Askep Ahmad Nurholis
Askep Ahmad Nurholis
DISUSUN OLEH :
AHMAD NURHOLIS
NIM : 1514471002
POLTEKKES TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
II. Klasifikasi
III. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan
syaraf pusat misalnya tonsilitis ostitis media akut, bronchitis. Nilai
ambang untuk kejang demam ini berbeda untuk tiap anak dan
insiden kejang demam pada suhu di bawah 39oC sebesar 6,3 %
sedangkan pada suhu diatas 39˚C sebesar 19% sehingga bisa
dikatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin besar
kemungkinan untuk kejang. Akan tetapi secara fisiologis belum
diketahui dengan pasti pengaruh suhu dan faktor yang berperan
dalam kejang demam pada saat infeksi.
IV. Patofisiologi
Kejang
Resiko Cidera
VIII. Komplikasi
1. Epilepsi
Terjadi akibat adanya kerusakan pada daerah lobus temporalis
yang berlangsung lama dan dapat menjadi matang
2. Retardasi mental
Terjadi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah
terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis
3. Hemiparese
Biasanya terjadi padaa pasien yang mengalemi kejang lama
(berlangsung lebih dari 30 menit)
4. Gagal pernapasan
Akibat dari ektivitas kejang yang menyebabkan otot-otot
pernapasan menjadi spasme
5. Kematian
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
1. Data Subjektif
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata
orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara
(khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan
jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini
ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk
pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang
selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu
pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil.
Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,
penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil.
Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan
atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante
partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal
apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek,
dan kejang-kejang.
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang
belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan
reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat
menimbulkan kejang.
Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+
25 % penderita kejang demam mempunyai faktor
turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit
infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya
kejang demam.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada
kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi
sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal
seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala Leher
Rambut Thorax
Muka/ Wajah. Jantung
Mata Abdomen
Telinga Kulit
Hidung Ekstremitas
Mulut Genetalia
Tenggorokan
II. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk
menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam
yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG
tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan
dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian
obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi
kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari
CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang
dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi
dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap
dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala
III. Diagnosa
1. Hipertermia b.d sepsis d.d kejang demam, menggigil.
2. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan serebral b.d Kejang
3. Gangguan Pola Tidur b.d penyakit d.d kesulitan tidur
Pengaturan suhu
(308)
Monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
Monitor TTV
Monitor warna kulit
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia.
b. Data Medik
I. Dikirim oleh :
UGD
Dokter Praktik
II. Diagnosa medis
Saat masuk : KDS (Kejang Demam Sederhana)
Saat pengkajian : KDS (Kejang Demam Sederhana)
c. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan masuk RS
Ibu klien mengatakan bahwa anak P datang ke RSUD H.M
Ryacudu dengan keluhan kejang, kejang terjadi 1 kali sebelum
masuk rumah sakit. Durasi lebih kurang 15 menit. Kejang baru
pertama kali dialami, tidak ada kejang berulang. Kejang di sertai
demam sejak pukul 13.00 WIB serta mual dan muntah 2 kali. Klien
tampak lemas
- Pengkajian Keamanan
Tingkat kesadaran klien compos mentis, tidak ada cidera,
tidak ada luka, tidak ada patah tulang, tidak ada luka bakar.\
- Pengkajian Situasi Khusus
Klien tidak dilakukan pembedahan, klien tidak menggunakan
ventilator mekanik.
- Pengkajian Nutrisi
Klien tidak menyusui, klien mengalami penurunan nafsu
makan, dan klien sering menangis
- Pengkajian Penyakit
Diagnosa medis : KDS (Kejang Demam Sederhana)
- Pengkajian Prosedur
Prosedur perawatan / medis yang dilakukan klien terhadap klien :
Pantau TTV
Kolaborasi dalam pemberian therapi obat
Pemberian cairan IV
Pemberian Kompres hangat pada bagian frontal, aksila,
lipatan paha, leher.
d. Pengobatan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d sepsis d.d kejang demam, menggigil.
2. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan serebral b.d Kejang
3. Gangguan Pola Tidur b.d penyakit d.d kesulitan tidur
C. Perencanaan (NOC dan NIC)
Pengaturan suhu
(308)
Monitor suhu paling
tidak setiap 2
jam,sesuai
kebutuhan
Monitor TTV
Monitor warna kulit
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia.
O:
Klien tampak lemah
Klien tampak rewel
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- monitor intake dan
output cairan
- berikan antibiotic
- monitor status
neurologis (tingkat
kesadaran)
O:
Klien tampak kurang
tidur
Klien tampak lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- monitor pola tidur
dan jumlah jam tidur
klien
- terapkan langkah-
langkah kenyamanan
: pemberian posisi
dan pijat
- anjurkan klien untuk
tidur siang
P : Lanjutkan intervensi
- kompres hangat jika
demam belum juga
berkurang
- monitor TTV
- monitor cairan infuse
- kolaborasi teraphy
obat
O:
Klien masih tampak
lemah
Klien sadar
sepenuhnya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- monitor intake dan
output cairan
- berikan antibiotic
O:
Klien tampak kurang
tidur
Klien tampak lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- monitor pola tidur
dan jumlah jam tidur
klien
- anjurkan klien untuk
tidur siang
7. Hipertermia b.d sepsis Memantau tanda- S : Keluarga
d.d kejang demam, tanda vital mengatakan “demam
menggigil Memberikan therapy berkurang”
obat :
PCT inf 4x 110 mg,
Cefotaxime 3x350 O:
mg, Ondancetron Klien tampak tidak
1mg k/p gelisah
Monitor dan laporkan Klien tampak
adanya tanda dan membaik
gejala dari hipotermia Klien terpasang
dan hipertermia infuse RL 20 tpm
T : 37,5°C
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- kompres hangat jika
demam belum juga
berkurang
- monitor TTV
- monitor cairan infuse
- kolaborasi teraphy
obat
O:
Klien tampak tidak
kejang
A : Masalah teratasi
penuh
P : Hentikan intervensi
O:
Klien tampak cukup
tidur
Klien dalam posisi
semi fowler
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- monitor pola tidur
dan jumlah jam tidur
klien
- berikan langkah
kenyamanan pijat
BAB III
KESIMPULAN