Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENCEMARAN AIR IRIGASI KEC. RANCAEKEK

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Toksikologi Lingkungan

Disusun oleh:

Kelompok

Kelas J

Astie Eka Pratiwi 150510150012

Thalia Wulandari 150510150017

Liza Anda Rahmadhani 150510150274

M. Yogasra Kantiadi H 150510150276

Gifari M. Nawari 150510150277

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah. Adapun makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen Toksikologi Lingkungan.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah yang kami
susun ini, karena pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah yang telah kami selesaikan
dengan judul “Pencemaran Tanah” yang kami rasa dapat memberikan manfaat bagi kita
untuk mengetahui dan mempelajarinya.

Akhir kata penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tujuan
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Khususnya bagi kepentingan penulis dan para
pembaca umumnya. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
memberikan banyak manfaat.

Jatinangor, 09 April 2017

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
1.1 latar belakang ................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
2.1. Pencemarana Air ..................................................................................................................... 6
2.2. Sumber Pencemaran Di Sungai Citarik.................................................................................... 6
2.3. Proses Alami yang Terjadi Pada Perairan................................................................................ 7
2.4. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarik Terhadap Tanaman Pertanian ................................. 9
2.5. Pengujian Pencemaran Air .................................................................................................... 10
2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Air ............................................................. 16
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Menurut Keputusan Menteri Negara Kepedudukan dan Lingkungan Hidup


No.02/MENLH/I/1998 yang dimaksud dengan polusi/pencemaran air adalah
masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air/udara
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan
peruntukannya. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan dan ketika
tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran
ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.

Kecamatan Rancaekek merupakan salahsatu kawasan sector industry Kabupaten


Bandung. Di kawasan tersebut mengalir sungai kecil, dikenal dengan nama Sungai Cikijing,
sebagai sumber air untuk sawah dan kolam ikan serta untuk keperluan rumah tangga lainnya.
Berbagai perusahaan telah membentuk cluster industri yang sebagian besar menghasilkan
limbah cair dan membuangnya ke badan air sungai Cikijing, menyebabkan debit air meningkat
serta peningkatan akumulasi bahan berbahaya beracun (B3). Dari puluhan perusahaan di
sekitar Jalan Raya Rancaekek, yang berada di Kecamatan Cikeruh, terdapat 3 Perusahaan
yaitu: PT. Kahatex, PT. Insan Sandang dan PT Five Star, yang proses produksinya maupun
debit limbah cairnya diduga memberikan konstribusi signifikan terhadap peningkatan beban
pencemaran sungai Cikijing.

Terjadinya pencemaran lingkungan diindikasikan dengan menurunnya kualitas lahan


pertanian dan menyebab-kan menurunnya produksi, bahkan menyebabkan kematian tanaman
padi atau bulir padinya hampa dan ikan yang diusakan mati. Lebih tragis lagi, terdapat indikasi
kuat bahwa pencemaran di kawasan tersebut telah menyebabkan meningkatnya berbagai
penyakit, termasuk penyakit dalam. Persoalan pencemaran lingkungan, yang semula hanya
berdimensi teknis, telah berkembang ke dimensi sosial, hukum, ekonomi, kesehatan,
keamanan, bahkan politik dan budaya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air ?

2. Apa saja sumber pencemaran air pada irigasi kec. Rancaekek ?

3. Bagaimana dampak dari pencemaran air terhadap tanaman padi didaerah tersebut?

4. Bagaimana penanganan pencemaran tanah ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui segala aspek tentang pencemaran air pada irigasi Kec. Rancaekek.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pencemaran Air

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk


hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di
bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia
dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri,
untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk
mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal,
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

2.2. Sumber Pencemaran Di Sungai Citarik


Limbah ini berasal dari pembuangan sejumlah industri tekstil dan garmen di kawasan
Rancaekek dan Kab. Sumedang, yang dibuang sembarangan ke Sungai Cikijing dan Cimande
sehingga mengalir ke Sungai Citarik. Berdasarkan pemantauan , Minggu (10/8) di lapangan,
pada musim kemarau yang sudah berlangsung selama dua bulan lebih ini, aliran Sungai Citarik
tampak kering kerontang. Ada pun yang mengalir dan menggenangi sungai tersebut, hanya
limbah yang berwarna hitam pekat. Hasil dari pencemaran limbah industry di kawasan sungai
Citarik juga menyebabkan tercemarnya udara. pencemaran polusi udara yang berasal dari
limbah cair yang mengalir di sungai itu sudah berlangsung sejak normalisasi Sungai Citarik.
Polusi udara itu paling parah terjadi sejak 2006 hingga sekarang. Apalagi musim kemarau ini,
limbah yang mengalir di sungai menjadi sangat bau. Terlebih malam menjelang pagi, baunya
sangat tidak enak.

Dalam limbah industi yang menermari sungai Citarik mengandung beberapa senyawa
diantaranya adalah Nitrat, ammonium dan sulfat.
6
Kandungan beberapa senyawa tersebut

2.3. Proses Alami yang Terjadi Pada Perairan


Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekositem air tawar,
ekosistem estuarin, dan ekosistem laut. Habitat air tawar dibedakan menjadi dua kategori
umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau, situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai).

a. Perairan Mengalir (lotik)

Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk
karena cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat
dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena
airnya sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 1990:186)

b. Perairan Menggenang (Lentik)

Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan.


Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi perairan yang terbentuk
karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah
antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah
waduk.

7
Proses alami yang terjadi di suatu perairan dan kegiatan manusia di sekitar perairan
(seperti pertanian, pemukiman, peternakan, budidaya ikan) menjadi penyebab terjadinya
perubahan status trofik perairan. Pencemaran bahan organik saat ini telah menjadi fenomena
umum dijumpai di hampir semua perairan danau. Ledakan populasi fitoplankton dan tumbuhan
air terapung seperti eceng gondok merupakan indikasi terjadinya eutrofikasi (Chrismadha et
al., 2011). Status trofik berguna untuk memonitor kualitas air (Leitão, 2012) melalui
pemahaman terhadap siklus nutrien dan interaksinya dengan jejaring makanan dalam suatu
ekosistem (Dodds, 2007).

Pembagian danau menurut Payne (1986) dan Sumich (1992) berdasarkan keadaan
nutrisinya, danau dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

a. Danau oligotrofik, yaitu suatu danau yang mengandung sedikit nutrien (miskin
nutrien), biasanya lebih dalam dan produktivitas primernya rendah. Sedimen pada bagian dasar
kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada bagian hipolimnion
tinggi. Walaupun jumlah organisme pada danau ini rendah tetapi kenanekaragaman spesies
tinggi.

b. Danau eutrofik, yaitu suatu danau yang mengandung banyak nutrien (kaya nutrien),
khususnya nitrat dan fosfor yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan akuatik
lainnya meningkat. Dengan demikian produktivitas primer pada danau ini tinggi dan
konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa organisme pada danau ini tinggi
tetapi keanekaragaman spesies rendah.

c. Danau distrofik, yaitu suatu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan organik
dari luar danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang menyebabkan air berwarna coklat.
Produktivitas primer pada danau ini rendah, yang umumnya berasal dari fotosintesis plankton.
Tipe danau distrofik ini juga sedikit mengandung nutrien dan pada bagian hipolimnion terjadi
defisit oksigen. Suatu danau berlumpur mewakili bentuk danau distrofik ini.

Umumnya perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air
sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahanbahan terlarut yang
terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat-zat yang terdapat
di danau merupakan resultan dari zat-zat yang berasal dari aliran air yang masuk (Pyne 1986).

8
2.4. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarik Terhadap Tanaman Pertanian
Zat toksis yang menjadi penyebab pencemaran di Kecamatan Rancaekek berasal dari
hasil buangan limmbah dari pabrik, IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang tidak
optimal, serta pemahaman bahwa penggunaan IPAL dapat mengatasi seluruh jenis polutan.
Pencemaran di Kecamatan Rancaekek menyebabkan penurunan produktivitas sampai 97%.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat teridentifikasi konsentrasi logam berat yang tinggi seperti
Cu dan Zn serta logam berat beracun lain seperti Pb dan Cd pada tanah lapisan olah (0 – 20
cm). Jerami dan beras yang dihasilkan juga mengandung logam berat seperti Pb dan Cd yang
sudah melewati batas maksimum residu dalam pangan menurut World Health Organization
(WHO). Selain itu, beras yang dihasilkan dari lahan tercemar tersebut mengandung Cd dengan
konsentrasi yang melebihi ambang batas.

Lahan sawah yang terkena limbah pabrik tekstil menyebabkan pertumbuhan dan hasil
padi kurang baik (kehampaan sangat tinggi), walaupun pemeliharaan dan pemupukan sudah
mengikuti dosis anjuran (100-150 kg urea, 50- 100 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha). Akibat limbah
tekstil, kualitas tanah dan air pengairan pada saat-saat tertentu sangat jelek. Gabah kering giling
(GKG) yang diperoleh selama MH 2001-2002 (panen Maret–April) ≤ 3,5 t/ha, padahal
sebelumnya dapat mencapai 4,0–5,5 t GKG/ha.

Menurut Darmono (2001), bahan toksik logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg
menyebabkan matinya kehidupan biota air dan menurunkan produksi tanaman pangan. Petani
di Kecamatan Solokanjeruk harus 2-3 kali tandur (tanam padi) jika ada limbah dan banjir yang
masuk ke persawahan. Ada lahan sawah yang sudah tidak dapat dipakai lagi dibeberapa daerah
misalnya daerah Rancaekek karena air dan tanahnya berwarna hitam akibat endapan lumpur
limbah. Selain limbah, penyebab menurunnya luas tanam/panen di derah ini adalah
genangan/banjir selama musim hujan, terutama di daerah cekungan, dimana aliran air
terhambat akibat Sungai Citarik mengalami pendangkalan dan penyempitan, seperti di Desa
Sangiang, Rancaekek dan Desa Tangsimekar, Majalaya.

Hal ini memberikan dampak terhadap tanaman padi di daerah kecamatan Ranacekek.
Tanaman padi menjadi rusak dan kering. Jumlah anakan sedikit karena efek pencemaran pada
tanaman padi menyebabkan terganggunya pembentukan anakan. Terdapat kandungan logam
berat didalam bulir padi. Berat gabah menjadi berkurang karena dipengaruhi oleh kandungan

9
logam berat yang mengganggu proses produksi dan pematangan bulir. Terbukti dengan
ditemukannya banyak bulir yang hampa.

2.5. Pengujian Pencemaran Air


Pencemaran air dapat menyebabkan pengaruh berbahaya bagi organisme,
populasi komunitas dan ekosistem. Indikator utama kualitas air dalam ekosistem air
permukaan adalah oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO), biological oxygen
demand (BOD). Agar dapat hidup organisme memerlukan oksigen untuk proses
respirasi. Kadar oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam
volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan tertentu. Pada tekanan atmosfer
normal (1atm) dan suhu 200C, kadar oksigen maksimum terlarut dalam air adalah 9
mg/L.
Pada dasarnya polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah degradable
dan non degradable. Limbah degradable yaitu limbah yang dapat terdekomposisi
atau dapat dihilangkan dengan proses biologis alamiah., sedangkan limbah non
biodegradable adalah limbah yang tak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses
biologis alamiah.
Indikator pencemaran air dapat diketahui dan diamati baik secara visual
10
maupun pengujian, seperti :
a. Perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen.
b. Oksigen terlarut.
c. Adanya endapan, koloid, bahan terlarut.
d. Perubahan warna, bau dan rasa

11
a. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen.
Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besarnya konsentrasi ion
hidrogen didalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai antara 6,5 – 7,5. Air limbah industri belum terolah yang dibuang
langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat mengganggu kehidupan
organisme didalam sungai. Kondisi ini akan semakin parah jika daya dukung
lingkungan rendah seperti debit sungai yang kecil (Sunu, 2001).
Proses penanganan bilogik konvensional tidak dapat bekerja dengan baik di
laur daerah pH 6,5 – 8,5 dan sifat asam atau alkali harus dimodifikasi dengan cara
tertentu seperti dengan pengenceran, netralisasi, dan pengendalian proses reaksi
biologik. Air limbah yang mengandung konsentrasi asam organik yang cukup banyak
sering mempunyai pH yang rendah, dan dapat diatasi secara efektif dengan
menyesuaikan laju penghilangan denga laju input massa dari asam
(Laksmi, 1993).

b. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut adalah suatu faktor yang terpenting dalam setiap sistem
perairan. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis
tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung. Oksigen hilang
dari air oleh adanya pernafasan biota, penguraian bahan organik, aliran masuk air
bawah tanah yang miskin oksigen, adanya besi, dan kenaikan suhu.

12
c. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Biological Oxygen Deman (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologi adalah
suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat
organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Kalau suatu badan air tercemar oleh zat-zat organic, bakteri tersebut dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bias
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan
dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Pemeriksaan BOD didasarkan reaksi
oksidasi zat organik dengan oksigen didalam air, dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida,
air, dan amoniak. Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari
dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100%
tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat digunakan untuk menafsirkan beban
pencemaran zat organis (Alaerts, 1987).

d. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

COD (Chemichal Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah


jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada
dalam satu liter air, dimana K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (Oxidating
Agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis

13
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen dalam air (Alaerts, 1987).

Analisis BOD dan COD dari suatui limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang
berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai COD selalu lebih
tinggi dari nilai BOD. Perbedaan diantara kedua nilai disebabkan oleh banyak factor
seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak tahan terhadap
oksidasi kimia, seperti lignin, bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan
peka terhadap oksidasi biokimia tetapi dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak
berantai panjang, atau sel-sel mikroba, dan adanya bahan toksik dalam limbah yang
mengganggu uji BOD tetapi tidak dengan COD (Laksmi, 1993).

e. TSS (Total Suspended Solid)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang


menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih
kecil dari sedimen seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lain-
lain.Misalnya air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk tersuspensi.

Air buangan selain mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah yang


bervariasi, juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, seperti protein.
Air buangan industri makanan mengandung padatan tarsuspensi yang relatif tinggi.

14
Padatan terendap dan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesa.
Pengukuran langsung padatan tersuspensi (TSS) sering memakan waktu cukup
lama. TSS adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam volume air tertentu,
yang biasanya dinyatakan dalam mg/L atau ppm.

Partikel tersuspensi akan menyebarkan cahaya yang datang, sehingga


menurunkan intensitas cahaya yang disebarkan. Padatan tersuspensi dalam air
umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, sisa tanaman dan limbah industri
(Sunu, 2001).

f. TDS (Total Dissolved Solids)

Total dissolved solid atau total padatan terlarut merupakan bahan dalam air
yang dapat melewati filter dengan 2.0 mikrometer atau lebih kecil ukuran rata-rata
nominal pori. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan residu sangat penting dan
mempengaruhi hasil karena bobot yang hilang akibat bahan organik volatil, air , air
kristalisasi, gas yang keluar akibat dekomposisi kimia sebagai bobot akibat oksidasi
tergantung suhu dan waktu pemanasan. Suhu pemanasan TDS adalah 180±2 derajat
celcius.
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan
positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi
tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak.

15
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh
karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk
menentukan kualitas umum dari air. (Oram, B.,2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling
umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan
kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan
molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari
aliran permukaan.

2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Air


Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh
instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah
dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Programini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang
berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga
berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat
setempat (KLH, 2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis
yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala
macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran.
Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan
pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan
secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya,

16
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran.
Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula
mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Kitapun perlu
memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah
menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian
kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan
sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti
makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat
unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat
pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut
menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya
berdampak pada siklus air alam.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya
akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau
degradable (dapat didegradasi alam),Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat
meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi makhluk hidup dan lingkungan.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara
baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi
kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin
benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus
dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social
(kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi
tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan
lebih efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan
berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat
sumber air yang aman, bersih dan sehat.

17
18
BAB III
KESIMPULAN

Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan, keselamatan dan akhirnya


berakibat pada pembangunan ekonomi. Bencana krisis air dapat merupakan ancaman
bagi keberlangsungan generasi yang akan datang. Ditinjau dari segi kualitas dan
kuantitas, kondisi sumber air makin menurun dan berkembangnya berbagai sumber
penyakit. Tingginya pencemaran air disebabkan limbah industri yang tidak diolah
dahulu serta limbah rumah tangga pada pemukiman yang dibuang ke badan sungai.
Terbatasnya upaya pengendalian pencemaran air diperparah dengan rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta kurangnya penegakan hukum bagi
pelanggar pencemaran lingkungan. Diperlukan pendekatan yang komprehensif dan
holistic bagi penanggulangan pencemaran air, agar dapat dipertahankan kualitas
lingkungan yang baik. Pemerintah juga hendaknya mengeluarkan kebijakan yang pada
dasarnya merangsang pengguna air untuk melakukan efisiensi dengan menganggap
bahwa air merupakan sumberdaya yang terbatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Chrismadha, T., G. S. Haryani, M. Fakhrudin dan P. E. Hehanussa. 2011. Aplikasi


ekohidrologi dalam pengelolaan danau. Prosiding Seminar Nasional
Ekohidrologi. p. 25-44.
Dena N. H. 2004. Skripsi Pengolahan Air lindi Dengan Menggunakan Enceng Gondok
(Eichhornia crassipes). UPN “Veteran” Jatim. Surabaya. (Tidak Dipublikasikan)
Doods, W. K., 2007. Trophic state, eutrophication and nutrient criteria in streams.
TRENDS in Ecology and Evolution Vol.22 No.12. p. 669-676.
www.sciencedirect.com. diunduh tanggal 09 April 2017
Leitão, P. C., 2012. Management of the trophic status in Portuguese reservoirs. 20 p.
http://swat.tamu.edu/ media/56573/b4-3-leitao.pdf. Diunduh tanggal 09 April
2017
Nursyamsi, Sulaeman, dkk. 2001. Kandungan Beberapa Ion di Dalam Sumber Air di
Sub Das Citarik dan Das Kaligarang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat, Bogor.
Suganda, H., Setyorini, D., Kusnadi, H., dkk. 1971. Evaluasi Pencemaran Limbah
Industri Tekstil Untuk Kelestarian Lahan Sawah.
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14000.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai