Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKO WIJANARKO
CAA 112 004
Oleh
EKO WIJANARKO
CAA 112 004
Kamillah, SP., MP
Tanggal : Tanggal :
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 3
1.3. Tujuan .................................................................................... 4
1.4. Hipotesis ................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
I. PENDAHULUAN
1
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi terluas di Indonesia
yang diperkirakan menyimpan beribu-ribu jenis tanaman obat yang belum
ditemukan dan dibudidayakan di Indonesia khususnya di Kalimantan Tengah.
Provinsi ini merupakan asal berbagai tanaman obat seperti Tabat Barito, Akar
Kuning, Pasak Bumi, Bawang Hantu dan beberapa tanaman obat lainnya yang
berguna untuk kesehatan manusia. Menurut Hartini dan Puspitaningtyas (2005)
beberapa jenis tanaman obat yang belum ditemukan tersebut merupakan jenis baru
(spesies nova), catatan baru (new record) ataupun lokasi baru (new spot).
Tanaman obat di Kalimantan Tengah menyebar di daerah pedalaman dan
kawasan hutan yang merupakan habitat alami tanaman tersebut. Sebagian kecil
masyarakat Kalimantan Tengah sudah mengusahakan tanaman obat dari kawasan
tersebut sebagai obat tradisional yang diambil baik dari akar, daun maupun buah,
tetapi belum terinventarisasi dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kegiatan untuk melindungi dan menginventarisasi tanaman obat sebagai
pengetahuan tradisional dan kekayaan intelektual dengan baik, sehingga pada saat
diperlukan dapat digunakan sebagai referensi.
Indonesia selain memiliki julukan megadiversity country, ternyata negara
ini juga memiliki julukan Hot Spot Country karena sering mengalami kebakaran
hutan. Bahkan keanekaragaman plasma nutfah di Propinsi Kalimantan Tengah
yang selama ini cukup diperhitungkan banyak yang rusak khususnya plasma
nutfah tanaman obat. Dewasa ini kehilangan sumber daya genetik plasma nutfah
diakibatkan oleh: 1) kebakaran hutan yang panjang, 2) erosi genetik, 3) eksploitasi
tanaman langka keluar habitat hidupnya dan 4) perambahan hutan untuk
kepentingan industri dan perkebunan maupun kegiatan lainnya. Menurut Wilson
(1988) faktor penyebab menurunya keanekaragaman hayati adalah akibat
peningkatan jumlah populasi manusia yang berdampak pada kerusakan
lingkungan terutama di daerah tropis.
Salah satu upaya penyelamatan plasma nutfah yang harus dilakukan
adalah konservasi plasma nutfah baik secara ex-situ maupun in-situ yang
diharapkan mampu melestarikan plasma nutfah tanaman obat. Kegiatan ini
dimulai dengan kegiatan eksplorasi ke daerah-daerah Kabupaten yang dianggap
2
merupakan sentra tanaman obat yang ada di Kalimantan Tengah. Kegiatan
eksplorasi merupakan tahapan kegiatan pengumpulan materi dan koleksi yang
dilakukan untuk mendapatkan materi plasma nutfah yang secara prinsipnya
hampir sama dengan pengumpulan informasi dasar namun berbeda pada target
akhir yang dicapainya (Rugayah,2006). Hasil eksplorasi tanaman obat
dikarakterisasi dan dianalisis kandungan fitokimia yang dapat digunakan sebagai
materi biofarmaka yang selama ini didatangkan dari Negara Cina.
3
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang jenis, karakteristik kandungan fitokimia
yang prospektif pada tanaman obat.
2. Mengetahui wilayah penyebaran tanaman obat serta pemanfaatannya oleh
masyarakat lokal.
3. Mengoleksi tanaman obat secara ex-situ.
1.4. Hipotesis
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
puluhan, bahkan ratusan bahasa Dayak. Namun, dalam pergaulan sehari-hari,
bahasa yang kerap digunakan adalah bahasa Dayak Ngaju, Dayak Maayan, Dayak
Kapuas, bahasa Jawa, dan bahasa Banjar. Suku Dayak dikenal dengan “Rumah
Betang” sebuah rumah besar yang dihuni beberapa keluarga sekaligus secara
turun-temurun. Karena itulah kekerabatan mereka sangat erat dan menjadi unsur
dominan keberlangsungan kebudayaan unik ini (Kementrian Pariwisata Republik
Indonesia, 2013).
2.2. Etnobotani
Etnobotani adalah salah satu cabang etnosains yang khusus mengkaji
persepsi dan pengetahuan penduduk tentang jenis-jenis tumbuhan, penanaman,
pengklasifikasian, pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis tumbuhan, (Martin,
1995). Penelitian etnobotani mampu mengungkapkan pemanfaatan berbagai jenis
sumber daya alam khususnya tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat
setempat yang merupakan titik awal pengembangannya menjadi jenis unggulan
yang bermanfaat banyak bagi kepentingan masyarakat.
2.3. Biofarmaka
Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan,
kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar.
Tanaman biofarmaka dibedakan menjadi dua kelompok:
1. Tanaman biofarmaka rimpang yang terdiri dari; jahe, laos/lengkuas,
kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci dan
dlingo/dringo.
2. Tanaman biofarmaka non rimpang yang terdiri dari kapulaga,
mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya
(Anonim, 2012).
6
2.4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah
tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti
jenis spesies tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Spesies yang
ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Eksplorasi dilengkapi dengan denah
penjelajahan yang menggambarkan tempat tujuan eksplorasi dan data paspor
(memuat nama daerah plasma nutfah, kondisi biogeografi, dan ekologi).
Eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah secara acak terwakili
dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tiap-tiap kawasan jelajah, sehingga
tiap kawasan memiliki contoh yang bisa dijadikan sebagai pembanding dengan
daerah lainnya. Kawasan sampel ini bisa dibagi berdasarkan kebutuhan dan tujuan
dari penelitian itu sendiri, misal pengumpulan data berdasarkan ketinggian lokasi,
berdasarkan tingkat kelembaban, berdasarkan tipe habitat dan lain-lain.
Metode eksplorasi ini juga bisa digunakan untuk melakukan inventarisasi
(baik inventarisasi tumbuhan maupun hewan). untuk inventarisasi, Pengamatan
dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai sebuah
individu, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan
pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase
kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan
persentase frekuensi keterdapatannya (Abang, 2010).
7
III. BAHAN DAN METODE
8
untuk mengobati penyakit. Data yang dikumpulkan meliputi: nama jenis
tumbuhan (nama lokal dan nama ilmiah), bagian organ tumbuhan yang
dimanfaatkan, cara menggunakannya, tempat atau habitat alami tanaman obat
tersebut, kelimpahan dikarenakan pengaruh musim, nilai ekonomi dan
pascapanen. Tanaman obat yang diinventarisir selanjutnya diidentifikasi
mengetahui nama ilmiah (sceintific name). Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan kunci determinasi dari buku Flora of Java volume I (1963), volume
II (1965), dan volume III (1968) karangan Backer dan Backuizen van den Brink
Jr. Analisis dilakukan secara deskriptif.
9
ditanam di pot-pot pemeliharaan di rumah kaca dan kebun pemeliharaan (visitor
plot). Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, dan pemangkasan.
d. Karakterisasi.
Karakterisasi dilakukan meliputi: Karakter kualitatif yang mengamati
bentuk dan warna bunga, biji/buah, daun, batang, hilum dan bulu. Sifat-sifat
kuantitatif yang diamati antara lain tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil.
Kegiatan karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi sifat fisik dan sifat
fisiologi spesifik dari tanaman obat yang ditemukan termasuk produksi
potensialnya. Standardisasi karakter-karakter tanaman obat mengacu pada
descriptor list atau pada pedoman yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Bogor).
3.5. Pengamatan
1. Anatomi
2. Morfologi
3. Ekologi
4. Tempat penyebaran tanaman
5. Bagian yang dimanfaatkan dan manfaatnya
6. Kandungan bahan aktif
7. Perbanyakan
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartini.,S., Dwi Murti Puspitaningtyas. 2005. Flora Sumatera Utara Eksotik dan
Berpotensi. Pusat Konservasi Tumbuhan kebun Raya Bogor, LIPI 219 hal.
Rifai, M.A. 1983. Plasma Nutfah, Erosi Genetik, dan Usaha Pelestarian
Tanaman Obat Indonesia.
Rifai, M.A., Rugayah, dan E.A. Widjaya. 1992. Tiga puluh tumbuhan obat langka
Indonesia. Floribundo 2:28.
11