Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF DI

LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


RR. Hestin Diah Prasanty*, Risky Akaputra**, Yusri Hapsari Utami**

*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Jakarta
**Pengajar Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Jakarta

ABSTRAK fungsi kognitif dengan nilai


(Pv=0,024), kedalaman hisap
Latar Belakang: Perilaku merokok terhadap fungsi kognitif dengan nilai
masih merupakan masalah kesehatan (Pv=0,019), ketergantungan nikotin
dunia karena dapat menyebabkan terhadap fungsi kognitif dengan nilai
berbagai penyakit dan bahkan (Pv=0,021), dan pendidikan terhadap
kematian. Salah satu kandungan fungsi kognitif dengan nilai
rokok yaitu nikotin memiliki efek (Pv=0,014).
terhadap otak antara lain
menyebabkan ketergantungan dan Kesimpulan: Berdasarkan penelitian
toksisitas pada fungsi kognitif. hubungan merokok terhadap fungsi
Penurunan fungsi kognitif akan
berdampak pada proses pembelajaran kognitif di lingkungan Universitas
dan perolehan nilai akhir. Muhammadiyah Jakarta, dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara
hubungan merokok terhadap fungsi derajat merokok,ketergantungan
kognitif di lingkungan Universitas nikotin, kedalaman hisap rokok
Muhammadiyah Jakarta.
dengan fungsi kognitif dan
Metode Penelitian: Penelitian ini pendidikan. Hal ini sejalan dengan
merupakan penelitian dengan desain penelitian yang telah di lakukan oleh
studi cross sectional yang peneliti lain sebelumnya.
menggunakan kuesioner tentang
rokok dan tes pada fungsi kognitif Kata kunci: Merokok, Fungsi
dengan menggunakan Montreal Kognitif
Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCA-Ina). Sampel dilakukan PENDAHULUAN
dengan cara consecutive sampling
dimana subjek yang sesuai dengan Perilaku merokok masih
kriteria inklusi dimasukkan sampai merupakan masalah kesehatan
jumlah yang diperlukan terpenuhi,
jumlah sample pada penelitian ini dunia karena dapat menyebabkan
berjumlah 96 responden. berbagai penyakit dan bahkan

Hasil: Berdasarkan hasil uji Chi kematian.1 Menurut The Tobacco


Square diketahui terdapat hubungan Atlas 3rd edition, terkait
antara derajat merokok terhadap

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 1


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
presentase penduduk dunia yang tahun 2010 sebesar 34,7%.
mengkonsumsi tembakau Prevalensi perokok tertinggi
didapatkan sebanyak 57% pada adalah di Provinsi Kalimantan
penduduk Asia dan Australia, Tengah 43,2% dan terendah di
pada penduduk Eropa Timur Sulawesi Tenggara 28,3%.
14%, penduduk Amerika 12%, Sedangkan perokok di Provinsi
penduduk Eropa Barat 9%, dan DKI Jakarta 30,8%, yaitu urutan
8% pada penduduk Timur Tengah tiga terendah setelah Sulawesi
dan Afrika. Pada kawasan Asia Tenggara 28,3% dan Kalimantan
Tenggara dengan 10% dari Selatan 30,5%.4
seluruh perokok dunia dan 20%
Menurut Kementerian
penyebab kematian global akibat
Kesehatan Republik Indonesia,
tembakau. Persentase perokok
sekitar 65,9% laki-laki dan 4,2%
pada penduduk di Negara
perempuan di atas umur 15 tahun
ASEAN tersebar di Indonesia
merokok. Usia konsumsi rokok
46,16%, Filipina 16,62%,
paling rendah terjadi pada
Vietnam 14,11%, Myanmar
kelompok umur 15-24 tahun dan
8,73%, Thailand 7,74%, Malaysia
kelompok umur 75 tahun ke atas.5
2,90%, Kamboja 2,07%, Laos
Perilaku merokok di Indonesia
1,23%, Singapura 0,39%, dan
khususnya remaja telah menjadi
Brunei 0,04%.2
masalah yang memerlukan
Berdasarkan data WHO penanganan serius karena
(2013), jenis rokok yang prevalensi yang semakin
digunakan penduduk di Indonesia meningkat dan usia mulai
yang berusia 15 tahun atau lebih merokok semakin muda, yaitu 7
terjadi pada laki-laki dengan tahun pada remaja laki-laki.1 Hal
rokok tembakau 73,3%, ini berarti kebanyakan perokok
sedangkan rokok kretek terjadi adalah generasi muda atau usia
63%. Pada perempuan dengan produktif.5 Data pada Lembaga
rokok tembakau 3,8%, sedangkan Demografi Fakultas Ekonomi
rokok kretek terjadi 3,5%.3 Secara Universitas Indonesia (UI) tahun
nasional, prevalensi perokok 2006 mencatat bahwa “rokok

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 2


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
merupakan pengeluaran terbesar akan datang. Kawasan Tanpa
kedua yaitu sebesar 11,89% Rokok antara lain meliputi
setelah pengeluaran untuk padi- fasilitas pelayanan kesehatan,
padian yang mencapai 22,10%, tempat proses belajar, tempat
dan lebih tinggi dari pengeluaran anak bermain, tempat ibadah,
untuk biaya listrik, telepon dan angkutan umum, tempat kerja,
bahan bakar minyak (BBM) yang dan tempat umum serta kawasan
sebesar 10,95 % dan kontrak lain yang ditetapkan.2
tempat tinggal yang mencapai
Haustein dan Groneberg
8,82%”.1
menyatakan merokok tidak hanya
Rendahnya kesadaran berpengaruh pada kesehatan fisik
masyarakat tentang bahaya semata. Kebiasaan menghisap
merokok pun menjadi alasan tembakau bertahun tahun
sulitnya penetapan Kawasan berpengaruh terhadap kesehatan
Tanpa Rokok (KTR).5 Kesehatan fungsi otak dan psikis. Salah satu
merupakan hak azasi manusia kandungan rokok yaitu nikotin,
yang dimanfaatkan oleh Undang- memiliki efek terhadap otak
Undang Dasar Republik antara lain menyebabkan
Indonesia tahun 1945. Amanat ketergantungan dan toksisitas
Undang-Undang Kesehatan No. pada fungsi kognitif. Efek
36 tahun 2009 pasal 115 ketergantungan inilah yang
menetapkan Kebijakan Kawasan mengakibatkan paparan terus
Tanpa Rokok (KTR). Pemerintah menerus pada perokok nantinya
Daerah wajib menetapkan akan mengakibatkan penurunan
kawasan tanpa rokok di fungsi kognitif bagi usia pelajar.
wilayahnya. Kawasan Tanpa Penurunan fungsi kognitif akan
Rokok (KTR) merupakan berdampak pada proses
tanggung jawab seluruh pembelajaran dan perolehan nilai
komponen bangsa, baik individu, akhir.6
masyarakat, parlemen, maupun Beberapa literatur
pemerintah untuk melindungi menyatakan bahwa nikotin dapat
generasi sekarang maupun yang memberikan efek positif pada

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 3


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
pengguna rokok tersebut. Fungsi fungsi kognitif, salah satunya
nikotin dapat membantu dalam demensia.8
atensi (perhatian), proses belajar
Perkembangan kognitif
dan memori. Pada sistem
merupakan salah satu aspek yang
kolinergik, terdapat reseptor
penting untuk di kembangkan
asetilkolin nikotinik yang dapat
pada anak usia dini. Kognitif
berikatan dengan nikotin.
adalah tindakan mengenal atau
Penggunaan nikotin sebagai
memikirkan situasi di mana
agonis, menyebabkan
tingkah laku itu terjadi. Kognitif
peningkatan fungsi dari reseptor
adalah suatu proses berpikir, yaitu
asetilkolin nikotinik, seperti
kemampuan individu untuk
peningkatan memori, atensi dan
menghubungkan, menilai,
proses pembelajaran. Peningkatan
mempertimbangkan suatu
fungsi ini hanya berlangsung
kejadian atau peristiwa. Menurut
singkat apabila konsumsi
pendapat para ahli, fungsi
dihentikan, sehingga pengguna
kognitif adalah suatu kejadian
mengkonsumsi rokok kembali
yang mampu mengembangkan
untuk mendapatkan efek
pikiranya melalui pengalaman-
peningkatan tersebut. Efek
pengalaman yang dialami dan
peningkatan yang terjadi secara
mampu melatih ingatanya melalui
terus-menerus ini diperkirakan
peristiwa eksperimen atau
akan menyebabkan reseptor
percobaan yang didapatkan.
asetilkolin nikotinik menjadi
Kognitif juga memiliki ciri-ciri
kelelahan dan menurun
yaitu berpikir lancar, berpikir
7
bersamaan dengan usia.
luwes, berpikir orisinal, dan
Sebaliknya, ada juga beberapa
berpikir terperinci.9
penelitian yang menyatakan
Pada kalangan lansia
bahwa merokok dalam jangka
penurunan fungsi kognitif
panjang dapat mempercepat
merupakan penyebab terbesar
penurunan fungsi kognitif dan
terjadinya ketidakmampuan
juga merupakan faktor risiko
dalam melakukan aktifitas normal
untuk menimbulkan kelainan
sehari-hari, dan juga merupakan

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 4


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
alasan tersering yang menggambarkan dan menilai
menyebabkan terjadinya hubungan merokok berupa derajat
ketergantungan terhadap orang merokok, pendidikan, kedalaman
lain untuk merawat diri sendiri hisap rokok, dan ketergantungan
(care dependence) pada lansia.10 nikotin dengan fungsi kognitif di
Pada penelitian yang dilakukan di lingkungan Universitas
Mexico terhadap lansia Muhammadiyah Jakarta.
menunjukkan adanya hubungan
Waktu dan Tempat
yang jelas antara penurunan
fungsi kognitif dan variabel- Penelitian ini dilakukan pada bulan
variabel termasuk di dalamnya desember tahun 2016 di lingkungan
umur, pendidikan, status Universitas Muhammadiyah Jakarta.
pernikahan, komposisi anggota
keluarga dan beberapa kondisi Populasi penelitian

medis seperti stroke, diabetes


Populasi pada penelitian ini
mellitus dan riwayat merokok.11
adalah responden yang berada di
Beberapa penelitian mengenai
sekitar lingkungan Universitas
fungsi kognitif pada lansia telah
Muhammadiyah Jakarta.
dilakukan di Kota Manado. Pada
salah satu penelitian sekitar lebih Sampel penelitian
dari setengah dari total sampel
Sampel dari penelitian ini
mengalami gangguan fungsi
adalah responden yang berada di
kognitif, di mana umur,faktor
lingkungan Universitas
pendidikan dan faktor merokok
Muhammadiyah Jakarta yang
berpengaruh pada fungsi
merokok.
kognitif.12

METODE PENELITIAN Kriteria Inklusi

Jenis Penelitian  Usia 18-50 tahun


 Merokok
Desain penelitian ini adalah
Kriteria Eksklusi
studi cross sectional digunakan
dalam penelitian ini untuk Terdapat riwayat trauma kepala dan

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 5


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
stroke ringan atau TIA (Transient pengukuran variabel pada suatu saat
Ischemic Attack). tertentu, yang artinya tiap subjek
hanya diobservasi satu kali dan
Besar Sampel
pengukuran variabel subjek

Rumus besar sampel yang dipakai dilakukan pada saat pemeriksaan

adalah rumus lhemeshow. Pada tersebut. Pada penelitian ini, peneliti


melakukan observasi dan
penelitian ini, kesalahan tipe I ( )
pengukuran terhadap variabel bebas
yang digunakan adalah 5%. Nilai (merokok) dan variabel tergantung
proporsi (P) yang digunakan adalah (fungsi kognitif) pada subjek
50% karena tidak ada penelitian penelitian sebanyak satu kali
sebelumnya yang menjelaskan nilai pengukuran dalam waktu yang sama.
proporsinya dan nilai presisi yang
Metode Pengumpulan Data
ditetapkan adalah 10%. Hipotesis
yang digunakan adalah hipotesis dua Jenis Data
arah. Dengan demikian besar sampel
yang minimal adalah 96. Jenis data yang digunakan
untuk penelitian ini adalah data
Cara Pengambilan Sampel primer, terdiri dari : nama, usia,
pendidikan,pekerjaan, status
Pengambilan sampel
perkawinan, jumlah rokok per hari,
dilakukan dengan cara consecutive
usia pertama kali merokok,
sampling dimana subjek yang sesuai
kedalaman hisap rokok dan
dengan kriteria inklusi dimasukkan
sebagainya yang didapat dari
sampai jumlah yang diperlukan
responden dengan kuesioner dan tes
terpenuhi.
pada fungsi kognitif dengan
Rancangan Penelitian menggunakan Montreal Cognitive
Assessment versi Indonesia (MoCA-
Rancangan penelitian yang
Ina).
digunakan adalah desain cross
sectional (potong lintang), yaitu Cara Pengumpulan Data
desain penelitian dimana peneliti
melakukan observasi atau Pengumpulan data dalam

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 6


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
penelitian ini dilakukan di 2) Indeks Brinkman
Untuk menilai derajat berat
lingkungan Univeristas
merokok yaitu perkalian jumlah rata-
Muhammadiyah Jakarta dengan
rata batang rokok yang dihisap sehari
menggunakan data primer yaitu
dikalikan lama merokok dalam
berupa menyebarkan kuesioner yang
tahun.
terdiri dari pertanyaan nama, usia,
Tabel 3.2 Interpretasi Derajat
pendidikan, pekerjaan, status
Keparahan Merokok (Indeks
perkawinan, jumlah rokok per hari,
Brinksman)
usia pertama kali merokok,
pendidikan, kedalaman hisap rokok,
3) Kuesioner toleransi fagerstrom
dan dilanjutkan dengan tes fungsi
Skor Fagerstrom:
kognitif dengan menggunakan
0-2 : Ketergantungan Sangat
Montreal Cognitive Assessment versi
Ringan
Indonesia (MoCA-Ina).
6-7 : Ketergantungan Berat

Instrumen Penelitian 3-4 : Ketergantungan Ringan


8-10 : Ketergantungan Sangat
Instrumen penelitian yang digunakan Berat
meliputi: 5 : Ketergantungan Sedang

1) Kuesioner
4) Montreal Cognitive Assessment
Jumlah rokok Derajat
Kuesioner adalah daftar
yang dihisap per keparahan
pertanyaan yang sudah tersusun
tahun
dengan baik dimana responden
0-199 Ringan
memberikan jawaban atau dengan 200-599 Sedang
memberikan tanda-tanda tertentu. >600 Berat

Kuesioner digunakan untuk versi Indonesia (MoCA-Ina).

mengetahui data pribadi responden


Untuk memeriksa gangguan
dan perilaku merokok responden
kognitif salah satunya adalah dengan
yang terdiri dari jumlah rokok yang
menggunakan Montreal Cognitive
dikonsumsi per hari, pendidikan, usia
Assesment (MoCA) yang digunakan
pertama kali merokok, dan
untuk mengetahui adanya penurunan
kedalaman hisap rokok.

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 7


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
kognitif yang ringan dan instrument HASIL PENELITIAN
ini telah dibuktikan valid. Tes MoCA Usia
berlangsung sekitar 10 menit untuk Usia responden yang
menyelesaikannya, dengan skor didapatkan dari hasil penelitian
tertinggi 30 poin, nilai total akhir 26 adalah 18-50 tahun. Dari hasil
atau lebih dianggap normal, kurang penelitian didapatkan jumlah
dari itu dianggap terdapat gangguan perokok paling banyak ada pada
kognitif. Berikan tambahan 1 nilai masa remaja akhir yaitu usia 18-25
untuk individu yang mempunyai tahun, dan jumlah perokok paling
pendidikan formal selama 12 tahun sedikit pada usia masa dewasa awal,
atau kurang (tamat Sekolah Dasar- yaitu usia 26-35 tahun. Dari tabel 4.1
tamat Sekolah Menengah Atas), jika
total nilai kurang dari 30.43

didapatkan bahwa perokok dengan merokok berat. Berdasarkan hasil


usia 18-25 tahun berjumlah 35 orang penelitian yang di dapat, jumlah
dengan persentase 36,5%, usia 26-35 terbanyak ada pada perokok dengan
tahun berjumlah 29 orang dengan derajat merokok sedang, yaitu 43
persentase 30,2%, usia 36-50 tahun orang. Dari tabel 4.2 didapatkan
berjumlah 32 orang dengan derajat merokok responden yang
persentase 33,3%. ringan berjumlah 11 orang dengan
persentase 11,5%, yang derajat
Derajat Merokok
sedang berjumlah 43 orang dengan
persentase 44,8% dan derajat berat
Derajat Frekuensi Persen berjumlah 42 orang dengan 43,8%.
Merokok (%)
Ringan 11 11,5
Sedang 43 44,8
Berat 42 43,8
Tabel 4.2 Distribusi Derajat
Total 96 100,0
Merokok Responden
Derajat merokok
dikelompokan menjadi 3, yaitu
Pendidikan
derajat merokok ringan, derajat
merokok sedang, dan derajat

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 8


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
Pendidikan Frekuensi Persen
(%)
SD 12 12,5
SMP 41 42,7
SMA 40 41,7
Pendidikan pada penelitian ini STRATA 1 3 3,1
Total 96 100,0
adalah SD,SMP,SMA, dan STRATA
ketergantungan ringan berjumlah 31
1. Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan
orang dengan persentase 32,3%,
jumlah terbanyak ada pada
yang ketergantungan sedang
responden dengan pendidikan SMP
berjumlah 17 orang dengan
yaitu 41 orang. Responden dengan
persentase 17,7%, yang
pendidikan SD sebanyak 12 orang
ketergantungan berat berjumlah 16
dengan persentase 12,5%, SMP
orang dengan persentase 16,7%, dan
sebanyak 41 orang dengan persentase
yang ketergantungan sangat berat
42,7%, SMA sebanyak 40 orang
berjumlah 20 orang dengan
dengan persentase 41,7%, dan
persentase 20,8%.
STRATA 1 sebanyak 3 orang dengan
persentase 3,1%.

Tabel 4.4 Distribusi


Ketergantungan Nikotin
Responden

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan


Responden

Ketergantungan Nikotin

Dari tabel di 4.4 didapatkan


bahwa ketergantungan nikotin pada
responden dengan ketergantungan
sangat ringan berjumlah 12 orang
dengan persentase 12,5%, yang

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 9


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
persentase 49,0%, dan hisapan dalam
Ketergantungan Frekuensi Persen
berjumlah 31 orang dengan
Nikotin (%)
persentase 32,3%.
Ketergantungan
12 12,5 Tabel 4.5 Distribusi Kedalaman
Sangat Ringan
Hisap Rokok Responden
Ketergantungan Kedalama Frekuens Perse
31 32,3
Ringan n Hisap i n (%)
Hisapan
18 18,8
Ketergantungan Dangkal
17 17,7 Hisapan
Sedang 47 49,0
Sedang
Hisapan
Ketergantungan 31 32,3
16 16,7 Dalam
Berat Total 96 100,0

Ketergantungan
20 20,8 Gangguan Fungsi Kognitif
Sangat Berat
Fungsi kognitif pada perokok
Total 96 100.0 di bagi menjadi 2, yaitu perokok
dengan gangguan kognitif dan

Kedalaman Hisap perokok yang tidak mengalami


gangguan kognitif atau normal.

Kedalaman hisap pada perokok Berdasarkan penelitian yang di

di bagi menjadi 3, yaitu hisapan dapat, jumlah terbanyak ada pada

dangkal, hisapan sedang, dan hisapan perokok dengan gangguan kognitif

dalam. Berdasarkan penelitian yang dibandingkan dengan fungsi kognitif

di dapat, jumlah terbanyak ada pada yang normal, yaitu 80 orang dengan

perokok dengan hisapan sedang, presentase 83,3%. Dari tabel 4.6

yaitu 47 orang. Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa fungsi kognitif

didapatkan bahwa kedalaman hisap pada responden dengan tidak

rokok pada responden dengan mengalami gangguan kognitif

hisapan dangkal berjumlah 18 orang berjumlah 16 orang dengan

dengan persentase 18,8%, hisapan persentase 16,7%.

sedang berjumlah 47 orang dengan

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 10


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
Tabel 4.6. Distribusi Fungsi 54,5% berjumlah 6 orang. Pada
Kognitif Responden perokok sedang yang masih
mempunyai fungsi kognitif normal
sebesar 14,0% yang berjumlah 6
Hubungan Antara Derajat
orang dan yang memiliki gangguan
Merokok Terhadap Fungsi
fungsi kognitif sebesar 86,0% yang
Kognitif di Lingkungan
berjumlah 37 orang. Pada perokok
Universitas Muhammadiyah
berat yang memiliki hasil kognitif
Jakarta
normal sebesar 11,9% yang
berjumlah 5 orang, dan yang
Fungsi Frekuensi
memiliki gangguan kognitif sebesar
Kognitif Persen
88,1% yang berjumlah 37 orang.
(%)
Gangguan Berdasarkan hasil uji Chi Square
80 83.3 didapatkan nilai p = 0,024 (p < α, α =
Kognitif
Normal 16 16.7 0,05) maka dapat disimpulkan
Total berhasil tolak H0 atau dengan kata
96 100.0
lain terdapat hubungan bermakna
Dari hasil tabel 4.7 analisis
antara derajat merokok terhadap
hubungan antara derajat merokok
fungsi kognitif.
dengan fungsi kognitif, didapatkan
Tabel 4.7. Hubungan Derajat
Fungsi Kognitif Total P value
Pendi Merokok Terhadap Fungsi
Gangguan
Normal Kognitif
dikan Kognitif
n % n % n % Hubungan Antara Pendidikan
SD 1 8,3 11 91,7 12 100
SMP 3 7,3 38 92,7 41 100 Terhadap Fungsi Kognitif di
SMA 10 25,0 30 75,0 40 100 0,014
Lingkungan Universitas
S1 2 66,7 1 33,3 3 100
Total 16 16,7 80 83,3 96 100 Muhammadiyah Jakarta
pada responden dengan perokok
ringan mempunyai hasil kognitif Dari hasil tabel 4.8 analisis
normal atau tidak ada gangguan
Deraj Fungsi Kognitif
sebesar 45,5% yang berjumlah 5
Gangguan Total
at Normal P
orang sedangkan yang memiliki Kognitif
Mero value
gangguan fungsi kognitif sebesar kok
n % N % n %
Ringa 5 45,5 6 54,5 11 100 0,024
n 6 14,0 37 86,0 43 100
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 11
Sedan
Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
g
Berat 5 11,9 37 88,1 42 100
Total 16 16,7 80 83,3 96 100
hubungan pendidikan terhadap 0,014 (p < α, α = 0,05) sehingga
fungsi kognitif didapatkan responden dapat disimpulkan bahwa terdapat
dengan pendidikan SD yang hubungan antara pendidikan dengan
memiliki fungsi kognitif normal fungsi kognitif.
sebanyak 1 orang dengan persentase
Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan
8,3% dan yang mengalami gangguan
Terhadap Fungsi Kognitif
kognitif sebanyak 11 orang dengan
persentase 91,7%, responden dengan
pendidikan SMP yang memiliki
fungsi kognitif normal sebanyak 3
orang dengan persentase 7,3% dan 4.3.3. Hubungan Antara

responden dengan gangguan kognitif Kedalaman Hisap Rokok

sebanyak 38 orang dengan persentase Terhadap Fungsi Kognitif di

92,7%, responden dengan pendidikan Lingkungan Universitas

SMA yang memiliki fungsi kognitif Muhammadiyah Jakarta.

normal sebanyak 10 orang dengan


persentase 25,0% dan yang memiliki Dari hasil tabel 4.9 analisis

Fungsi Kognitif
Gangguan Total P value
Kedalaman Hisap Normal
kognitif
n % n % N %
Dangkal 7 38,9 11 61,1 18 100
Sedang 5 10,6 42 89,4 47 100
0,019
Dalam 4 12,9 27 87,1 31 100
Total 16 16,7 80 83,3 96 100
gangguan kognitif sebanyak 30 hubungan kedalaman hisap terhadap
orang dengan persentase 75,0%, dan fungsi kognitif didapatkan responden
responden dengan pendidikan S1 dengan kedalaman hisap dangkal
sebanyak 2 orang dengan persentase yang mempunyai fungsi kognitif
66,7%, dan yang memiliki gangguan normal atau tidak ada gangguan
kognitif sebanyak 1 orang dengan sebesar 38,9% dengan jumlah 7
persentase 33,3%. Berdasarkan hasil orang dan yang mengalami gangguan
uji Chi Square didapatkan nilai p = fungsi kognitif sebesar 61,1%

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 12


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
dengan jumlah 11 orang. Pada mempunyai fungsi kognitif normal
kedalaman hisap sedang yang tidak atau tidak ada gangguan sebesar
mengalami gangguan fungsi kognitif 50,0% dengan jumlah 6 orang dan
sebesar 10,6% dengan jumlah 5 yang mengalami gangguan fungsi
orang dan yang mengalami gangguan kognitif sebesar 50,0% dengan
fungsi kognitif sebesar 89,4% jumlah 6 orang. Pada ketergantungan
dengan jumlah 42 orang. Pada nikotin ringan yang tidak mengalami
responden dengan kedalaman hisap gangguan fungsi kognitif sebesar
berat yang memiliki kognitif normal 9,7% dengan jumlah 3 orang dan
sebesar 12,9% berjumlah 4 orang, yang mengalami gangguan fungsi
yang memiliki gangguan kognitif kognitif sebesar 90,3% dengan
sebesar 87,1 berjumlah 27 orang. jumlah 28 orang. Pada responden
Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan ketergantungan nikotin
didapatkan nilai p = 0,019 (p < α, α = sedang yang memiliki kognitif
0,05) sehingga dapat disimpulkan normal sebesar 17,6% berjumlah 3
bahwa terdapat hubungan antara orang, yang memiliki gangguan
kedalaman hisap dengan fungsi kognitif sebesar 82,4% berjumlah 17
kognitif. orang. Pada responden dengan
ketergantungan nikotin berat yang
Tabel 4.9 Hubungan Kedalaman
memiliki kognitif normal sebesar
Hisap Terhadap Fungsi Kognitif
12,5% berjumlah 2 orang, yang
memiliki gangguan kognitif sebesar

4.3.4. Hubungan Antara 87,5% berjumlah 16 orang. Pada

Ketergantungan Nikotin responden dengan ketergantungan

Terhadap Fungsi Kognitif di nikotin sangat berat yang memiliki

Lingkungan Universitas kognitif normal sebesar 10,0%

Muhammadiyah Jakarta. berjumlah 2 orang, yang memiliki


gangguan kognitif sebesar 90,0%
Dari hasil tabel 4.10 analisis berjumlah 20 orang. Berdasarkan
hubungan ketergantungan nikotin hasil uji Chi Square didapatkan nilai
terhadap fungsi kognitif didapatkan p = 0,021 (p < α, α = 0,05) sehingga
responden dengan ketergantungan dapat disimpulkan bahwa
nikotin sangat ringan yang

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 13


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016
terdapat hubungan antara Tabel 4.10. Hubungan
ketergantungan nikotin dengan Ketergantungan Nikotin Terhadap
fungsi kognitif. Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif
Ketergantu Gangguan Total
ngan Normal P value
Kognitif
Nikotin n % n % n %
Sangat 6 50,0 6 50,0 12 100
Ringan

Ringan 3 9,7 28 90,3 31 100

Sedang 3 17,6 14 82,4 17 100


0,021
Berat 2 12,5 14 87,5 16 100

Sangat 2 10,0 18 90,0 20 100


Berat

Total 16 16,7 80 83,3 96 100

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan 14


Universitas Muhammadiyah Jakarta 2016

Anda mungkin juga menyukai