Anda di halaman 1dari 35

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Judul
Mengevaluasi Performance Heat Exchanger 203-C Ditinjau dari Nilai
Pressure Drop (ΔP) Pada Unit Pretreatment CO2 di PUSRI-IB Palembang.

3.2 Latar Belakang


Penukar panas (kalor) atau dalam industri kimia populer dengan istilah
bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar
fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya
kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung begitu saja. Sebagian besar dari industri-industri
yang berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga
alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses
produksi atau operasi. Salah satu industri pupuk yaitu PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang perusahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pupuk pertama yang
didirikan di Indonesia dalam bentuk persero menggunakan alat penukar kalor
dalam proses produksinya.
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam
suatu industry termasuk di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang maka untuk
mengetahui kerja dari alat penukar kalor perlu diadakan analisis. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube
Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar
dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida
di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga
terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di luar tube.
Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan
tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side. Ada beberapa jenis heat

61
62

exchanger yang digunakan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang salah satunya


adalah jenis Heat Exchanger 203-C. Alat heat exchanger ini digunakan dalam
Unit Pre-treatment CO2 Di Pusri IB. Alat ini digunakan untuk memanaskan
larutan benfield melalui media Low Pressure Steam (L.P Steam).
Kinerja dari Heat Exchanger 203-C perlu dikontrol agar kelangsungan
proses dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka
kinerja Heat Exchanger 203-C harus selalu dievaluasi. Evaluasi ini dapat
dilakukan terhadap nilai pressure drop (ΔP). Pressure drop sendiri berpengaruh
terhadap nilai fouling factor yang berpegaruh terhadap lajunya aliran fluida,
dimana dengan semakin tingginya nilai pressure drop berarti hambatan atau nilai
fouling factornya akan semakin besar, dengan besarnya nilai fouling ini maka
friksi didalam pipa akan semakin banyak. Jika hambatan semakin banyak maka
perlu dilakukan pembersihan terhadap alat heat exchager, agar kinerja dari heat
exchager tersebut dapat berjalan maksimal sehingga perpindahan panas yang
terjadi berlangsung lebih baik dan optimal. Selama ini pemahaman mahasiswa
tentang Heat Exchanger hanya sebatas teori yang didapatkan selama proses
belajar di perguruan tinggi sehingga perlu dikaji lagi bagian Heat Exchanger
dalam skala industri terutama terkait tentang spesifikasinya.

3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami proses perpindahan panas pada alat Heat Exchanger
203-C pada unit Pretreatment CO2 di PUSRI-IB Palembang.
2. Untuk mengetahui nilai pressure drop (ΔP) pada alat Heat Exchanger
203-C pada unit Pretreatment CO2 di PUSRI-IB.

3.4 Manfaat
Adapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.
2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi industri dalam evaluasi dari Heat
Exchanger 203-C pada unit Pretreatment CO2 di PUSRI-IB Palembang.
63

3.5 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses perpindahan panas pada alat Heat Exchanger 203-
C pada unit Pretreatment CO2 di PUSRI-IB Palembang.
2. Bagaimanakah nilai pressure drop (ΔP) pada alat Heat Exchanger
203-C ?

3.6 Tinjauan Pustaka


3.6.1 Perpindahan Panas
Panas atau kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
sama sekali. Suhu adalah ukuran rata -rata energi kinetik partikel dalam suatu
benda. Panas yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara,
yaitu untuk merubah wujud benda atau untuk menaikkan suhu benda itu. Besar
panas yang diberikan pada sebuah benda digunakan untuk menaikkan suhu
tergantung pada :
 Massa benda
 Kalor jenis benda
 Perbedaan suhu kedua benda
Secara matematis persamaan dapat ditulis dengan :
𝑄 = 𝑚 × 𝐶 × ∆𝑡
Sedangkan bila panas yang diberikan digunakan untuk merubah wujud zat/benda,
maka panas yang diberikan tergantung pada massa benda saja, sesuai dengan
persamaan :
𝑄 =𝑚×𝐿
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu
suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses
terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya
pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida
dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
(Kern,1983). Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :
64

a. Perpindahan Panas Secara Konduksi, merupakan perpindahan panas antara


molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang
lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut
secara fisik.
b. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas dari
suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut
secara fisik.
c. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakan perpindahan panas tanpa
melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan
dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda
yang lain.

Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh :


1. Koefisien overall perpindahan panas
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD)
LMTD merupakan perbedaan temperature yang dipukul rata-rata setiap
bagian Heat Exchanger karena perbedaan temperature tiap bagian tidak
sama.

3.6.2 Heat Exchanger


Heat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke
fluida lainnya melalui suatu proses yang disebut dengan proses perpindahan panas
(heat transfer).
Heat Exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam
(Kern,1983), yaitu :
65

1. Heat Exchanger berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi :


a. Shell and Tube Exchanger, merupakan Heat Exchanger dengan pipa besar
(shell) berisi beberapa tube yang relatif kecil.
b. Double Pipe Exchanger, merupakan Heat Exchanger dimana pipa yang
satu berada di dalam pipa yang lebih besar yang merupakan dua pipa yang
konsentris.
c. Box Cooler, merupakan Heat Exchanger yang memiliki susunan pipa-pipa
atau beberapa bundle pipa dimasukkan ke dalam box berisi air.

2. Heat Exchanger berdasarkan jenis alirannya dibedakan menjadi :


a. Counter Current, merupakan jenis Heat Exchanger dimana fluida panas
mengalir dengan arah yang berlawan dengan media pendinginnya.
b. Co-Current, merupakan Heat Exchanger dimana fluida panas mengalir
searah dengan media pendinginnya.
c. Cross Flow, merupakan Heat Exchanger dimana fluida panas mengalir
dengan saling memotong arah dengan media pendinginnya. Heat
Exchanger ini merupakan gabungan dari counter current dan co-current
Heat Exchanger.

Aliran yang ada pada Heat Exchange dibagi atas :


a. Heat Exchanger dengan aliran searah (co-current/ parallel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi
Heat Exchanger yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar
pada sisi yang sama. Karakter Heat Exchanger jenis ini, temperatur fluida
dingin yang keluar dari Heat Exchanger tidak dapat melebihi temperatur
fluida panas yang keluar, sehingga diperlukan media pendingin atau
media pemanas yang banyak.
66

Sumber : Kern.1983.
Gambar 3.1. Co-Current Flow

b. Heat Exchanger dengan aliran berlawanan arah (counter-current flow)


Heat Exchanger jenis ini memiliki karakteristik; kedua fluida (panas dan
dingin) masuk ke Heat exchanger dengan arah berlawanan, mengalir
dengan arah berlawanan dan keluar Heat exchanger pada sisi yang
berlawanan.

Sumber : Kern. 1893.


Gambar 3.2. Counter-Current Flow

3.6.3 Shell and Tube Exchanger


Heat Exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube
(tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk silinder. Bagian
ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube yang disebut tube sheet
dan sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di sisi shell dan
di sisi tube. Pada shell and tube exchanger satu fluida mengalir didalam tube
sedang fluida yang lain mengalir di ruang antara tube bundle dan shell.
67

Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube

Sumber : Kern. 1983.


Gambar 3.3. Komponen Penyusun Heat Exchanger Jenis Shell and Tube

a) Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle.
Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan
panas.
b) Tube
Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan tempat fluida
yang akan dipanaskan ataupun didinginkan. Tube tersedia dalam berbagai bahan
logam yang memiliki harga konduktivitas panas besar sehingga hambatan
perpindahan panasnya rendah.
c) Tube sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-ujung
tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan tube.
d) Tube pitch
Tube pitch adalah jarak center-to-center diantara tube-tube yang berdekatan.
Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube
yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak terdekat
antara dua tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan dengan
susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar berikut:
68

Sumber : Kern. 1983


Gambar 3.4. Tubes Layout yang Umum pada HE

e) Channel cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi Heat Exchanger yang dapat dibuka
pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat.
f) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channel untuk membagi aliran
fluida tube.
g) Baffle
Pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat diameter
dalam shell yang disebut 25% cut segemental baffle. Baffle tersebut berlubang-
lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle. Baffle
digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih tinggi
akan diperoleh.

Sumber : Kern. 1983.


Gambar 3.5. Segmental Baffle

Keuntungan shell & tube exchanger :


1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik
untuk operasi bertekanan.
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
69

4. Prosedur pengopersian lebih mudah


5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah

Untuk menghitung pressure drop (ΔP) pada alat heat exchanger 203-C
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan penyelesaian sebagai berikut:
1. Menentukan Pysical properties Fluida pada bagian shell dan tube (Cp,µ,k).
Untuk menghitung fouling factor (Rd) diperlukan data property fisis
fluida, yaitu : viskositas (µ), kapasitas panas (cp), konduktivitas termal (k). Data
property fisis fluida untuk fluida nonviskos (µ < 1cp) dihitung pada suhu rata-rata
(Kern, 1983).
T1  T2
Tavg = ............................................................ (Kern, 1983)
2
Dimana :
Tavg = Temperatur rata-rata
T1 = Temperatur masuk
T2 = Temperatur keluar

a. Menentukan kapasitas panas (Cp)


Penentuan kapasitas panas (Cp) dapat dilihat dari figure 3 Kern, 1983.
b. Menentukan viskositas (µ)
Penentuan viskositas (µ) dapat dilihat dari figure 15 Kern, 1983.
c. Menentukan konduktivitas thermal (k)
Penentuan konduktivitas thermal (k) dapat dilihat dari tabel 5 Kern, 1983.

2. Menghitung neraca panas fluida (Qs = Qt)


Q Shell = W x Cp x ∆T ................................................... (Kern, 1983)
Q Tube = w x Cp x ∆t ..................................................... (Kern, 1983)

3. Menghitung beda temperature rata-rata logaritmik (∆t LMTD)


∆t = FT x LMTD ............................................................. (Kern.1983)
70

(T1 - t2) - (T2 - t1)


LMTD = ..........................................(Kern, 1983)
(T1 - t2)
ln
(T2 - t1)
(T 1  T 2)
R=
(t 2  t1)

(t 2  t1)
S=
(T 1  t1)

FT = Figure 18 Kern
∆t = FT x LMTD ..........................................................(Kern, 1983)

4. Menghitung Temperatur Kalorik (Tc dan tc)


Temperatur kalorik ditafsirkan sebagai temperatur rata-rata fluida yang
terlibat dalam pertukaran panas di dalam penukar panas.
Tc = T2 + Fc (T1-T2) .................................................... (Kern, 1983)
tc = t1 + Fc (t2-t1) ......................................................... (Kern, 1983)
tc
Dari Fig. 17 Kern didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan
th
tc T 2  t1
 ............................................................... (Kern, 1983)
th T 1  t 2
Tetapi jika nilai viskositas kedua fluida kurang dari 1 (µ < 1 cp) maka
temperature kalorik sama dengan temperature rata-ratanya (Tc = Tavg dan tc =
tavg) dan nilai φs = 1 ; φt = 1

5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada bagian Tube (hi dan hio)
a. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus di dalam tube (at)
Nt x a' t
at  .................................................................. (Kern, 1983)
144 x n
Dimana :
NT = Jumlah Tube
a’t = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kern
n = Jumlah tube passes
71

b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gt)


w
Gt  .......................................................................... (Kern, 1983)
at
Dimana :
Gt = mass velocity fluida dingin

c. Menghitung Reynold number (Ret)


D x Gt
Re t  ................................................................ (Kern, 1983)

Dimana :
Ret = Bilangan Reynold pada bagian tube (tidak bersatuan).
D = ID tube (ft), diperoleh dari tabel 10 Kern.

d. Mencari nilai jH
jH = Figure 24 Kern.

e. Menghitung nilai Thermal Function (Prandl Number)


cp x  1/3
( ) .................................................................... (Kern, 1983)
k
Dimana :
Cp = kapasitas panas
µ = viskositas
k = konduktivitas thermal

f. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi/ɸ)


k cp x μ 1/ 3
hi/ɸ= jH . .( ) ............................................... (Kern, 1983)
De k
ID
hio = hi x
OD
Dimana :
jH = Faktor untuk Heat Exchanger (Figure 24, Kern 1983)
72

ID = Diameter bagian dalam shell (m)


OD = Diameter bagian luar tube (m)

6. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Bagian Shell (ho)


a. Menghitung cross flow area pada bagian shell (as)
ID x C' x B
as  ................................................................ (Kern, 1983)
PT
Dimana:
ID = Diameter bagian dalam shell
C’ = Clearance = PT – OD tube
PT = Tube Pitch
B = Baffle Spacing
b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gs)
w
Gs = ........................................................................... (Kern, 1983)
as
Dimana :
Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell
as = cross flow area pada bagian shell
c. Menghitung Reynold Number (Res)
De x Gs
Re s  ................................................................ (Kern, 1983)
μ
Dimana :
Res = Bilangan Reynold pada bagian shell (tidak bersatuan)
De = Shell side equivalent diameter
d. Mencari nilai jH
jH = Figure 28 Kern
e. Menghitung nilai Thermal Fuction (Prandl Number)
cp x μ 1 / 3
( ) ......................................................................... (Kern, 1983)
k
f. Perhitungan Outside film Coefficient (h0/ɸ)
k cp x μ 1/ 3
h0/ɸ = jH . .( ) .............................................. (Kern, 1983)
De k
73

Dimana :
jH = Faktor untuk Heat Exchanger (Figure 28, Kern 1983)
k = konduktivitas thermal zat
De = Shell side equivalent diameter

7. Menghitung Corrected Cooeficient


Pada tube :
ɸt = (μ/μw) 0.14
hio = (hio/ɸ) x ɸ
Pada shell
ɸs = (μ/μw) 0.14
hio = (ho/ɸ) x ɸs

8. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan


bersih (Uc)
hioxho
Uc = ................................................................. (Kern, 1983)
hio  ho

9. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor


(UD)
Q
UD = ....................................................................... (Kern, 1983)
Axt
A = a’’x L x Nt
Dimana :
Q = Jumlah panas yang dikeluarkan
A = Luas permukaan
L = Panjang tube (m)
Nt = Jumlah tube (buah)
a’’ = tabel 10 Kern
74

10. Menghitung fouling factor (Rd)


𝑈𝐶−𝑈𝐷
Rd = 𝑈𝐶 𝑥 𝑈𝐷 ................................................................... (Kern, 1983)

11. Perhitungan Pressure Drop


Shell side:
f x Gs x Ds x N  1
2
ΔPs= ........................................ (Kern,1983)
5,22 x1010 De x s x  s

Dimana :
ΔPs = Total Pressure drop pada Shell (psi)
f = Friction factorShell (ft2/in2) (Fig.29,Kern)
Gs = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec.Gravity
N + 1 = jumlah lintasan aliran melalui baffle
Tube side:
2
f x Gt x L x n
ΔPt= .......................................... (Kern, 1983)
5,22 x 1010 D x s x  t

Dimana :
ΔPt = Pressure drop pada tube (psi)
f = Friction factortube (ft2/in2) (Fig.26, Kern)
Gt = Mass velocity (lb/hr.ft2)
Spgr = Spec.Gravity
D = Inside diameter (ft)
n = jumlah pass Tube

3.6.4 Fouling Factor (Rd)


Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukkan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam Heat Exchanger,
yang melapisi bagian dalam dan luar Tube. Fouling factor berpengaruh terhadap
proses perpindahan panas, karena pergerakannya terhambat oleh deposit. Fouling
75

factor ditentukan berdasarkan harga koefisien perpindahan panas menyeluruh


untuk kondisi bersih m kotor pada alat penukar panas yang digunakan.
Nilai fouling factor didapat dari perhitungan dan desain yang dapat dilihat
dari Tabel 12 Kern (lampiran). Apabila nilai fouling factor hasil perhitungan
lebih besar dari nilai fouling factor desain maka perpindahan panas yang terjadi
di dalam alat tidak memenuhi kebutuhan prosesnya adan harus segera
dibersihkan. Nilai fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor
desainnya agar alat Heat Exchanger dapat mentransfer panas lebih besar untuk
keperluan prosesnya. Perhitungan fouling factor berguna dalam mengetahui
apakah terdapat kotoran di dalam alat dan kapan harus dilakukan pencucian.
Fouling dapat terjadi dikarenakan adanya :
1. Pengotor berat hard deposit, yaitu kerak keras yang berasal dari hasil
korosi atau coke keras.
2. Pengotor berpori porous deposit, yaitu kerak lunak yang berasal dari
dekomposisi kerak.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fouling pada alat heat
exchanger adalah :
1. Kecepatan aliran fluida
2. Temperatur fluida
3. Temperatur permukaan dinding tube
4. Fluida yang mengalir di dalam dinding tube
Pencegahan fouling dapat dilakukan dengan tindakan – tindakan sebagai
berikut :
1. Menggunakan bahan konstruksi yang tahan terhadap korosi.
2. Menekan potensi fouling, misalnya dengan melakukan penyaringan.

Penentuan fluida dalam shell atau tube :


1. Fluida bertekanan tinggi dialirkan didalam tube karena tube standar cukup
kuat menahan tekanan yang tinggi, Fluida dengan volume yang besar
berada di tube karena adanya cukup ruangan.
76

2. Fluida berpotensi fouling dialirkan didalam tube agar pembersihan lebih


mudah dilakukan.
3. Fluida bertemperatur tinggi dan didinginkan untuk memanfaatkan
panasnya dialirkan didalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat
dihindarkan.
4. Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan didalam tube karena
pengaliran fluida dengan viskositas tinggi didalam penampang alir yang
kecil membutuhkan energi yang lebih besar.
5. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan didalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.

3.7 Pemecahan Masalah


Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 11 Juli 2016 sampai 25
Juli 2016 pada pukul 09.00 WIB. Pengambilan data di ruang kontrol panel PT
PUSRI Departemen P-IB Palembang dan meninjau langsung ke lokasi alat. Data
yang diambil di ruang panel P-IB adalah data spesifikasi alat, temperature inlet
dan outlet L.P. Steam dan laju alir serta temperature outlet benfield. Sedangkan
data yang diambil di lokasi alat yaitu temperature inlet benfield. Larutan rich
benfield dari bottom absorber 201-E menuju stipper 202-E dialirkan ke bottom
stipper dan masuk ke heat exchanger 203-C untuk dipanaskan dengan low
pressure steam, pemanasan dengan uap yang berasal dari SLL header yang
digunakan untuk membantu pelucutan CO2 dan steam akan kembali ke Steam
System 103-JTC. Aliran dari HE 203-C dapat dilihat pada gambar diberikut,
77

Gambar 3.6. Aliran Heat Exchanger 203-C

3.7.1 Data Aktual Heat Exchanger 203-C


Tabel 3.1 Kondisi Operasi Heat Exchanger 203-C
Shell Side (L.P. Steam) Tube Side (Benfield)
Tanggal Flowrate Tinlet Toutlet Flowrate Tinlet Toutlet
(lb/hr) (oC) (oC) (lb/hr) (oC) (oC)
11-Jul-16 6835,07 265,299 42,324 20771,27 74,40 120,936
14-Jul-16 6326,20 267,802 42,324 19746,93 77,247 120,936
18-Jul-16 5794,21 264,405 41,845 19022,14 78,004 119,573
21-Jul-16 5381,98 264,437 41,865 18617,66 77,727 119,585
25-Jul-16 5105,05 261,930 41,865 15842,31 76,112 119,585
∑ 5888,5 264,775 42,0446 18800,1 76,698 120,123
*Data diambil dari tanggal 11 Juli 2016 sampai 25 Juli 2016

3.7.2. Hasil Perhitungan Heat Exchanger 203-C


Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari beberapa data yang diperoleh
dari tanggal 11 Juli sampai 25 juli 2016 dengan metode Kern, diperoleh hasil
perhitungan performance HE 203-C yang dapat dilihat pada hasil dibawah ini,
78

Data tanggal 11 juli 2016


Dik,
Konversi Temperature
9
Tinlet (L.P. Steam) = (5 × 256,299℃) + 32 = 509,53 ℉

Tabel 3.2. Konversi Temperature

shell side (℉) tube side (℉)


Tinlet Toutlet Tinlet Toutlet
509,53 108,18 165,92 249,68
514,04* 108,18 171,04 249,68
507,92* 107,32 172,40 247,23
507,98* 107,35 171,90 247,25
503,47* 107,35 169,00 247,25
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

4. Menentukan Pysical properties Fluida pada bagian shell dan tube (Cp,µ,k).
Bagian Shell
509,53+108,18
Tavg = = 308, 86 ℉ ................................... (Kern, 1983)
2

Bagian Tube
165,92+249,68
Tavg = = 207,80 ℉ .................................... (Kern, 1983)
2

Dimana :
Tavg = Temperatur rata-rata
T1 = Temperatur masuk
T2 = Temperatur keluar
Tabel 3.3. Temperature Rata-rata
shell side tube side
308,8607 207,8024
311,1134 210,3647
307,625 209,8193
307,6718 209,5808
305,4155 208,1273
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
79

d. Menentukan kapasitas panas (Cp)


Penentuan kapasitas panas (Cp) dapat dilihat dari Chemical and Process
Thermodynamics 3ed by Kyle, B. G.
Pada Shell dan Tube
Tabel 3.4. Kapasitas Panas
Cp (Btu/lbf)
Steam (Shell) Benfield (Tube)
1,037 1,21
1,05 1,2
1,03 1,02
1,03 1,03
1,06 1,05

e. Menentukan viskositas (µ)


Tabel 3.5. Penentuan Viskositas
viskositas (lb/fthr)
shell side tube side
0,1 0,242 1,4 3,388
0,14 0,3388 1,44 3,4848
0,12 0,2904 1,4 3,388
0,12 0,2904 1,4 3,388
0,11 0,2662 1,44 3,4848

f. Menentukan konduktivitas thermal (k)


Tabel 3.6. Konduktivitas Termal (Dari Tabel Pusri P-IB)
K (Btu/hr ft (ft/oF))
Steam (Shell) Benfield (Tube)
0,38 0,079
0,32 0,07
0,381 0,078
0,383 0,076
0,382 0,076

5. Menghitung neraca panas fluida (Qs = Qt)


80

Tabel 3.7. Selisih temperatur inlet dan oulet


Δshell Δtube
401,355 83,7648
405,8604 78,6402
400,608 74,8242
400,6296 75,3444
396,117 78,2514

Q Shell = W x Cp x ∆T ................................................... (Kern, 1983)


𝑄𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙 = 6835,07 𝑙𝑏/ℎ𝑟 × 1,307 𝐵𝑡𝑢/𝑙𝑏 ℉ × 401,35℉ = 2844791,2 𝐵𝑡𝑢/ℎ𝑟
Q Tube = w x Cp x ∆t ..................................................... (Kern, 1983)
𝑄𝑡𝑢𝑏𝑒 = 20711,27 𝑙𝑏/ℎ𝑟 × 1,21 𝐵𝑡𝑢/𝑙𝑏 ℉ × 83,76℉ = 2105281 𝐵𝑡𝑢/ℎ𝑟
Tabel 3.8. Nilai Q Pada Shell dan Tube
Qshell side Qtube side
Btu/hr
2844791,232 2105281
2695931,766 1863483
2393164,293 1451783
2227334,451 1444819
2143528,916 1301667
Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

6. Menghitung beda temperature rata-rata logaritmik (∆t LMTD)


Hot Fluida Cold Fluida Difference
(oF) (oF) (oF)
Higher
T1 509,53 t2 249,68 259,85 ∆t2
Temp
Lower
T2 108,18 t1 165,92 57,73 ∆t1
Temp
401,35 Difference 57,73 202,11 (∆t2-∆t1)
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
∆t = FT x LMTD ............................................................. (Kern.1983)
(T1 - t2) - (T2 - t1)
LMTD = = .......................................(Kern, 1983)
(T1 - t2)
ln
(T2 - t1)
(259,85)−(57,73)
= 259,85 = 134,36 oF
ln( 57,73 )
81

(T 1  T 2) 401,35
R= = = 4,79
(t 2  t1) 57,73

(t 2  t1) 57,73
S= = = 0,16
(T 1  t1) 400,92

FT = 0,78 (Figure 18 Kern)


∆t = FT x LMTD ..........................................................(Kern, 1983)
= 0,78 x 134,36 = 104, 80 oF
Tabel 3.9. Nilai Perhitungan R, S, Faktor Koreksi, Δt, dan LMTD
R S FT Δt LMTD
4,79 0,16 0,78 104,80 134,36
5,16 0,18 0,73 102,40 140,28
5,35 0,19 0,72 101,49 140,96
5,31 0,19 0,73 102,58 140,52
5,06 0,18 0,75 102,43 136,57
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada bagian Tube (hi dan hio)
g. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus di dalam tube (at)
Diketahui :
Jumlah tube (Nt) = 910 .............................................................(Spesfifikasi HE 203-C)
Panjang tube (L) = 4000 mm = 157,48 in
Jumlah pass (n) = 1
OD=19 mm
=1,9 cm x 0,3937 in/cm= 0,74803 in= ¾ in
BWG = 16
Maka,
a’t= 0,302 ..................................................................................(Tabel 10 Kern 1983)
Nt x a' t
at  .................................................................. (Kern, 1983)
144 x n
910 𝑥 0,302
= = 1,9084 ft2
144 𝑥 1
Dimana :
82

NT = Jumlah Tube
a’t = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kern
n = Jumlah tube passes

h. Menghitung laju alir fluida dingin (Gt)


w
Gt  .......................................................................... (Kern, 1983)
at
20771,27 Ib/hr
= = 10883,72 Ib/hr ft2
1,9084 𝑓𝑡²

Tabel 3.10. Nilai Perhitungan Laju Alir Fluida Dingin (Tube Side)
Flowrate Gt
20771,27 10883,72
19746,93 10346,98
19022,14 9967,208
18617,66 9755,269
15842,31 8301,043
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
Dimana :
Gt = mass velocity fluida dingin

i. Menghitung Reynold number (Ret)


D x Gt
Re t  ................................................................ (Kern, 1983)

=(0,0486 ft x 10883,72 Ib/hr ft2)/ 3,38 Ib/ft hr = 156,33
Dimana :
Ret = Bilangan Reynold pada bagian tube (tidak bersatuan).
D = ID tube (ft), diperoleh dari tabel 10 Kern.
Tabel 3.11. Reynold Number
shell side tube side
1210,95 156,33
800,57 144,49
855,45 143,17
794,59 140,12
822,23 115,92
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
83

j. Mencari nilai jH
jH = Figure 24 Kern.
Tabel 3.12. Nilai Jh
shell side tube side
56 30
54 28
46 38
43 35
42 32

k. Menghitung nilai Thermal Function (Prandl Number)


cp x  1/3
( ) .................................................................... (Kern, 1983)
k
𝐵𝑡𝑢
1/3
0,216 °𝐹 𝑥 1,4 𝐼𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟
𝐼𝑏
=( ⁰𝐹
) = 1,275
0,077 𝐵𝑡𝑢/(ℎ𝑟)(𝑓𝑡 2 )( )
𝑓𝑡

Dimana :
Cp = kapasitas panas
µ = viskositas
k = konduktivitas thermal
Tabel 3.13. Prandl Number
Prandl Number
shell side tube side
0,65748 1,27595
0,76417 1,46057
0,68264 1,28632
0,68592 1,31404
0,66689 1,35158
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

l. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi/ɸ)


k cp x μ 1/ 3
hi/ɸ= jH . .( ) ............................................... (Kern, 1983)
De k
K/Dt ................................................................................ (Kern.1983)
0,079 𝐵𝑡𝑢/(ℎ𝑟)(𝑓𝑡²)(°𝐹/𝑓𝑡)
= = 1,62 Btu/hroF
0,048𝑓𝑡
84

Maka,
𝑘 𝑐 𝑥 𝜇 1/3
hi = jH x 𝐷 x ( ) ɸt ……………….……… (Pers 6.15 Kern 1983)
𝑘

ℎ𝑖 𝑘 𝑐 𝑥 𝜇 1/3
= jH x 𝐷 x ( ) ɸt
ɸ𝑡 𝑘
ℎ𝑖
= 30 x 1,62 Btu/hroF x 1,27 = 4,27 Btu/hroF
ɸ𝑡
𝐼𝐷
hio = hi x 𝑂𝐷 …………………………….…..…….(Pers 6.5 Kern 1983)
31,1023 𝑖𝑛
= 4,23 Btu/hroF x = 177,12 Btu/hroF
0,74803 𝑖𝑛

Dimana :
jH = Faktor untuk Heat Exchanger (Figure 24, Kern 1983)
ID = Diameter bagian dalam shell (m)
OD = Diameter bagian luar tube (m)
6. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Bagian Shell (ho)
g. Menghitung cross flow area pada bagian shell (as)
Diketahui :
ID = 790 mm .............................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
= 79 cm x 0,3937 in/cm = 31,1023 in
OD = 19 mm .............................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
= 1,9 cm x 0,3937 in/cm = 0,74803 in
Tube pitch (PT) = 23,8 mm .......................................................(Spesifikasi HE 203-C)
= 2,38 cm x 0,3937in/cm = 0,93700 in
Jumlah baffles (B) = 6 ..............................................................(Spesifikasi HE 203-C)
Jarak baffles (B) = 646 mm.......................................................(Spesifikasi HE 203-C)
646 mm / 6 = mm = 107,666 cm x 0,3937in/cm = 42,38 in Tube
clearance (C”) = PT – OD.......................................................(Kern.1983)
= 0,93700 – 0,74803 = 0,18897 in
ID x C' x B
as  ................................................................ (Kern, 1983)
PT
31,1023 𝑖𝑛 𝑥 0,18897𝑖𝑛 𝑥 42,38 𝑖𝑛
= = 1,8460 ft2
144 𝑥 0,93700 𝑖𝑛

Dimana:
85

ID = Diameter bagian dalam shell


C’ = Clearance = PT – OD tube
PT = Tube Pitch
B = Baffle Spacing
h. Menghitung laju alir fluida panas (Gs)
w
Gs = ........................................................................... (Kern, 1983)
as
6835,07 𝐼𝑏/ℎ𝑟
= = 3701,70 Ib/hr ft2
1,8460 𝑓𝑡²

Dimana :
Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell (Ib/hr ft2)
as = cross flow area pada bagian shell
Tabel 3.14. Nilai Perhitungan Laju Alir Fluida Panas (Shell Side)
Flowrate Gs
6835,07 3701,707
6326,2 3426,115
5794,21 3138,002
5381,98 2914,749
5105,05 2764,77
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

i. Menghitung Reynold Number (Res)


De x Gs
Re s  ................................................................ (Kern, 1983)
μ
Dimana :
Res = Bilangan Reynold pada bagian shell (tidak bersatuan)
De = Shell side equivalent diameter
Tabel 3.11. Reynold Number
shell side tube side
1210,95 156,33
800,57 144,49
855,45 143,17
794,59 140,12
822,23 115,92
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
86

j. Mencari nilai jH
jH = Figure 28 Kern
Tabel 3.12. Nilai Jh
shell side tube side
56 30
54 28
46 38
43 35
42 32

k. Menghitung nilai Thermal Fuction (Prandl Number)


cp x μ 1 / 3
( ) ......................................................................... (Kern, 1983)
k
𝐵𝑡𝑢 1/3
1,05 °𝐹𝑥 0,1 𝐼𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟
𝐼𝑏
=( ⁰𝐹 ) = 0,657
0,387 𝐵𝑡𝑢/(ℎ𝑟)(𝑓𝑡 2 )( )
𝑓𝑡

Tabel 3.13. Prandl Number


Prandl Number
shell side tube side
0,65748 1,27595
0,76417 1,46057
0,68264 1,28632
0,68592 1,31404
0,66689 1,35158
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

l. Perhitungan Outside film Coefficient (h0/ɸ)


k cp x μ 1/ 3
h0/ɸ = jH . .( ) .............................................. (Kern, 1983)
De k
K/Ds ................................................................................. (Kern.1983)
0,387 Btu/(hr)(ft²) (°F/ft)
= = 4,91Btu/hroF
0,07916 𝑓𝑡

Maka,
ℎ𝑜 𝑘 𝑐 𝑥 𝜇 1/3
= jH x 𝐷 x ( ) ɸs
ɸ𝑠 𝑘
ℎ𝑜
ɸ𝑠
= 56 x 4,91 Btu/hroF x 0,657= 179,50 Btu/hroF
87

Tabel 3.15. Perhitungan nilai ho, hi, dan hio


ho hi hio
179,5092 4,235911 176,1247366
158,445 4,176414 173,6509114
151,1238 4,376385 181,96549
142,6915 4,284649 178,1511808
135,153 4,165791 173,209213
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
Dimana :
jH = Faktor untuk Heat Exchanger (Figure 28, Kern 1983)
k = konduktivitas thermal zat
De = Shell side equivalent diameter
12. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan
bersih (Uc)
hioxho
Uc = ................................................................. (Kern, 1983)
hio  ho
176,12𝑥179,50
= 176,12 + = 88,90 Btu/(hr)(ft2)(oF)
179,50

13. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor


(UD).
Diketahui :
OD = ¾ in ...........................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
BWG = 16 ..........................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
a” = 0,1963 ft2 / Iin ft ......................................................... (Tabel 10 kern 1983)
L = 13,12 ft ........................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
Nt = 910 ............................................................................(Spesifikasi HE 203-C)
Q
UD = ....................................................................... (Kern, 1983)
Axt
A = a’’x L x Nt
Maka,
A = a” x L x Nt
= 0,1963 ft2/Iin ft x 13,12 ft x 910 = 2343,66496 ft2
Sehingga,
88

𝑄
UD = 𝐴 𝑥 ∆𝑡 …………………………………………. (Pers 6.11, Kern 1983)
2844791,2 𝐵𝑡𝑢/ℎ𝑟
= = 11,57 Btu/(hr)(ft2)(oF)
2343,66 𝑓𝑡² 𝑥 108,07 °𝐹

Dimana :
Q = Jumlah panas yang dikeluarkan
A = Luas permukaan
L = Panjang tube (m)
Nt = Jumlah tube (buah)
a’’ = tabel 10 Kern
Tabel 3.16. Perhitungan nilai Uc dan UD
Uc UD
88,90 11,58
82,85 11,23
82,56 10,06
79,23 9,26
75,92 8,93
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.
14. Menghitung fouling factor (Rd)
𝑈𝐶−𝑈𝐷
Rd = 𝑈𝐶 𝑥 𝑈𝐷 ................................................................... (Kern, 1983)
88,90 −11,57
== = 88,88 ℎ𝑟. 𝑓𝑡 2 . 𝑜𝐹 /𝐵𝑡𝑢
88,90 × 11,57

15. Perhitungan Pressure Drop


Shell side:
f x Gs x Ds x N  1
2
ΔPs= ........................................ (Kern,1983)
5,22 x1010 De x s x  s
Diketahui,
ReS = 866,22
f = 0,0028
s = 1,0
Ds =31,1023 in / 12= 2,5918 ft
No. Of Crosses, N+1 = 12 x L/B
= 12 x (157,48/6)= 314,96
𝑆 𝑆 𝑓𝐺 2 𝐷 (𝑁+1)
∆𝑃𝑆 = 5,22×1010 𝐷
𝑒𝑠 𝑠∅𝑠
89

Ib 2 2
0,0028 ×(3071,17 ft ) × 2,5918 ft ×314,96
hr
= = 0,0003 𝑝𝑠𝑖
5,22 ×1010 × 0,07916 ft ×1,0 ×1

Dimana :
ΔPs = Total Pressure drop pada Shell (psi)
f = Friction factor Shell (ft2/in2) (Fig.29,Kern)
Gs = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec.Gravity
N + 1 = jumlah lintasan aliran melalui baffle

Tube side:
2
f x Gt x L x n
ΔPt= .......................................... (Kern, 1983)
5,22 x 1010 D x s x  t
Diketahui,
Ret = 173,15
f = 0,00039
s = 2,428 (Buku Panduan Pusri P-IB)
𝑓𝐺 2 𝐿𝑛
∆𝑃𝑡 = 5,22×10𝑡10 𝐷
𝑒𝑡 𝑠∅𝑠
2
0,00039×(10883,72 lb/hr ft2 ) ×157,48 in×1
= = 0,001 𝑝𝑠𝑖
5,22×1010 ×0,0486 ft ×2,428 ×1

Dimana,
ΔPt = Pressure drop pada tube (psi)
f = Friction factor tube (ft2/in2) (Fig.26, Kern)
Gt = Mass velocity (lb/hr.ft2)
Spgr = Spec.Gravity
D = Inside diameter (ft)
n = jumlah pass Tube
90

Tabel 3.17. Perhitungan Nilai Fouling Factor dan Pressure Drop


Rd (hr.ft2.oF/Btu) shell side tube side
88,88918 0,000334 0,001732
87,20684 0,000286 0,001565
82,54629 0,00024 0,001453
79,21829 0,000207 0,001391
75,90323 0,000186 0,001008
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

Penentuan Efisiensi
𝑄𝑡𝑢𝑏𝑒 2105280,56
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 (%) = × 100% = × 100% = 74,00%
𝑄𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 2844791
Tabel 3.18. Perhitungan Nilai Efisiensi Aktual Heat Exchanger 203-C
Waktu (hari) Efisiensi Desain (%) Efisiensi Aktual (%)
1 80,08 74,0047
2 80,08 69,122
3 80,08 60,6637
4 80,08 64,8676
5 80,08 60,7254
*Perhitungan data selanjutnya terdapat dilampiran C.

3.8.Pembahasan
3.8.1. Proses Perpindahan Panas Pada Alat Refrigerant Condenser
Reboiler (203-C) adalah alat Heat Exchanger jenis shell and tube yang
terdapat pada CO2 Removal di Unit Ammonia Plant P-IB PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang. Reboiler (203-C) merupakan alat pemanas yang berfungsi untuk
membantu proses pelucutan (stripping) CO2 dari larutan rich benfield yang
berasal dari Stripper (202-E). Pada proses Heat Exchanger 203-C, rich benfield
yang masuk dari stripper akan dialirkan kedalam tube pada HE 203-C dan
dipanaskan dengan steam yang berada didalam shell, steam yang digunakan
berasal dari SLL Head dimana steam yang dihasilkan berupa low pressure steam.
Steam tadi akan memanaskan rich benfield dan CO2 yang ada didalam rich
benfield akan terlepas, hasil keluaran dari heat exchanger 203-C adalah lean
benfield dan akan kembali masuk kedalam stripper untuk dialirkan kedalam flash
91

tank sementara steam tadi akan kembali dialirkan kedalam system steam untuk
dipanaskan agar menghasilkan steam kembali.
Didalam 203-C, Low Pressure Steam akan mengalir dan melewati baffle
yang terpasang pada sisi shell. Sedangkan Rich Benfield mengalir sepanjang aliran
tube. Pada saat kedua fluida tersebut kontak tak langsung melalui dinding tube
dengan rambatan secara konduksi dan konveksi maka terjadi proses pertukaran
panas antara Steam dan Benfield. Benfield yang merupakan fluida dingin akan
mengalami kenaikan temperatur akibat pertukaran panas dengan Steam sedangkan
Steam akan mengalami penuruanan temperatur. Sejumlah baffle berfungsi untuk
melakukan turbulensi aliran pada shell sehingga membantu mempercepat proses
perpindahan panas yang terjadi.

6.8.2. Pembahasan Hasil Perhitungan


Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data aktual selama 5 hari, maka
diperoleh beberapa nilai yang berkaitan dengan Performance Reboiler 203-C
seperti heat loss, overall heat coefficient, fouling factor dan pressure drop.
Fouling factor dapat mempengaruhi proses perpindahan panas, karena dapat
menghambat pergerakan fluida di dalamnya akibat deposit. Nilai fouling factor
dipengaruhi oleh suhu dan laju alir massa dari fluida yang mengalir didalam shell
maupun tube, Sehingga jika fluida mengalir di dalam shell maupun di tube banyak
mengandung kotoran maka kotoran tersebut akan terakumulasi di dalam shell
maupun tube dan menyebabkan perpindahan panas menjadi terganggu.
Dari tabel 3.17. hasil perhitungan yang dapat dilihat bahawa hasil
perhitungan faktor pengotor alat Heat Exchanger 203-C yaitu secara desain 80
hr.ft2.oF/Btu dan secara aktual 88,88 hr.ft2.oF/Btu. Dapat dilihat bahwa Fouling
Factor secara aktual lebih besar dari pada factor pengotor secara desain, ini
menunjukkan bahwa alat Heat-Exchanger 203-C telah jenuh atau banyak
memiliki kandungan kotoran (impurities) baik didalam shell maupun didalam
tube. Impurities ini dapat berasal dari kerak-kerak pipa yang telah karatan atau
bisa berasal dari aliran steam dan benfield yang memiliki kadar impurities yang
92

cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya nilai fouling factor


pada alat tersebut.
Secara teori, nilai faktor pengotor sangat mempengaruhi dalam proses
perpindahan panas, tergantung dari kadar impurities dari umpan yang masuk ke
dalam shell, dalam pengendaliannya perlu dilakukan proses penghilangan kadar
impurities yang dapat membuat kerak pada dinding-dinding pipa. Hal ini
menunjukkan bahwa temperatur dan laju alir fluida dan impurities sangat
berpengaruh pada nilai fouling factor (Rd). Semakin tinggi suhu maka semakin
besar pula nilai faktor pengotor, karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan
kerak pada dinding–dinding pipa. Sebaliknya, semakin rendah suhu maka
semakin kecil nilai faktor kekotoran.
0.0004 0.002
Pressure Drop Shell (hr.ft2.oF/Btu)

Pressure Drop tube (hr.ft2.oF/Btu)


0.00035 0.0018
0.0016
0.0003
0.0014
0.00025 0.0012
0.0002 0.001
shell side
0.00015 0.0008
0.0006 tube side
0.0001
0.0004
0.00005 0.0002
0 0
75 80 85 90
Fouling Factor (hr.ft2.oF/Btu)

Gambar 3.7. Grafik Fouling Factor Berbanding Pressure Drop Shell dan Tube

Grafik resistence dirt (Rd) dan pressure drop dapat diamati bahwa
resistence dirt juga berpengaruh terhadap pressure drop dimana semakin
tingginya Rd maka pressure drop juga akan semakin tinggi, hal ini disebakan oleh
adanya impurities yang dibawa oleh fluida yang menyebabkan friksi pada tube
and shell akan semakin banyak dan perpindahan panas yang terjadi akan
terganggu karena itulah diperlukan turn around. Dari gambar 3.7 dapat diamati
bahwa pada grafik nilai pressure drop pada tube dan shell semakin tinggi dengan
tingginya nilai faktor pengotor pada heat exchanger.
93

0.8
0.7 69.12% 64.87%
74.00%
0.6 60.73%
Efisiensi (%)

0.5 60.66%
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (Hari)

Gambar 3.8. Grafik Efisiensi Aktual Terhadap Waktu


Dari grafik diatas dapat dilihat data aktual efisiensi dari 5 hari pengamatan
pada He 203-C, grafik diatas menandakan bahwa semakin hari nilai dari efisiensi
HE-203-C berkurang walaupun tidak berbeda jauh dengan efisiensi desain.
Penurunan ini dapat disebabkan oleh suhu, laju alir massa dan impurities karena
dapat dilihat pada saat temperature inlet dan outlet pada desain dan aktual
memiliki interval perbedaan yang cukup jauh seperti contoh pada temperature
inlet dan outlet desain pada shell adalah 218,7oC dan 142,3oC sedangkan pada
aktual yaitu 265,29oC dan 42,32oC pada shell. Penurunan suhu ini diakibatkan
penggunaan alat Heat Exchanger 203-C telah berumur 27 tahun, jadi perpindahan
panas yang terjadi di Reboiler 203-C sudah mulai berkurang karena faktor usia
pemakaian.
Selanjutnya adalah factor dari laju alir massa dan impurities, dapat
dikatakan jika laju alir massa fluida yang masuk kedalam Heat Exchanger 203-C
itu menurun namun banyak memiliki kandungan impurities maka otomatis proses
perpindahan panas yang terjadi akan berkurang sehingga akan mempengaruhi
performance dari alat itu sendiri dalam proses transfer massanya. Faktor pengotor
yang besar disebabkan alat Reboiler tersebut belum di Turn Around (TA) jadi
kotoran yang ada pada shell and tube menghambat kinerja sehingga menyebabkan
performa dari alat tersebut turun dan dapat menyebabkan produk yang didapat
lebih sedikit.
94

3.9. Kesimpulan dan Saran


3.9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi terhadap performance Heat Exchanger 203-C Di unit
CO2 Removal Ammonia Plant P-IB PT PUSRI Palembang dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai Fouling Factor (Rd) pada alat Heat Exchanger 203-C yaitu 88,88
hr.ft2.oF/Btu dari data aktual yang diperoleh pada tanggal 11 Juli – 25 Juli
2016.
2. Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai Fouling Factor ( Rd ) adalah
Temperatur dan Laju Alir (impurities yang dibawa oleh aliran baik steam
atau benfield ).
3. Semakin tinggi temperature operasi pada alat Heat Exchanger 203-C
sangat berpengaruh terhadap nilai Fouling Factor ( Rd ) nya, karena suhu
yang tinggi dapat menyebabkan kerak pada dinding-dinding pipa
4. Performa alat Heat Exchanger 203-C yaitu 65,81 %.

3.9.2. Saran
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Heat Exchanger 203-C,
penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Nilai fouling factor yang didapatkan menunjukkan adanya penyumbatan
pada alat HE maka dari itu perlu dilakukan pembersihan untuk
mengeluarkan kotoran-kotoran yang menempel dan terakumulasi pada
peralatan HE 203-C agar tidak menghambat proses perpindahan panas
pada peralatan tersebut.
2. Pengecekan temperature keluar untuk benfield menggunakan sensor
infrared (thermogun) pada peralatan heat exchanger 203-C harus tepat
pada titik fluida tersebut mengalir untuk menghindari kekeliruan dalam
menghitung efisiensi dari heat exchanger 203-C.
3. Perlu dilakukan perawatan dan pemeriksaan secara rutin pada heat
exchanger 203-C agar efisiensi pada alat tersebut tidak mengalami
penurunan.
95

Anda mungkin juga menyukai