Disusun oleh:
Kelompok
Kelas J
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah. Adapun makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen Toksikologi Lingkungan.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah yang kami
susun ini, karena pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah yang telah kami selesaikan
dengan judul “Pencemaran Tanah” yang kami rasa dapat memberikan manfaat bagi kita
untuk mengetahui dan mempelajarinya.
Akhir kata penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tujuan
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Khususnya bagi kepentingan penulis dan para
pembaca umumnya. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
memberikan banyak manfaat.
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
3. Bagaimana dampak dari pencemaran air terhadap tanaman padi didaerah tersebut?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui segala aspek tentang pencemaran air pada irigasi Kec. Rancaekek.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam limbah industi yang menermari sungai Citarik mengandung beberapa senyawa
diantaranya adalah Nitrat, ammonium dan sulfat.
6
Kandungan beberapa senyawa tersebut
Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk
karena cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat
dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena
airnya sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 1990:186)
7
Proses alami yang terjadi di suatu perairan dan kegiatan manusia di sekitar perairan
(seperti pertanian, pemukiman, peternakan, budidaya ikan) menjadi penyebab terjadinya
perubahan status trofik perairan. Pencemaran bahan organik saat ini telah menjadi fenomena
umum dijumpai di hampir semua perairan danau. Ledakan populasi fitoplankton dan tumbuhan
air terapung seperti eceng gondok merupakan indikasi terjadinya eutrofikasi (Chrismadha et
al., 2011). Status trofik berguna untuk memonitor kualitas air (Leitão, 2012) melalui
pemahaman terhadap siklus nutrien dan interaksinya dengan jejaring makanan dalam suatu
ekosistem (Dodds, 2007).
Pembagian danau menurut Payne (1986) dan Sumich (1992) berdasarkan keadaan
nutrisinya, danau dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Danau oligotrofik, yaitu suatu danau yang mengandung sedikit nutrien (miskin
nutrien), biasanya lebih dalam dan produktivitas primernya rendah. Sedimen pada bagian dasar
kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada bagian hipolimnion
tinggi. Walaupun jumlah organisme pada danau ini rendah tetapi kenanekaragaman spesies
tinggi.
b. Danau eutrofik, yaitu suatu danau yang mengandung banyak nutrien (kaya nutrien),
khususnya nitrat dan fosfor yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan akuatik
lainnya meningkat. Dengan demikian produktivitas primer pada danau ini tinggi dan
konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa organisme pada danau ini tinggi
tetapi keanekaragaman spesies rendah.
c. Danau distrofik, yaitu suatu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan organik
dari luar danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang menyebabkan air berwarna coklat.
Produktivitas primer pada danau ini rendah, yang umumnya berasal dari fotosintesis plankton.
Tipe danau distrofik ini juga sedikit mengandung nutrien dan pada bagian hipolimnion terjadi
defisit oksigen. Suatu danau berlumpur mewakili bentuk danau distrofik ini.
Umumnya perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air
sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahanbahan terlarut yang
terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat-zat yang terdapat
di danau merupakan resultan dari zat-zat yang berasal dari aliran air yang masuk (Pyne 1986).
8
2.4. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarik Terhadap Tanaman Pertanian
Zat toksis yang menjadi penyebab pencemaran di Kecamatan Rancaekek berasal dari
hasil buangan limmbah dari pabrik, IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang tidak
optimal, serta pemahaman bahwa penggunaan IPAL dapat mengatasi seluruh jenis polutan.
Pencemaran di Kecamatan Rancaekek menyebabkan penurunan produktivitas sampai 97%.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat teridentifikasi konsentrasi logam berat yang tinggi seperti
Cu dan Zn serta logam berat beracun lain seperti Pb dan Cd pada tanah lapisan olah (0 – 20
cm). Jerami dan beras yang dihasilkan juga mengandung logam berat seperti Pb dan Cd yang
sudah melewati batas maksimum residu dalam pangan menurut World Health Organization
(WHO). Selain itu, beras yang dihasilkan dari lahan tercemar tersebut mengandung Cd dengan
konsentrasi yang melebihi ambang batas.
Lahan sawah yang terkena limbah pabrik tekstil menyebabkan pertumbuhan dan hasil
padi kurang baik (kehampaan sangat tinggi), walaupun pemeliharaan dan pemupukan sudah
mengikuti dosis anjuran (100-150 kg urea, 50- 100 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha). Akibat limbah
tekstil, kualitas tanah dan air pengairan pada saat-saat tertentu sangat jelek. Gabah kering giling
(GKG) yang diperoleh selama MH 2001-2002 (panen Maret–April) ≤ 3,5 t/ha, padahal
sebelumnya dapat mencapai 4,0–5,5 t GKG/ha.
Menurut Darmono (2001), bahan toksik logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg
menyebabkan matinya kehidupan biota air dan menurunkan produksi tanaman pangan. Petani
di Kecamatan Solokanjeruk harus 2-3 kali tandur (tanam padi) jika ada limbah dan banjir yang
masuk ke persawahan. Ada lahan sawah yang sudah tidak dapat dipakai lagi dibeberapa daerah
misalnya daerah Rancaekek karena air dan tanahnya berwarna hitam akibat endapan lumpur
limbah. Selain limbah, penyebab menurunnya luas tanam/panen di derah ini adalah
genangan/banjir selama musim hujan, terutama di daerah cekungan, dimana aliran air
terhambat akibat Sungai Citarik mengalami pendangkalan dan penyempitan, seperti di Desa
Sangiang, Rancaekek dan Desa Tangsimekar, Majalaya.
Hal ini memberikan dampak terhadap tanaman padi di daerah kecamatan Ranacekek.
Tanaman padi menjadi rusak dan kering. Jumlah anakan sedikit karena efek pencemaran pada
tanaman padi menyebabkan terganggunya pembentukan anakan. Terdapat kandungan logam
berat didalam bulir padi. Berat gabah menjadi berkurang karena dipengaruhi oleh kandungan
9
logam berat yang mengganggu proses produksi dan pematangan bulir. Terbukti dengan
ditemukannya banyak bulir yang hampa.
11
a. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen.
Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besarnya konsentrasi ion
hidrogen didalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai antara 6,5 – 7,5. Air limbah industri belum terolah yang dibuang
langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat mengganggu kehidupan
organisme didalam sungai. Kondisi ini akan semakin parah jika daya dukung
lingkungan rendah seperti debit sungai yang kecil (Sunu, 2001).
Proses penanganan bilogik konvensional tidak dapat bekerja dengan baik di
laur daerah pH 6,5 – 8,5 dan sifat asam atau alkali harus dimodifikasi dengan cara
tertentu seperti dengan pengenceran, netralisasi, dan pengendalian proses reaksi
biologik. Air limbah yang mengandung konsentrasi asam organik yang cukup banyak
sering mempunyai pH yang rendah, dan dapat diatasi secara efektif dengan
menyesuaikan laju penghilangan denga laju input massa dari asam
(Laksmi, 1993).
12
c. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Biological Oxygen Deman (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologi adalah
suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat
organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Kalau suatu badan air tercemar oleh zat-zat organic, bakteri tersebut dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bias
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan
dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Pemeriksaan BOD didasarkan reaksi
oksidasi zat organik dengan oksigen didalam air, dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida,
air, dan amoniak. Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari
dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100%
tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat digunakan untuk menafsirkan beban
pencemaran zat organis (Alaerts, 1987).
13
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen dalam air (Alaerts, 1987).
Analisis BOD dan COD dari suatui limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang
berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai COD selalu lebih
tinggi dari nilai BOD. Perbedaan diantara kedua nilai disebabkan oleh banyak factor
seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak tahan terhadap
oksidasi kimia, seperti lignin, bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan
peka terhadap oksidasi biokimia tetapi dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak
berantai panjang, atau sel-sel mikroba, dan adanya bahan toksik dalam limbah yang
mengganggu uji BOD tetapi tidak dengan COD (Laksmi, 1993).
14
Padatan terendap dan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesa.
Pengukuran langsung padatan tersuspensi (TSS) sering memakan waktu cukup
lama. TSS adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam volume air tertentu,
yang biasanya dinyatakan dalam mg/L atau ppm.
Total dissolved solid atau total padatan terlarut merupakan bahan dalam air
yang dapat melewati filter dengan 2.0 mikrometer atau lebih kecil ukuran rata-rata
nominal pori. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan residu sangat penting dan
mempengaruhi hasil karena bobot yang hilang akibat bahan organik volatil, air , air
kristalisasi, gas yang keluar akibat dekomposisi kimia sebagai bobot akibat oksidasi
tergantung suhu dan waktu pemanasan. Suhu pemanasan TDS adalah 180±2 derajat
celcius.
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan
positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi
tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak.
15
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh
karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk
menentukan kualitas umum dari air. (Oram, B.,2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling
umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan
kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan
molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari
aliran permukaan.
16
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran.
Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula
mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Kitapun perlu
memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah
menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian
kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan
sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti
makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat
unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat
pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut
menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya
berdampak pada siklus air alam.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya
akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau
degradable (dapat didegradasi alam),Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat
meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi makhluk hidup dan lingkungan.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara
baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi
kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin
benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus
dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social
(kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi
tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan
lebih efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan
berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat
sumber air yang aman, bersih dan sehat.
17
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20