GEOLOGI INDONESIA
PULAU SULAWESI
Dikerjakan Oleh :
KELOMPOK 4 :
- MUHAMMAD FAUZI
- MUQHNY
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya
penulis dapat meyelesaikan Makalah yang berjudul “Geologi Pulau Sulawesi”
pada Matakuliah Geologi Indonesia.
Makalah ini disusun dengan maksud agar dapat mengetahui proses geologi
terkait pulau Sulawesi.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Penulis menyadari dalam Penulisan laporan ini, masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dengan kerendahan hati dimohon kritik dan saran demi
kesempurnaan Laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..
3
4.2.3 Tumbukan tipe Tethyan Neogen …………………………...
4
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Zona Batas Lempeng Indonesia (Hall and Smyth, 2008)
5
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjabaran latarbelakang diatas ditemukan beberapa permasalahan
dalam penyusunan makalah ini, diantaranya :
1. Bagaimana Kondisi Geologi (stratigrafi & umur) Sulawesi?
2. Bagaimana Morfologi Wilayah Sulawesi?
3. Bagaimana struktur geologi dan tektonik di Sulawesi?
4. Bagaimana Potensi Geologi Sulawesi?
1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang diajukan ada beberap atujuan, antara lain :
1. Untuk mengetahui Kondisi Geologi Pulau Sulawesi ;
2. Untuk mengetahui morfologi Pulau Sulawesi ;
3. Untuk mengetahui kondisi struktur dan tektonik Pulau Sulawesi, dan
4. Untuk mengetahui potensi Geologi Pulau Sulawesi.
6
BAB II
KONDISI GEOLOGI UMUM
Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya
dibagi menjadi empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-
Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur
Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa
batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok
Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen
berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-
Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan
pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New
Guinea
7
2.1 Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc)
Mandala barat memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan selatan
pulau Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-plutonik
berusia Paleogen-Kuarter dengan batuan sedimen berusia mesozoikum-tersier dan
batuan malihan. Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai
busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat.
Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari
Buol sampai sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai
andesitik, terbentuk pada Miosen - Resen dengan batuan dasar basaltik yang
terbentuk pada Eosen - Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai
batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api -
sedimen berumur Mesozoikum - Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur.
Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai
granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.
8
Gambar 2.2. Peta Geologi Manado dan Minahasa, Sulawesi Utara
9
Gambar 2.3. Peta Geologi Gorontalo
10
2.1.2 Mandala Barat Bagin Barat
Geologi daerah bagian timur dan barat Sulawesi Selatan pada dasarnya
berbeda, dimana kedua daerah ini dipisahkan oleh sesar Walanae. Di masa
Mesozoikum, basement yang kompleks berada di dua daerah, yaitu di bagian barat
Sulawesi Selatan dekat Bantimala dan di daerah Barru yang terdiri dari batuan
metamorf, ultramafik dan sedimen.
Gambar 2.4. Peta Geologi Sulawesi Selatan (Suyono dan Kusnama, 2010
11
Formasi Malawa terdiri dari arkosic, sandstone, siltstone, claystone, napal
dan konglomerat diselingi dengan lapisan batubara dan limestone. Formasi
limestone Tonasa selaras Formasi Malawa atau batuan vulkanik Langi. Formasi
Tonasa berumur Eosen sampai dengan pertengahan Miosen (Van Leeuwen, 1981).
Formasi Malawa dan formasi Tonasa tersebar luas di bagian barat Sulawesi
Selatan.
12
limestone, calcarenite dengan sisipan napal dan sandstone. Unit karbonat ini
diperkirakan berumur Miosen sampai dengan Pliosen. Hubungan formasi Walanae
dan Selayar limestone terdapat di Pulau Selayar. Terrace, aluvial, endapan danau
dan endapan pantai terjadi secara lokal di Sulawesi Selatan, dimana pengangkatan
Sulawesi Selatan ditandai dengan terangkatnya deposit terumbu karang (van
Leeuwen 1981).
13
2.2 Mandala Tengah
14
2.3 Mandala Timur
15
karbonat formasi Tetambah. Bagian atas formasi Tetambahu mengandung cherty
limestone dan chert nodul yang kaya radiolarians. Radiolames mengindikasikan
usia Jurassic sampai dengan awal Cretaceous. Formasi Tokala di daratan Siombok
dan Banggai-Sula yang berada di lengan timur Sulawesi, terdiri dari limestone dan
napal dengan sisipan shale dan chert (rijang) beumur akhir Triassic.
Deretan limestone berumur Paleogen dari formasi Tampakura (400m
tebal) menimpa formasi Meluhu (akhir Eosen Akhir sampai dengan awal
Oligosen) di SSCT (Sulawesi Tenggara Continental Terrane). Formasi ini terdiri
atas ophiolite, lime mudstone, wackestone dan locally packstone, grainstone dan
framestone. Pada bagian terendah dari formasi, ada strata klastik terdiri dari
mudstone, sandstone dan batuan konglomerat.
Formasi Tampakura dan Tamborasi ataupun juga formasi Lerea di
Matarombeo diendapkan pada satu laut dangkal yang mengelilingi sebuah pulau
dengan komposisi basement metamorf dan granit dan sisipan sedimen klastik
berumur Mesozoikum mencakup formasi Meluhu , Tinala dan Tetambahu. Unit
ekuivalen di daratan Banggai-Sula termasuk limestone berumur Eosen-Oligosen
formasi Salodik yang berhubungan dengan napal dalam Formasi Poh.
Formasi batuan tertua pada masa Triassic disebut formasi Tokala. Formasi
ini terdiri dari batuan limestone dan napal dengan sisipan shale dan cherts (rijang),
yang diendapkan di laut dalam. Fasies batuan lain pada usia yang sama yang
diendapkan di laut dangkal dibentuk oleh formasi Bunta yang terdiri dari butiran
halus sedimen klastik seperti batu tulis, metasandstone, silt, phyllite dan schist.
Formasi Tokala dan Bunta yang tidak selaras ditindih oleh formasi Nanaka yang
terdiri dari butiran kasar sedimen klastik seperti batuan konglomerat, batupasir
dengan sisipan silts dan batubara. Di antara fragmen dalam batuan konglomerat
ditemukan granit merah, batu metamorfik dan chert (rijang) yang diperkirakan
berasal dari mikrokontinen Banggai-sula (Simandjuntak, 1986). Umur formasi ini
dianggap kurang dari pertengahan masa Jurassic dan terbentuk di lingkungan
paralik. Selaras dengan hal itu formasi Nanaka bertemu formasi Nambo di
pertengahan massa Jurassic. Unit laut dalam ini terdiri dari sedimen klastik napal
berpasir dan napal yang mengandung belemnite dan Inoceramus.
Formasi Matano di akhir masa Jurassic sampai dengan akhir masa
16
Cretaceous terdiri dari sandstone dengan sisipan chert (rijang), napal dan silt.
Tidak selaras dengan hal itu, formasi Nambo ketemu formasi Salodik dan Poh
pada masa Eocene sampai dengan Upper Miocene. Formasi Salodik terdiri dari
batuan limestone dengan sisipan napal dan sandstone yang mengandung fragmen
kuarsa. Kelimpahan karang, alga dan foraminifera besar yang ditemukan dalam
formasi ini mengindikasikan bahwa formasi ini terbentuk di lingkungan laut
dangkal.
Formasi poh terdiri dari napal dan batugampir dengan sisipan batupasir
(oligosen sampai pertengahan miosen). Dataran Sulawesi Molasse yang dulunya
terdiri dari wilayah Tomata, bongka, Bia, Poso, Puna dan formasi Lonsio (Surono,
1998) adalah dataran yang berumur pertengahan Miosen sampai dengan Pliosen.
Dataran ini mengandung batuan konglomerat, sandstone, silt, napal dan limestone
yang diendapkan dalam paralik untuk fasies laut dangkal. Area ini terbentang
tidak selaras dengan formasi Salodik dan Poh serta kompleks ofiolit.
Pada masa pertengahan Miosen sampai dengan akhir Pliosen, area vulkanik
Bualemo bersatu dengan formasi Lonsio yang berada pada dataran Sulawesi
Molasse, terdiri dari pillow lava dan batuan vulkanik. Adapun daerah Sulawesi
Molasse itu adalah formasi Luwuk di masa Pleistosen, yang terdiri dari terumbu
karang limestone dengan sisipan napal di bagian bawahnya.
17
Gambar 2.7 Peta Geologi Mandala Timur Sulawesi
18
Paleogen dari microcontinents, dengan irisan patahan ofiolit. Selama tumbukan,
cekungan sedimen lokal terbentuk di Sulawesi, dimana setelah tumbukan,
cekungan menjadi lebih lebar di sepanjang Sulawesi. Sedimentasi di lengan
Tenggara Sulawesi dimulai lebih awal pada awal Miosen dibandingkan dengan
lengan Timur yang nanti di akhir Miosen. Kedua deretan ini biasanya disebut
sebagai Sulawesi Molasse yang terdiri deretan major sediment klastik dan deretan
minor batu karang limestone. Sebagian besar area Sulawesi Molasse diendapkan
di laut dangkal tetapi di beberapa tempat diendapkan di dalam sungai ke
lingkungan transisi (Sukamto dan Simandjuntak, 1981).
19
BAB III
MORFOLOGI WILAYAH SULAWESI
20
Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan
berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama.Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan
banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi.Tembaga dan nikel
terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti.Bijih besi
bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai
besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu
Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).
21
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI & TEKTONIK SULAWESI
22
4.1.1 Palung Sulawesi Utara
Memanjang dari arah barat hingga timur dan merupakan zona penunjaman
tempat kerak laut Sulawesi menunjam dibawah lengan utara Sulawesi mulai dari
paleogen sampai neogen, dan hasil analisa seismologi menunjukkan bahwa
aktivitas palung Sulawesi utara ini sudah menyusut. Namun pada bagian timur
dan lengan utara menunjukkan gejala yang aktif ditandai dengan aktivitas
vulkanisme.
23
4.1.4 Sesar Naik Poso
Memanjang utara-selatah dari Tanjung Peindilisadi Teluk tomini sampai
Masamba di Pantai utara Teluk Bone (Sukamto, 1975; Simandjuntak dkk., 1993)
memisahkan lajur malihan Sulawesi tengah di bagian timur dengan Lajur
Vulkanik Sulawesi Barat di Barat.
Berdasarkan hasil rekaman seismik, Kertapati dkk (1992) menduga saat ini
sesar naik poso dalam keadaan tidak aktif. Namun, gempa yang terjadi di bagian
barat Teluk Tomini beberapa waktu lalu memungkinkan bahwa ujung utara sesar
tersebut telah aktif kembali (Darman Sidi, 2000)
24
4.2.1 Subdaksi Tipe Cordileran Kapur
Dicirakan oleh zona Beniof yang miring kearah barat di bagian barat
Sulawesi. Subdaksi ini mengakibatkan proto-laut banda menunjam di bawah tepi
timur Paparan Sunda. Subdaksi ini juga ditandai oleh batuan malihan berderajat
rendah berumur Kapur Akhir. Di Sulawesi tengah terbentuk batuan campur aduk
(mélange) berumur Kapur-Pleogen, dan lajur Gunung Api Sulawesi Barat. Batuan
endapan turbidit laut dalam di Sulawesi Barat berumur kapur, diperkirakan
merupakan endapan sepanjang palung.
25
4.2.4 Tumbukan Kuarter
Pada waktu ini kawasan Sulawesi dan daerah sekitarnya menunjukkan
adanya tektonik aktif, yaitu :
- Lajur subduksi di utara Lengan Utara Sulawesi, tempat lempeng laut
Sulawesi menunjam masuk di bawah lengan utara Sulawesi. Lejur
subduksi inii berhubungan dengan sesar geser mengiri aktif Palu-Koro,
Matano dan Lawanopo
- Jalur gunungapi aktif mulai ujung utara Lengan Utara sampai Sangie yang
diakibatkan oleh subduksi ganda di utara Sulawesi pada Neogen,
kemudian diaktifkan kembali pada kuarter.
- Pergerakan ke barat Kepingan Benua Bangga-Sula menyebabkan Lajur
Ofiolit Sulawesi Utara tersesa-naikkan di atas kepingan itu.
- Teras batugamping terumbu yang memanjang di Batui sampai ujung utara
Lengan Utara.
26
BAB V
POTENSI GEOLOGI
27
- Punggungan madala barat Sulawesi merupakan rangkaian dari busur
volkanik (Arc Volcanic rock), yang merupakan daerah mineralisasi yang
berkaitan dengan unsur logam seperti emas, tembaga, besi, dll
- Mandala Tengah Sulawesi terdiri dari kompleks metamorf. Batuan
metamorf mengidentifikasi potensi batu permata (Gamestone).
- Mandala Timur Sulawesi berupa ofiolit merupakan segmen dari kerak
samudera yang membawa batuan ultrabasa. Menghasilkan biji besi dan
nikel laterit serta krom.
- Wilayah Banggai-Sula adalah fragmen dari kerak benua dan secara litologi
merupakan wilayah dengan sebaran granit yang relatif luas. Dari aspek
tampilan, batuan ini berpotensi sebagai bahan ornament dan bahan untuk
lantai.
Letak Pulau Sulawesi dalam tatanan tektonik global berada pada daerah
pertemuan tiga lempeng bumi yang saling berinteraksi satu sama lain dan
merupakan zona gesekan/suture antara lempeng makro Indonesia barat dengan
lempeng mikro Indonesia timur. Kondisi inilah yang menyebabkan Sulawesi
sangat potensial terhadap bencana alam geologi terutama gempa dan tsunami.
Pulau Sulawesi, walaupun merupakan lempeng mikro yang sifat
gempanya lebih kecil dibanding Indonesia barat (lempeng makro), namun
sebenarnya Pulau Sulawesi tersebut diapit oleh lempeng – lempeng besar seperti
lempeng Australia, Pasifik, Asia dan Laut Sulawesi, sehingga ancaman akan
bencana gempa dan tsunami tetap berpotensi besar.
a. Gempabumi
Jenis gempa yang terjadi di kawasan Sulawesi berupa gempa tektonik dan
hanya pada daerah utara (Manado dan sekitarnya ) sebagai busur gunungapi
aktif dapat terjadi gempa gunungapi. Lokasi – lokasi atau titik gempa pada
umumnya bergenerasi pada daerah persinggungan dan perpotongan patahan
atau daerah tumbukan lempeng, dimana pada daerah ini lempeng – lempeng
28
bumi saling berinteraksi dan saling menghalang – halangi laju pergerakannya
sehingga dapat menampung dan melepaskan energi dalam bentuk gempa
bumi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka daerah yang berpotensi terjadi
gempa adalah sepanjang jalur patahan Walanae. Patahan Palu-Koro, Matano-
Lawanoppo, Kolaka-Teluk Bone, Paternoster Selat Makassar dan sekitarnya,
Gorontalo dan Manado serta jalur patahan Batui-Balantak-Sorong.
b. Tsunami
Pulau Sulawesi yang terletak pada gugusan lempeng – lempeng mikro
akan mengalami tsunami tidak sebesar wilayah Indonesia barat yang sifatnya
lempeng makro, namun yang perlu diwaspadai adalah dampak pergerakan
lempeng makro Australia dari selatan dan Pasifik dari timur dapat
menghasilkan tsunami lebih besar
Beberapa lokasi gempa di kawasan Laut Sulawesi yang berpotensi
terjadinya tsunami dengan topografi dasar laut – pantai yang curam seperti
daerah Majene – Mamuju akibat pengaruh gempa yang terjadi di daerah
perpotongan patahan Paternoster dengan patahan naik Selat Makassar, daerah
Palu hingga Toli-toli oleh perpotongan patahan Palu-Koro dengan patahan
naik Selat Makassar, Gorontalo oleh perpotongan patahan Gorontalo dengan
subduksi lempeng Laut Sulawesi, Luwuk-Banggai oleh perpotongan patahan
Gorontalo dengan patahan Sorong atau subduksi lempeng Laut Maluku,
Kendari-Wawoni-Buton oleh perpotongan patahan Lawanoppo dengan thrust
Wawoni, ujung selatan Sulawesi Selatan sebagai imbas dari tsunami Laut
Flores dari hasil perpotongan patahan Walanae-Palu-Koro dengan patahan
Flores, dan Siwa-Palopo oleh perpotongan patahan Kolaka dengan Palu-Koro.
Daerah – daerah yang pernah dilanda tsunami sejak tahun tahun 1967 yaitu
Majene-Pinrang tahun 1967, Mamuju tahun 1969, Palu tahun 1968, Donggala
tahun 1996, Toli-toli tahun 2000 dan Luwuk-Banggai tahun 1999 dan 2000.
29
Gambar 5.1 Peta Tektonik gempabumi dan Tsunami sulawesi
30
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
4. Daerah yang berpotensi terjadinya tsunami adalah pusat gempa di laut yang
mempunyai tebing laut curam terhadap pantai/daratan, seperti Majene, Mamuju,
Palu-Tolitoli, Banggai-Sula, Kendari-Buton dan Siwa-Palopo.
31
DAFTAR PUSTAKA
32