Topik : Asma
Tanggal (kasus) : 09 september 2016 Presenter : dr. Farah Bilqistiputri
Tanggal presentasi : 16 september 2016 Pendamping : dr.Farhan Noor
Tempat presentasi : Aula RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
Obyektif presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan : Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan Asma
Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pusaka
Cara membahas : Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
1. Sudoyo, Aru W. Et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.V PAPDI :
Jakarta
2. PDPI. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia
3. GINA. 2015. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Asma
2. Derajat Serangan Asma
1
3. Penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa Asma
4. Mengetahui faktor risiko Asma
Subyektif
Os datang dengan keluhan sesak nafas, sejak 1 jam SMRS. Sesak nafas dirasakan
disertai bunyi ngik. Sesak dirasakan sangat hebat, pasien kesulitan berbicara,
hanya berbicara kata per kata. Pasien hanya dapat duduk membungkuk karena
keluhan sesaknya. Sesak dirasakan setelah bermain bola di lapangan pasir 2 jam
SMRS.
Sesak sebelumnya dirasakan 1 bulan yang lalu, timbul setelah bermain bola, dan
keluhan sesak juga dirasakan sangat hebat, pasien dirawat di RSUDAM karena
keluhan tersebut, setelah pulang pasien tidak kontrol kembali.
Riwayat keluhan sesak dirasakan sejak usia 8 tahun. Selama ini ketika berobat
selalu sembuh dengann meminum obat warung. Pasien tidak pernah kontrol
penyakitnya, hanya mengobati apabila timbul gejala saja. Riwayat merokok
disangkal.
Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : CM, GCS : 15
Status Gizi : Cukup
BB ; 60kg
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi 128x/menit, isi tegangan cukup
Respirasi rate : 32x/menit
Suhu : 36,5 °𝐶
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan :
Kepala : Normoochepal, simetris.
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).
2
Hidung : Nafas cuping hidung (-) , darah (-), secret (-).
Telinga : Darah (-), secret (-).
Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher : JVP tdk meningkat, trakea di tengah
Thorax : Emfisema subkutis (-), jejas(-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi :Bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Paru
Inspeksi : Pada saat statis maupun dinamis, gerakan dada
simetris. Retraksi intercostal (-).
Palpasi : Fremitus raba kanan-kiri simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+) Ronki(-/-) Wheezing (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Trunk
3
Ekstremitas
Oedem : (-/-)
Akral : Hangat
2. Laboratorium
Darah Lengkap :
Hb : 13,8 gr/dl
Hematokrit : 51,4%
Leukosit : 8000/uL (0/0/0/53/40/7)
Eritrosit: 5.930.000/uL
Trombosit 255.000
Sesak sebelumnya dirasakan 1 bulan yang lalu, timbul setelah bermain bola, dan
keluhan sesak juga dirasakan sangat hebat, pasien dirawat di RSUDAM karena
keluhan tersebut, setelah pulang pasien tidak kontrol kembali.
Riwayat keluhan sesak dirasakan sejak usia 8 tahun. Selama ini ketika berobat
selalu sembuh dengann meminum obat warung. Pasien tidak pernah kontrol
penyakitnya, hanya mengobati apabila timbul gejala saja. Ini merupakan kondisi
asma tidak terkontrol.
Plan
Diagnosis : Obs Dispneu ec Asma serangan berat
4
Pengobatan : Pada pasien ini dilakukan tatalaksana nonmedikamentosa dan
medikamentosa. Adapun tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada pasien
ini adalah :
Tanggal 09 September 2016 (UGD), jam 21.00
S: Sesak nafas (+)
O: HR 128x/m, RR 32x/m, Wheezing ekspiratoar (++/++)
A: Asma Serangan Berat
P:
5
Bromide (Combivent) + Flexotide
1flc (II)
2. IVFD RL + ½ amp Aminofilin XX
tpm
6
Tanggal 10 September 2016 (Ruangan E1), jam 07.00
S: Sesak nafas(-)
O: HR 88x/m, RR 20x/m, Wheezing ekspiratoar (-/-)
A: Asma Serangan Berat
P:
7
A: Asma Serangan Berat
P:
Asma merupakan interaksi antara faktor penjamu/ sifat atopi, dan faktor
lingkungan. Pada pasien ini faktor penjamunya adalah memiliki ibu pasien
memiliki riwayat asma, dan punya keluhan asma sebelumnya, serta faktor
lingkungannya adalah debu atau pasir pada lapangan pasir saat bermain bola.
Spirometri dilakukan pada saat awal pasien datang dan setelah pasien dilakukan
nebulisasi. Spirometri dilakukan untuk mendiagnosis asma, menilai derajat
serangan, serja melihat obstruksi dan reversibilitas. Obstruksi jalas nafas diketahui
apabila nilai rasio VEP1/KVP <75% atau VEP1<80% nilai prediksi. Revesibilitas,
yaitu perbaikan VEP1>= 15% secara spontan setelah inhalasi bronkodilator.
8
Reversibilitas juga dapat dilihat dengan menggunakan Peak Flow Meter untuk
menilai Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Pada saat serangan asma di rumah sakit. Penilaian awal yang harus dilakukan
adalah menilai derajat serangan nya terlebih dahulu. Pada pasien sesak dirasakan
sangat berat. Pasien hanya dapat berbicara per kata, duduk membungkuk,
merupakan gejala serangan berat. Hal ini juga ditunjang dengan RR 32x/m dan
HR 128x/m.
Setelah menentukan derajat serangan, kita lakukan tatalaksana awal inhalasi beta-
2 agonis kerja singkat nebulisasi, setiap 20 menit dalam 1 jam. Pada pasien ini
awalnya hanya diberikan nebulisasi salbutamol.
Agonist beta 2 kerja singkat direkomendasikan untuk mengatasi serangan asma.
Diprioritaskan ingalasi karena onset lebih cepat dan lokal, serta efek samping
minimal. Mekanisme kerja nya adalah merelaksasi otot polos saluran napas,
meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh darah
dan modulasi pelepasan mediator sel mast.
9
kolinergik pada jalan nafas. Menimbulakn bronkodilatas dengan menurunkan
tonus kolinergik.
Setelah serangan menghilang. Kita bisa menentukan derajat beratnya asma. Pada
pasien ini keluhan kambuh bulanan. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan
derajat beratnya, pasien menderita Asma intermitten.
10
Pendidikan : Dilakukan kepada pasien dan keluarga untuk membantu pasien
meperbaiki pola hidup seperti berolahraga rutin, menghindari pencetus serangan
asthma. Pasien juga diedukasi untuk kontrol secara rutin di pusat kesehatan dan
meminum obat-obatan secara teratur. Keluarga juga diedukasi untuk melakukan
pertolongan emergency apabila keluhan sewaktu-waktu berulang.
11