatan 2. Volume nafas penyebabnya. gangguan fungsi
sekresi atau adekuat. ventilator.
obstruksi 3. Alarm tidak 3. Pertahankan 3. Memudahkan
selang berbunyi. resusitasi manual tetap melakukan
endotrakeal berada pada sisi tempat pertolongan bila
tidur sepanjang waktu. sewaktu-waktu ada
gangguan ventilator.
4. Monitor selang dari 4. Mencegah
terlepas. Terlipat, bocor, berkurangnya aliran
atau tersumbat. nafas.
Perubahan Setelah dilakukan 1. Timbang BB setiap 1. Untuk memantau
nutrisi kurang asuhan keperawatan hari. kebutuhan nutrisi.
dari selama 2x24 jam 2. Pertahankan 2. Tinggi kalori
kebutuhan pasien dapat masukan tinggi kalori dibutuhkan selama
tubuh mempertahankan berat dengan makanan ventilasi untuk
berhubungan badan mendekati berat perselang, nutrisi memperbaiki fungsi
dengan badan normal. Dengan parenteral total dan otot pernafasan.
penyakit KH : intralipit. Hindari
kritis, 1. BB normal kelebihan karbohidrat
peningkatan 2. Tidak ada tanda- tinggi yang dapat
kebutuhan tanda kekurangan gizi meningkatkan kadar
metabolisme, PaCO2 selama
kurang penyapihan. 3. Agar pemenuhan
kemampuan 3. Bila dipasang nutrisi tepat sesuai
untuk makan trakeostomi, evaluasi dan kebutuhan.
peroral berikan makan perselang
sesuai toleransi.
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Memudahkan
komunikasi asuhan keperawatan lingkungan, semua klien untuk
verbal selama 2x24 jam prosedur, harapan dan memahami
berhubungan pasien diharapkan alat. lingkunganya.
dengan dapat mempertahankan 2. Simpan bel 2. Agar pasien bisa
penempatan komunikasi dengan pemanggil oleh pasien meminta bantuan.
selang alternatif metode. setiap waktu.
endotrakeal Dengan KH : 3. Berikan papan 3. Memudahkan
1. Dapat catatan dan pensil, papan klien untuk
berkomunikasi tulis, kertas atau papan mengemukakan
2. Terjalin gambar. pendapatnya.
hubungan saling
percaya
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda vital, 1. Untuk
perubahan asuhan keperawatan PAP, PCWP, perfusi mengetahui adanya
perfusi selama 2x24 jam perifer, TK, dan asupan infeksi,penghitungan
berhubungan pasien diharapkan dan haluaran. output dan input.
dengan perfusi jaringan 2. Lakukan pengukuran 2. Pemantauan
ventilasi teratasi. Dengan KH : hemodinamik pada setiap ketepatan
tekanan positif 1. Mempertahankan perubahan pengesetan hemodinamik secara
TEAP, hemodinamik dan TEAP. akurat.
hipotensi. status mental stabil. 3. Periksa gas darah
2. O2 dalam campuran 20 menit
jaringan terpenuhi. setelah tiap perubahan
pengesetan TEAP sesuai
pesanan. 3. Mengevaluasi
perubahan dari darah
organ yang
disebabkan oleh
pengesetan TEAP.
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Evaluasi warna, 1. Indikator untuk
terhadap asuhan keperawatan jumlah, konsistensi, dan menilai infeksi jalan
infeksi selama 2x24 jam sputum tiap kali nafas.
berhubungan pasien diharapkan penghisapan.
dengan tidak mengalami 2. Tampung spesimen
pemasangan infeksi nosokomial. untuk kultur dan 2. Menentukan jenis
selang Dengan KH : sensitivitas sesuai kuman dan
endotrakeal 1. Tidak terjadi indikasi. sensitifitasnya
dengan infeksi 3. Pertahankan teknik terhadap antibiotik.
kondisi lemah. steril bila melakukan
penghisapan. 3. Mencegah infeksi
4. Ganti selang bosokomial.
ventilator tiap 24-72 jam.

4. Menjamin
ventilator tetap bersih
dan steril.
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu dan 1. Untuk
perubahan keperawatan selama humidifier ventilator tiap memastikan
kelebihan 2x24 jam pasien 2-4 jam. kelembaban ventilator
volume cairan diharapkan volume 2. Monitor asupan dan terjaga dengan baik.
berhubungan cairan dapat seimbang. haluaran. 2. Pemantauan input
dengan Dengan KH : dan output secara
keseimbangan 1. Tidak ada edema 3. Timbang berat badan tepat.
air positif 2. Ekstremitas pasien tiap hari. 3. Pemasukan
selama normal makanan yang buruk
ventilasi memberikan petunjuk
mekanis. 4. Hitung komplain paru tentang metabolisme.
tiap 2-4 jam 4. Memonitor
terjadinya perubahan
pada paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik.


diakseshttp://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan.html (07Juni 2014, 09.06)

Basuri, Chairul. 2012. Triase dalam KGD.


Diakseshttp://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-
mekanik.html (07Juni 2014, 09.12)

Herdman, T. Heather .2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis


Keperawatan. EGC:Jakarta

Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis.


Diakseshttp://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.html
(07 Juni 2014, 09.07)

Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses


http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html (07 Juni
2014, 09.02)

Anda mungkin juga menyukai