PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan
mereka mempunyai fungsi yang spesifik.Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang
menghubungkan sel-jantung yang lainnya.Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel
dalam satu koordinasi.Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Definisi jaringan
itu sendiri yaitu gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang sama
dalam suatu ikatan. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam
melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot),
penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat
cair (darah) dan lainnya.
Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai
dengan fungsinya.Pada saat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers)
berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan
utama, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Sedangkan
materi yang akan dibahas dan dikupas disini yaitu mengenai jaringan pada hewan terutama
jaringan ikat.
Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atasunsur-
unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang berfungsisebagai
energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan kemampuan berkontraksi dan
berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada lagi aliran darahdan respirasi maka otot
sampai waktu tertentu tidak lagi berkontraksi. Atau dikatakaninstalasi rigor mortis sudah
terbentuk, ditandai dengan kekakuan otot (tidakekstensibel).Proses biokimia yang
berlangsung sebelum dan setelah ternak mati sampaiterbentuknya rigor mortis pada
umumnya merupakan suatu kegiatan yang besar perannya terhadap kualitas daging yang
akan dihasilkan pascarigor. Kesalahan penanganan pascamerta sampai terbentuknya rigor
mortis dapat mengakibatkan mutudaging menjadi rendah ditandai dengan daging yang
berwarna gelap (dark firm dry)atau pucat ( pale soft exudative) ataupun pengkerutan karena
dingin (cold shortening )atau rigor yang terbentuk setelah pelelehan daging beku (thaw
rigor).
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dijawab melalui pembahasan dari makalah ini
adalah :
1. Jelaskan pengertian dan fungsi dari jaringan ikat.
2. Uraikan komponen-komponen dari jaringan ikat.
3. Uraikan macam-macam jaringan ikat.
4. jelaskan pengertian rigor mortis
5. jelaskan fase dari rigor mortis
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan
pengertian, fungsi, komponen, dan macam-macam dari jaringan ikat.Sedangkan kegunaan
dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
jaringan ikat serta sebagai referensi dan sumber informasi untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. JARINGAN IKAT
a. Pengertian dan Fungsi Jaringan Ikat
Jaringan ikat berkembang dari mesenkim, yang berasal dari mesoderm (lapisan
tengah embrio). Selain menjadi jaringan ikat (darah, tulang rawan, tulang, dan lemak),
mesenkim juga menjadi jaringan lain berupa otot, pembuluh darah, beberapa kelenjar,
dan epitelium. Letak sel-sel jaringan ikat tidak berhimpitan rapat (berpencar-pencar),
jika berhubungan hanya pada ujung-ujung protoplasmanya.Jaringan ikat tidak terdapat
pada permukaan luar tubuh. Jaringan ikat mengandung banyak pembuluh darah, kecuali
pada tulang rawan.Berbeda dengan sel epitel, populasi sel-sel jaringan ikat lebih jarang
dan menyebar di dalam matriks. Jaringan ikat berfungsi mengikat dan mendukung
jaringan lainnya.Sebaliknya dari jaringan epitel, jaringan ikat memiliki kumpulan sel
yang tipis dan renggang. Berdasarkan struktur dan fungsinya
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi untuk mengikat sel-sel sehingga
membentuk suatu jaringan dan mengikat suatu jaringan dengan jaringan lainnya,
menyokong dan melindungi bagian bagian tubuh, mengisi rongga-rongga yang kosong,
menyimpan lemak (sumber energi), dan untuk transposrtasi. Dengan kata lain fungsi
dari jaringan ikat adalah :
a. Untuk melekatkan suatu jaringan dengan jaringan lain.
b. Membungkus organ-organ.
c. Mengisi rongga diantara organ-organ.
d. Menghasilkan imunitas.
Bahan dasar penyusun matriks berupa bahan homogen setengah cair yang terdiri
dari mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Matriks bersifat lentur jika asam
hialuronatnya tinggi dan akan bersifat kaku jika mukopolisakaridanya tinggi. Bahan
dasar yang terdapat dalam sendi bersifat kental, sedangkan yang terdapat dalam tulang
punggung bersifat padat
Jaringan ikat biasa dibedakan menjadi jaringan ikat longgar dan jaringan ikat
padat.
c. Jaringan Darah
Darah merupakan jaringan ikat.Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau 6–10%
dari berat tubuh.Darah beredar dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler.Jaringan
darah terdiri atas substansi cair dan substansi padat.Substansi cair disebut plasma darah,
sedangkan substansi padat berupa sel-sel darah. Perhatikan Gambar 7. Ada tiga tipe sel
darah, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit
(keping-keping darah).
Leukosit ada dua macam, yaitu granulosit (leukosit bergranula) dan agranulosit
(leukosit tak bergranula).Granulosit meliputi neutrofil, eosinofil, dan
basofil.Agranulosit meliputi limfosit dan monosit.Sel-sel darah terdapat dalam plasma
darah.
Darah mempunyai beberapa fungsi berikut.
Limfa merupakan suatu cairan yang dikumpulkan dari berbagai jaringan dan
kembali ke aliran darah.Komponen selular berupa limfosit dan granulosit (neutrofil,
eosinofil, dan basofil).Cairan limfa mengalir dalam saluran yang disebut pembuluh
limfa yang berada sejajar dengan pembuluh vena darah.Fungsi limfa adalah
mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, dan zat-zat lain dari jaringan ke sistem
peredaran.
B. RIGOR MORTIS
Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih diawali
fase prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya
kekakuan pada otot. Pada saat kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya rigor
mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat. (Lawrie dan Ledward,
2006). Rigor mortis atau kekauan otot setelah kematian. Selama konversi otot menjadi
daging terjadi proses kekakuan otot. Kekakuan otot setelah kematian dan otot menjadi
tidak dapat diregangkan disebut rigor mortis menurut (Dr. Ir. Soeparno). Proses
rigormortis dan kontraksi otot secara esensial adalah sama tetapi pada kondisi
rigormortis relaksasi tidak mungkin terjadi. Rigormortis terjadi setelah cadangan energi
otot menjadi habis atau sudah tidak lagi mampu dalam menggunakan cadangan energi.
Rigormortis berkaitan dengan semakin habisnya ATP dari otot.
Dengan tidak adanya ATP, filamen aktin dan filamen miosin saling menindih dan
terkunci brsama-sama membentuk ikatan aktomiosin yang permanen, dan otot menjadi
tidak dapet di renggangkan. perkembangan proses rigor mortis terdiri dari 3 fase,yaitu :
fase penundaan, fase cepat, fase pasca kaku. proses hilangnya daya renggang otot sampai
terbentuknya kompleks aktomiosin, mula-mula berlangsung secara lambat selama
beberapa jam (fase penundaan), kemudian berlangsung secara cepat (fase cepat), akhirnya
berlangsung secara konstan. dengan kecepatan rendah sampai tercapainya kekakuan
(rigor). waktu untuk mencapai fase cepat dalam perkembangan rigor mortis pada
temperatur tertentu tergantung pada ATP otot. Pada awal periode post mortem ATP otot
menurun secara perlahan-lahan karena masih terdapat aktivitas ATP.
Kurva rigor mortis dari dada ayam dan itik pada suhu 4 ° C dan 15 ° C.
Table 1. Mathematical models for rigor mortis of
chicken and duck breasts at 4°C and 15 °C
Menurut (MCKEE S. R. and SAMS A. R, 1997) dalam jurnal yang berjudul : Rigor
Mortis Development at Elevated Temperatures Induces Pale Exudative Turkey Meat
Characteristics. Temperatur post-mortem menjadi faktor paling penting yang
mempengaruhi proses kekakuan dan kualitas daging secara keseluruhan (Lee etal, 1979.).
de Femery dan Pool (1960) menunjukkan bahwa kalkun yang mengalami proses
postmortem pada suhu 37 sampai dengan 41 C selama rigor mortis dapat mempercepat
laju glikolisis post-mortem.
Pada babi menunjukkan bahwa percepatan terjadinya rigor mortis terjadi saat suhu karkas
tinggi. Secara khusus, Briskey(1964) menjelaskan bahwa pH rendah dikombinasikan
dengan suhu tinggi akan mempercepat proses rigor mortis karkas akibat adanya
denaturasi protein dalam otot. Hilangnya fungsi protein karena adanya denaturasi protein
dianggap sebagai faktor utama yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik
daging.Selain itu, fase rigormortis daging babi pada temperatur tinggi yaitu pada suhu
37⁰C selalu menghasilkan karakteristik daging yang lebih baik atau menghasilkan
keempukan daging yang maksimal dan berkualitas.Sedangkan, suhu berkisar dari 10
hingga 25⁰C telah ditemukan tidak memiliki mempengaruhi keempukan daging unggas.
Dari data diatas diuji beda tiap menit pada kelompok I dan kelompok II apabila
terdapat kelompok dengan p>0,005 maka tidak terdapat perbedaan kontraksi maka tidak
terjadi kontraksi otot. Pada keadaan ini maka dapat disimpulakan bahwa saat itu terjadi
proses rigor mortis. Kemusian hasil tersebut dibandingkan antara perlakuan I dan
perlakuan II maka akan terdapat perbedaan waktu saat terjadinya rigor mortis.
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menilai perbandingan tiap kelompok
dengan dilihat pada table. Analisa pada kelompok perdarahan :
Menit30-menit60 Menit60-menit90 Menit90-menit120
Asymp.sig 0,027 0,062 0,003
Pada hasil uji non parametric kolmogrov smirnov pada kelompok perdarahan
dipatkan tidak ada perbedaan pada menit tersebut tidak terjadi kontraksi otot yang
menunjukkan sifat rigor mortis(kaku) terjadi pada menit ke 60-90 karena pada menit
tersebut tidak terjadi kontraksi otot yang menunjukkan sifat rigor (kaku) pada otot
tersebut
.
Pada hasil uji non parametric Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok asfiksia :
Menit30-menit60 Menit60-menit90 Menit90-menit120
Asymp.sig 0,000 0,032 0,001
Dari data diatas didapatkan bahwa semua hasil menunjukkan ada perbedaan
(p<0,005).Hal ini menujukkan masih adanya kontraksi otok meskipun terdapat penurunan
kekuatan kontraksi otot.Hal ini disebabkan karena menurunya jumlah cadangan energy
dalam otot.Hal ini dapat disumpulkan bahwa rigor mortis (kaku mayat) terjadi pada menit
>120.
Dari kedua hal diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proses rigor
mortis pada kelompok II (asfiksia) terjadi lebih lambat daripada kelompok I (perdarahan),
maupun sebaliknya.
Dari hasil penelitian didapatkan ada perbedaan pada proses kematian pada rigor
mortis (kaku) pada. kelompok perdarahan akibat penusukan dan kelompok asfiksia akibat
penjeratan.
Hal ini dapat dinilai adanya perbedaan waktu antara kelompok perdarahan dan
asfiksia.Pada kelompok perdarahan rigor mortis terjadi pada menit60 dan menit 90,
sedangkan pada kelompok asfiksia rigor mortis (kaku) terjadi pada menit >120.
Pada kelompok perdarahan, proses rigor mortis terjadi pada menit60 dan menit90
karena pada menit tersebut tidak ada perbedaan (p>0,05) kontraksi otot yang terjadi.Pada
menit tersebut otot telah mulai kehilangan ATP dan fosfokreatinin yang digunakan
sebagai sumber utama energi didalam otot. Kehilangan energy menyebabakan tidak
adanya energi sebagai motor penggerak aktivitas otot. Sehingga pada menit 60 dan menit
90 otot telah mengalami rigor mortis (kaku).
Pada kelompok asfiksia, proses rigor mortis (kaku) tidak terjadi pada menit≤
120.Pada menit 30 dan menit 60 masih terdapat perbedaan kontraksi otot yang terjadi.
Pada menit tersebut terjadi kenaikan kekuatan kontraksi otot yang terjadi karena masih
tersedianya sumber energi didalam otot.Pada menit 60 dan menit 90 masih terdapat
perbeadaan kontraksi otot.Pada menit ini terjadi berbagai variasi bentuk.Ada yang
mengalami penurunan kontraksi maupun kenaikan kekuatan kontraksi.Sedangkan pada
menit 90 dan menit 120 banyak yang mengalami penurunan kekuatan kontraksi.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa rigor mortis (kaku) terjadi pada menit >120.
Dari kedua data diatas dapat disimpulkan bahwa kekakuan otot pada kelompok
perdarahan terjadi lebih cepat daripada kelompok asfiksia.Hal ini diakibatkan karena
pada kelompok perdarahan kehilangan oksigen terjadi lebih cepat.Kehilangan oksigen
disebabkan adanya kehilangan darah yang cepat (akut). Didalam darah terdapat
hemoglobin yang salah satu fungsinya adalah bahan transport oksigen keseluruh tubuh.
Oksigen akan berikatan dengan hemoglobin yang akan ditransport ke seluruh tubuh
melalui sistem arteri maupun vena. Sedangkan pada kelompok asfiksia, kehilangan
oksigen berlangsung lebih lambat, sehingga kehilangan ATP akan berlangsung lambat.
Dalam hal ini proses rigor mortis akan berlangsung lebih lama.
Setiap otot baik otot serat lintang, otot polos maupun otot jantung memiliki
simpanan glikogen didalam otot. Glikogen merupakan bentuk lain dari glukosa yang
diubah untuk dijadikan sebagai cadangan energi. Didalam tubuh glikogen banyak
disimpan didalam hati dan otot.Apabila dibutuhkan maka glikogen dapat diubah menjadi
glukosa yang merupakan sumbr energi didalam tubuh. Setiap satu molekul glukosa akan
diubah menjadi 40 ATP. Tanpa ATP tubuh tidak dapat melakukan menjadi metabolisme,
sehingga kekuangan ATP dapat menyebabkan prose kematian sel.
Lebih secara rinci, bahwa yang terjadi adalah membran sel otot yang yang
menjadi lebih permeable terhadap ion calcium. Aktivitas sel otot menggunakan banyak
energi untuk mengangkut ion calcium keluar dari sel. Ion calcium yang mengalir ke
dalam sel otot mempromosikan pemasangan jembatan silang (cross-bridge) antara actin
dan myosin, dua jenis serabut yang bekerja sama di dalam otot. Sehingga serabut otot
akan menjadi lebih pendek dan lebih pendek sampai mereka secara penuh
berkontraksi/memendek atau sepanjang neurotransmitter acetylcholine dan molekul
energi adenosine triphosphate ( ATP) masih ada. Bagaimanapun, otot memerlukan ATP
dalam rangka melepaskan suatu kontraksi/pemendekkan (digunakan untuk pompa
calcium ke luar dari sel sehingga serabut dapat membuka dari satu sama lain). ATP
cadangan dengan cepat dilepaskan untuk kontraksi otot dan proses selular yang lain. Ini
berarti actin dan myosin serabut akan tetap berhubungan sampai otot tersebut mengalami
relaksasi sekunder.
Pada penelitian yang lain yang dilakukan oleh Kobayashi et all, membuktikan
bahwa proses rigor mortis (kekakuan) maju dengan cepat di dalam otot merah dibanding
di dalam otot putih ditunjukkan dengan adanya korelasi positif antara waktu dengan
proses kekakuan (rigor mortis). Perbedaan dalam kekakuan rigor mortis antara otot ini
dicerminkan oleh perbedaan di dalam kekakuan mortis antara serabut otot yang utama,
tetapi penyebab dari kemajuan kekakuan mortis cepat di dalam serabut otot merah yang
tak diketahui. Kehilangan ATP, yang memudahkan kekakuan mortis, akan bersifat lebih
cepat di dalam otot merah dibanding di dalam otot putih. Adalah dimungkinkan pada
keadaan postmortem produksi ATP akan lebih sedikit di dalam otot merah dibanding di
dalam otot putih sebab serabut otot merah berisi lebih sedikit glycogen dibanding serabut
otot putih.
BAB III
A. Kesimpulan
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi untuk mengikat sel-sel sehingga membentuk
suatu jaringan dan mengikat suatu jaringan dengan jaringan lainnya, menyokong dan melindungi
bagian bagian tubuh, mengisi rongga-rongga yang kosong, menyimpan lemak (sumber
energi).komponen-komponen jaringan ikat terdiri atas matriks jaringan ikat yang tersusun atas
bahan dasar dan serat-serat (serabut-serabut jaringan ikat) dan sel-sel jaringan ikat terdiri
atas Fibroblast,
Magrofag, sel tiang, sel lemak,dan beberapa sel darah putih. jaringan ikat terbagi atas
jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan lemak, jaringan tulang rawan (kartilago), dan
jaringan tulang keras.
Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelihdiawali fase
prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri denganterjadinya kekakuan pada otot.
Padas sat kekakuan otot itulah disebut sebagaiterbentuknya rigor mortis sering diterjemahkan
dengan istilah kejang mayat
C. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua,terutama bagi
orang yang mau membacanya dan apa yang di ada dalam kandunganmakalah ini bisa kita
aplikasikan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/jaringan-ikat.html
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/tipe-tipe-dan-fungsi-jaringan-ikat/
http://blog.siswa-indonesia.net/artikel_detail-653.html
http://www.slideshare.net/NabilaArifannisa/jaringan-ikat