Anda di halaman 1dari 8

Analisis Bangunan Kantor Dengan Konsep

Green Building di Jakarta Dengan


Menggunakan Metode tipikal
Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik
Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek
yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
 Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat
dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang
telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
 Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang
telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi
 Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh.
Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah,
ruang kesenian, lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet.
Wisma Dharmala Sakti / Intiland Tower

Deskripsi Bangunan
Nama Bangunan : Wisma Dharmala / Intiland Tower

Lokasi : Jl.Jend.Sudirman kav.32, Jakarta Pusat


Type : Kantor

Arsitek : Paul Rudolph ( USA )

Luas Bangunan : 59.838,65m²

Jumlah lantai : 1 basement + 22 lantai

Tahun : 1982 – 1986

Pemilik : PT. Intiland Development Tbk

Pengelola : PT. Intiland Development Tbk (IHMP)

Menara BCA

Deskripsi Bangunan

Nama Bangunan : Menara BCA

Lokasi : Jl. MH Thamrin no.1 Jakarta 10310, Indonesia


Type : Kantor

Arsitek : Salah satu firma arsitek internasional asal Amerika Serikat, RTKL.

Luas Bangunan : 82.000 m2


Jumlah Lantai : 56 + 2 Lantai Basement

Tahun : 2004 – 2007

Tinggi : 230m

Intiland tower dan Menara BCA yang merupakan bangunan dengan konsep green
building. Perkantoran yang berada di daerah sudirman jakarta yang memperhatikan lingkungan.
Untuk menelusuri lebih dalam tentang perbandingan kedua bangunan apa saja aspek bangunan
hijau yang sudah diterapkan, maka analisis yang digunakan adalah metode tipikal.
Sebelum masuk ke analisis, penulis akan mencoba menjabarkan prinsip – prinsip green bulding dari
data yang saya dapat, berikut menurut buku Green Design for Sustainable Future karya Brenda dan
Robert Vale tahun 1996 diungkapkan enam aspek bangunan hijau, yaitu :
1. Hemat energi
Sungguh sangat idela apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit
mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat megatasinya adalah desain bangunan harus mampu
memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang
sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)


Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk
serta pengoperasian bangunan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak
lingkungan sekitar.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)


Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan
green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan
pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam
proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan,
karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan
prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green
architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
setelah mengetahui prinsip – prinsip green building, penulis akan mencoba mensandingkan kedua
bangunan tersebut.

Wisma Dharmala Sakti/ Intiland Tower

Didirikan tahun 1986 oleh arsitek Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap-atap di
Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga apabila di dalam
gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari. Terdapat pula void yang cukup besar
sehingga udara sejuk masih terasa di dalanya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di
perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun
seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca ttelah memberi panas yang cukup parah dan tidak
menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada koridor hal tersebut
masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari
juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa
pengguna merasa terik maupun kehujanan.
Menara BCA

Bangunan pencakar langit ini menggunakan double glasses sehingga hemat energi sampai 35
persen. Lahan ini juga mampu mengolah air hujan sampai seratus persen. Penggunaan teknologi ini
bisa menjadi salahsatu usaha penghematan energi dan tetap ramah lingkungan meskipun desain
bangunannya modern ataupun futurisitik. Material yang digunakan pada bangunan ini seluruhnya
merupakan material lokal.
Kesimpulan
Meskipun Wisma Dharmala/ Intiland Tower bukan merupakan bangunan bersertifikasi GBCI, namun
gedung ini telah menerapkan aspek-aspek arsitektur hijau. Dari keenam aspek arsitektur hijau,
sudah diterapkan setidaknya lima aspek pada Intiland Tower ini. Bangunan ini telah berusaha
mengoptimalkan energi yang dimiliki alamnya, merespon iklim, merespon kebutuhan pengguna dan
keadaan tapaknya, dan adanya aspek yang saling mendukung. Wisma Dharmala / Intiland Tower
yang dibangun 1982 bisa dianggap sebagai bangunan yang menginspirasi untuk bangunan –
bangunan masa kini.

Kontras dengan Wisma Dharmala Sakti / Intiland Tower yang memberikan keramahan melalui
kesederhanaan. Menara BCA, gedung seluas 450.00 meter persegi ini menggunakan teknologi
yang canggih untuk tetap ramah. Fasadnya didominasi kaca mati namun teknologinya ramah
lingkungan. Merupakan bangunan peraih sertifikasi hijau pertama di Jakarta, bangunan pencakar
langit ini menggunakan double glasses sehingga hemat energi sampai 35 persen. Lahan ini juga
mampu mengolah air hujan sampai seratus persen. Penggunaan teknologi ini bisa menjadi
salahsatu usaha penghematan energi dan tetap ramah lingkungan meskipun desain bangunannya
modern ataupun futurisitik.

Referensi

Artikel green building

7 Gedung Ramah Lingkungan di Jakarta


http://www.beritasatu.com/bisnis/56720-7-bangunan-hijau-dapat-sertifikasi-gbci.html
http://jakartaskyline.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai