Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “ETIKOLEGAL KEBIDANAN
DALAM ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS” tanpa ada halangan suatu apapun.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan
makalah ini tidak terselesaikan dengan baik.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Pihak – pihak yang telah memberikan dukungan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian masa nifas .................................................................................. 3
2.2 Tujuan asuhan masa nifas............................................................................. 4
2.3 Prinsip dan sasaran asuhan masa nifas......................................................... 5
2.4 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas......................................6
2.5 Tahap masa nifas.......................................................................................... 7
2.6 Kebijakan program nasional masa nifas....................................................... 8
2.7 Perawatan pada masa nifas......................................................................... 11
2.8 Isu terbaru asuhan masa nifas..................................................................... 13
BAB IVPENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 14
3.2 Saran......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat
mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu
sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan
fisiologis,yaitu Perubahan fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochia,
Laktasi/pengeluaran ASI, Perubahan psiikis.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat
genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan, Sarwono, hal.237).
Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi.(ilmu kebidanan,
Sarwono, hal.238).
Perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan
dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya.
Oleh karena itu kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa
pasca persalinan. Semakin meningkat kematian ibu di Indonesia pada saat nifas ( sekitar
60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru mengenai
jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa nifas
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Berdasarkan profil cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%,
tahun 2011 adalah 77.65%. walaupun cakupan pelayanan ibu nifas mengalami
peningkatan, namun masih jauh dari target standar pelayanan minimal bidang kesehatan
tahun 2015 adalah 90%.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa nifas.
Seperti melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data , menetapkan
diagnosa dan rencan tindakan serta melaksnakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
masa nifas dengan memberikan asuhan secara profesional (Yetti Anggraini, 2010:3)
3.1 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian masa nifas.
2. Menjelaskan klasifikasi nifas.
3. Menjelaskan apa saja perubahan fisiologis dan psikologis pada masa nifas.
4. Menjelaskan apa tujuan masa nifas
5. Apa tujuan dari pelaksanaan asuhan masa nifas
6. Menjelaskan Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas.
7. Menjelaskan peran dan tanggung jawab dalam masa nifas.
8. Tahapan masa nifas.
9. Menerapkan kepada ibu masa nifas mengenai kebijakan program nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungknan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul atau menggangu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.
Pelayanan kesehatan pada masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
salin oleh tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan
Tujuan : Memeriksa tanda bahaya yang harus di deteksi secara dini yaitu:
a. Utonia uteri ( uterus tidak berkontraksi dengan baik)
b. Robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah perineum, dinding vagina.
c. Adanya sisa plasenta seperti selaput, kotiledon
d. Ibu mengalami bendungan/ hambatan pada payudara
e. Retensi urine( air seni tidak dapat keluar dengan lancer atau tidak keluar sama
sekali.
Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan berapa upaya antara lain:
a. Mencegah pendarahan masa nifs karena utonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rukuk jika perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah pendarahan masa nifas karena utonia uteri; berikan ASI awal; lakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (lakukan Bounding Attacment).
d. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan sehat (Saifudin, 2006).
Profesi tenaga medis mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat & tujuan
tindakan yang dilakukan oleh seorang tenaga medis dapat berpotensi menimbulkan
bahaya bagi seseorang. Undang-undang memberikan kewenangan secara mandiri
kepada tenaga medis untuk melakukan & bertanggung jawab dalam melaksanakan
ilmu medis menurut sebagian atau seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan
kewenangan tersebut secara nyata. Seorang tenaga medis dinyatakan melakukan
kesalahan profesional apabila melakukan tindakan yang menyimpang atau lebih
dikenal sebagai malpraktik.
4.1 Kesimpulan
Nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali yang dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari.
Meskipun pendarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap
menganggap masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya
berlangsung selama 40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar.
Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah
kembali keposisi semula.
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu:
1. Periode pasca salin segera (immediate post partum) 0-24 jam,
2. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam- 1 minggu,
3. Periode pasca salin lanjut (late post partum) 1 minggu – 6 minggu
3.2 Saran
Mahasiswa bidan diharapkan memperhatikan dan memahami mata kuliah
asuhan kebidanan nifas dan menyusui sehingga mampu memberikan asuhan yang
berkualitas dan mampu menangani berbagai masalah atau komplikasi yang
mungkin terjadi ketika masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Dewi, Vivian Nanny Lia & Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Mansyur, Nurlina & Dahlan, A Kasrida. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Malang: Selaksa Media.
Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nifas Dengan Perdarahan Postpartum primer Karena Sisa Plasenta, 2014. Tersedia pada
URL : https://www.scribd.com/document/183242217/NIFAS-DENGAN-PERDARAHAN-
POSTPARTUM-PRIMER-KARENA-SISA-PLASENTA-docx
Rest Placenta Pada Ibu Nifas P1a1 6 Jam Post Partum Di Ruang Bersalin Rsud
Wangaya, 2015. Tersedia pada URL:
https://media.neliti.com/media/publications/76897-ID-none.pdf