Anda di halaman 1dari 14

.

LAPORAN PENDAHULUAN
CA COLON

A. DEFINISI
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan
tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai
kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin
Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).(www.republika.co.id).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah
tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi
tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon
sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk
mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di
Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering
tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara
untuk mengubah kanker Colon.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National
Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi
waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker
didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat
kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat
dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar.
Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi
sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis
( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak
diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom
dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan
rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang
yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s
juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia
muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker
Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit
tersebut.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan
dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri
dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan
kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam
feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan
tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman
yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor
biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan
menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya.
Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering
terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi
pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
a. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
b. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
c. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
a. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
b. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
c. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
d. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.

E. KLASIFIKASI
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya
tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan
tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan
mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada
disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa
atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama
melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada
sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat
yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk :
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan
sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum
pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan
sel kanker dari tumor pecah menuju kerongga peritonial.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor
menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor
tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada
akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan
pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

G. PENCEGAHAN
Pencegahan Kanker Kolon :
a. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan
derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
b. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
c. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
d. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
e. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang
air besar.
f. Hidup rileks dan kurangi stress

H. PENATALAKSAAN
1. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen
darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung
atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah.
Pilihan mencakup kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi.
Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan
leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi
2. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengankolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi
merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C.
Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
3. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan
pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan
lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi
sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon
keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi
yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
5. Penatalaksanaan Diet
a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi
maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto
dada dan foto kolon (barium enema).
3. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor
dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen.
Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium
secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dancolonoscopy.
4. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh
yang sudah metastasis.
5. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada
foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu
striktura.
6. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya
metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
7. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu
ditentukan differensiasi sel.
8. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor
marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5
mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya
secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
9. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
10. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.
11. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan
anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat
atau berkurang.
12. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

J. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon diperoleh data sebagai berikut sbb:
 Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen
dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap
pola istirahat dan tidur.
 Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada
tekanan darah.
 Integritas ego
 Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress
( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/ spiritual)
 Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
 Tanda : Kontrol, depresi.
 Menyangkal, menarik diri, marah.
 Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu:
frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan
bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di
rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran
kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi
badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
 Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan
anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
 Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga
sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
 Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
 Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
 Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlehihan.
Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
 Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat
kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
 Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)
 Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara
Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis
 Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari
primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.
 Riwayat pengobatan
Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan

K. PROSES KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (NANDA):
 Pre Operasi
Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang
lain
 Post Operasi
- Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
- Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan
organ yang lain
kami mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa utama karena didasarkan pada
keluhan utama klien yaitu mengalami nyeri perut. Pada kasus ini, nyeri abdomen
tersebut karena adanya obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan
organ yang lain. Hal ini jika tidak segera ditangani akan berakibat fatal pada klien.
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
Nyeri disebabkan karena adanya insisi post pembedahan. Nyeri yang dirasakan
oleh klien dalam kasus ini sangat hebat yaitu skala 8 yang menyebabkan klien
kesulitan dalam melakukan aktifitas dan istirahat.
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
Resiko infeksi pada klien disebabkan karena adanya luka heacting pasca operasi.
Pada kasus tersebut luka pada perut klien mengalami gatal dan kemerahan, dimana
hal tersebut merupakan tanda terjadinya infeksi.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas terjadi karena adanya luka insisi post operasi menyebabkan
diskontuinitas jaringan sehingga fungsinya terganggu. Pada kasus klien mengalami
luka insisi sehingga kesulitan dalam beraktifitas. Klien mengatakan apabila
bergerak perutnya terasa amat nyeri, sehingga aktifitas klien perlu dibantu baik
oleh keluarga maupun perawat.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakseimbangan nutrisi pada klien terjadi karena fungsi digestif klien belum
berfungsi secara optimal pasca operasi, sehingga klien belum mampu mencerna
makanan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan


untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;
Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,


USA

Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta

Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI,
Jakarta.

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai