Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang kemudian diadopsi untuk di terapkan
di dunia pendidikan. Sejak saat itu masyarakat mulai sadar bahwa untuk meningkatkan kualitas
pndidikan perlu melompat atau keluar dari lingkup pengajaran didalam kelas secara sempit ke
lingkup organisasi sekolah. Oleh karena itu, diperlukan reformasi sistem secara struktural dan
gaya manajemen sekolah.
Oleh karena itu kami memilih judul model Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.2.1 Mengetahui makna manajemen berbasis sekolah.
1.2.2 Mengetahui elemen-elemen pokok MBS.
1.2.3 Mengetahui fungsi dari MBS.
1.2.4 Mengetahui bangunan manajemen berbasis sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Pemberdayaan Guru
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang
tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dansasaran sekolahnya melalui program-program
yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap (Depdiknas, 2007 : 17-18 ).
Salah satu faktor penting yang ikut menentukan tercapai-tidaknya tujuan sekolah adalah
pengelolaan sekolah yang bersangkutan, berupa penerapan sejumlah prinsip dasar organisasi
yang meliputi: penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah, penentuan struktur organisasi atau pola
kerjasama, pembagian kerja, koordinasi, kelancaran komunikasi, proses pengambilan keputusan,
dan kelangsungan hidup organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
SUBSTANSI MBS
Fungsi dan substansi Manajemen Berbasis Sekolah, dari aspek fungsinya, beberapa hal yang
tercakup adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan
kepemimpinan. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan oleh sekolah (kepala sekolah, guru, dibantu oleh
komite sekolah) dan ada yang berpendapat karena pentingnya “kepemimpinan” maka
manajemen dan kepemimpinan dipisahkan. Substansi atau bidang yang dikelola oleh sekolah
dengan fungsi-fungsi tersebut meliputi :
1. Bidang Teknis Edukatif
Manajemen bidang teknis edukatif di sekolah yang sangat penting adalah aspek kurikulum
dan implementasinya (pelaksanaannya) di sekolah. Dalam kaitannya dengan kurikulum.
2. Bidang Ketenagaan
Fungsi-fungsi manajemen dalam urusan ketenagaan di antaranya mencakup perencanaan
mencakup perencanaan kebutuhan, seleksi, pengangkatan, penempatan, pengembangan, dan
pemberhentian. Bagi sekolah negri, fungsi yang menjadi kewenangan kepala sekolah tidak
sekompleks tersebut. Selama ini peran sekolah hanya sebatas mengusulkan kebutuhan tenaga
(guru dan nonguru), memproses/mengusulkan angka kredit, mengusulkan pension atau usul
pindah.
3. Bidang keuangan
Terutama untuk pendanaan pendidikan di sekolah merupakan salah satu elemen MBS yang
sangat penting. Merujuk pada keuangan sekolah sebagai elemen asensial dalam pelaksanaan
MBS.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
Kasus-kasus terjadi yang menunjukkan inisiatif sekolah untuk memenuhi sendiri sarana
prasarana pendidikan. Diantara sekolah banyak yang membangun tambahan ruang kelas baru
atau memperbaiki ruang kelas yang rusak secara mandiri (dengan bantuan orang tua peserta
didik dan BP3 atau komite sekolah). Ada juga sekolah-sekolah yang membeli buku pelajaran dan
tambahan buku perpustakaan atas inisiatif sendiri.Di sisi lain, juga ada sebagian buku-bukuyang
didropoleh pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota.
5. Bidang Kesiswaan
Siswa atau peserta didik merupakan komponen yang sangat penting karena menjadi muara
dan seluruh upaya perbaikan komponen-komponen lainnya dalam manajemen pendidikan.
Perbaikan kurikulum dan penataran guru misalnya, tujuan akhirnya adalah untuk membuat agar
prestasi peserta didik menjadi lebih baik.
2. Atap Segitiga
Dalam bangunan MBS, terdapat atap segitiga akuntabilitas yang merujuk kepada standar
nasional, akreditasi sekolah dan evaluasi independen oleh lembaga mandiri.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah juga berfungsi
sebagai standar nasional karena ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Evaluasi merupakan bentuk akuntabilitas yang diberikan kepada satuan-satuan
pendidikan, termasuk program-programnya.
Menurut pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi.
Sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi pada umumnya sangat populer untuk
sekolah kejuruan dan kursus-kursus serta pelatihan keterampilan tertentu yang bersifa
vokasional.
Berdasarkan pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, p[ara pengambil kebijakan masih
mempunyai ruang untuk mengatur pelaksanaannya.
3. Lantai Prasyarat (SPM), Fondasi (Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Lahan (Aspirasi
Masyarakat)
Pelaksanaan MBS yang berwawasan mutu (MBS) akan sulit diwujudkan bahkan dalam
kondisi tertentu tidak dapat dilaksanakan, kalau pemenuhan standar pelayanan minimal sekolah
(P-SPM-S) tidak dilaksanakan untuk mendukung sumber daya pendidikan (SDM) yang
memadai. Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, Dewan Pendidikan berperan
menampung dan menyalurkan aspirasi tersebut, dengan fungsinya sebagai pendukung (turut
mencari solusi dan pemecahan masalah), penasehat (pemberi saran), pengawas (ikut mengontrol)
dan mediator (penghubung berbagai pihak untuk membantu pendidikan). Dalam praktik saling
hubungan antarelemen tersebut sungguhpun merupakan parameter, tetapi pelaksanaannya
elastis/fleksibel dan dinamis dan sangat ditentukan oleh loyalitas serta kesungguhan berbagai
pihak terkait terhadap pelaksanaan sistem yang berlaku.
Dari hal itu, dapat diketahui bahwa peran serta masyarakat lebih difokuskan pada pendirian
(penyelenggaraan) sekolah swasta.
Konsep bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah dimaknai secara sempit karena hanya dikaitkan dengan biaya pendidikan. Rumusan
tersebut terdapat pada penjelasan pasal 25 ayat 1 butir 1/Sementara pasal 25 pada UU No. 2
tahun 1989 ayat 1 butir 1 bunyinya sbb :
(1) Setiap peserta didik berkewajiban untuk
1. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kwajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sekali lagi, tampak bahwa pengertian tanggungjawab bersama telah dikerdilkan artinya, hanya
sebatas sumbangan biaya pendidikan bagi siswa sekolah negeri, yang bukan pada jenjang wajib
belajar.
4. Beberapa catatan tentang Pelaksanaan Perean Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Beberapa catatan untuk mendukung peran lembaga-lembaga mandiri tersebut, sebagai berikut :
a. Batasan peran Dewan pendidikan dan Komite Sekolah
Pelaksanaan kebijakan menjadi tanggungjwab birokrasi pendidikan di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, sebagai pasangan kerja Dewan Pendidikan sesuai lingkupnya. Sedangkan
pelaksnaan kebijakan sekolah ada di tangan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Keterlibatan anggota maupun pengurus baik Dewan Pendidikan maupun Komite Sekolah
dalam melaksanakan tugasnya adalah atas nama lembaga bukan pribadi. Apa yang mereka
lakukan harus dipertanggungjawabkab kepada lembaga dan kalau terdapat penyimpanan tentu
akan dituntut sesuau aturan perundangan yang berlaku :
1. Hak orang tua siswa
Masalah yang menyangkut kepentingan orang tua secara bersama/umum dapat disalurkan
melalui Komite Sekolah
2. Acuan atau Panduan Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite sekolah yang dikeluarkan
mendiknas dengan keputusan No 044/U/2002 sudah cukup memadai, paling tidak untuk kondisi
masyarakat dan sekolah yang sedang dalam perailah ke arah kemandirian.
3. Status kelembagaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dan keanggotaannya.
Dewan pendidikan dan Komite sekolah sebagai lembaga mandiri , keanggotaannya bersifat
terbuka dan suka rela
4. Sosialisasi Dewan pendidikan dan Komite Sekolah secara terpadu dengan komponen pembaruan
lainnya.
5. Pembentukan komite sekolah agar dilakukan sebagai ”gayung bersambut” dengan penerapan
MBS sesuai pesan pasal 51 UU No. 20 tahun 2003.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based
management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas
pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis
mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil
dari desentralisasi pendidikan. Fungsi dan substansi Manajemen Berbasis Sekolah, dari aspek
fungsinya, beberapa hal yang tercakup adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, evaluasi, dan kepemimpinan. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan oleh sekolah (kepala
sekolah, guru, dibantu oleh komite sekolah) dan ada yang berpendapat karena pentingnya
“kepemimpinan” maka manajemen dan kepemimpinan dipisahkan.
2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa pandangan peneliti yang sekiranya dapat
diangkat sebagai saran bagi pihak sekolah, dan peneliti yang akan datang.
1. Bagi sekolah hendaknya untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru yang belum sesuai
dengan tuntutan program dan melengkapi kekurangan sarana dan prasarana sekolah. Selain itu,
kerjasama dengan pihak terkait agar lebih diintensifkan sehingga sekolah bisa mendapatkan
bantuan dana dari perusahan atau lembaga selain pemerintah dan orang tua siswa.
2. Bagi pembaca diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah dengan tinjauan yang berbeda yaitu tentang substsi program dan
pendanaan sekolah