Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati
yang tinggi. Menyadari potensi keanekaragaman hayati yang sangat strategis tersebut,
pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan berbagai kebijakan dan peraturan
menyangkut pemanfaatan, perlindungan dan pelestariannya. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan,
sandang, dan obat-obatan. Kita sepakat bahwa kecukupan pangan misalnya, akan
tergantung pada tersedianya varietas unggul yang berproduksi tinggi dan tahan
cekaman biotik dan abiotik. Pada dasarnya varietas unggul itu adalah kumpulan dari
keanekaragaman genetik spesifik yang diinginkan dan dapat diekspresikan.
Keanekaragaman genetik spesifik tersebut ada pada plasma nutfah komoditi yang
bersangkutan. Jadi plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik di dalam jenis
(Sartono, B. et al. 2003)
Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber genetik dalam satu spesies
tanaman yang memiliki keragaman genetis yang luas. Koleksi plasma nutfah adalah
kumpuIan varietas, populasi strain, galur, klon, dan mutan dari spesies yang sama,
yang berasal dari lokasi agroklimat atau asal-usul yang berlainan. Masing-masing
anggota koleksi plasma nutfah harus memiliki perbedaan susunan genetik, baik yang
terlihat secara fenotipik maupun yang tidak terlihat. Koleksi plasma nutfah sebagai
kompulan genotipe atau popuIasi yang mewakili kultivar, genetic stocks, spesies liar,
dan lain-lain yang dapat disimpan dalam bentuk tanaman, benih, dan kultur jaringan
(Sartono, B. et al. 2003).
Sebagai sumber genetik, plasma nutfah merupakan sumber sifat yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan untuk perbaikan genetik tanaman dalam rangka
menciptakan jenis unggul atau kultivar baru untuk memenuhi kebutuhan umat
manusia. Tanpa adanya sumber-sumber gen, maka upaya memperoleh kultivar-
kultivar yang lebih sesuai untuk kebutuhan manusia tidak akan berhasil. Semakin
beragam sumber genetik, semakin besar peluang untuk merakit varietas unggul baru
yang diinginkan. Hal ini berarti keragaman genetik diharapkan tidak terbatas, tetapi
kenyataannya banyak sumber genetik yang punah karena tidak dipelihara (Suhartini,
Tintin, 2010)
Plasma nutfah harus dikonservasi karena plasma nutfah sering mengalami
erosi genetik yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin menurun. Salah
satu yang perlu yang perlu diper hatikan dalam pelestarian plasma nutfah adalah
penyimpanan. Metode konservasi sumber daya genetik secara luas terbagi menjadi
dua yaitu secar in situ dan ex situ. Konservasi in situ yaitu konservasi didalam
kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Khususnya untuk tumbuhan
meskipun berlaku untuk populasi yang diabiakkan secara alami, konservasi in situ
mungkin termasuk regenerasi buatan apabila penanaman dilakukan tanpa seleksi yang
disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi reproduksi lainnya
dikumpulkan secara acak (Hanarida, I.S,2005)
B. Tujuan
Untuk mengetahui keanekaragaman dari plasma nutfah, macam-macam
plasma nutfah, dan usaha pelestariannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
SYARAT TUMBUH
Habitat yang disukai adalah tanah aluvial dan kering hingga pada tanah berpasir dan
tanah liat. Pohon Baccaurea polyneura merupakan tanaman buah musiman. Musim
bunganya berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember, sedangkan musim
buahnya terjadi antara bulan Januari hingga Maret. Pohon ini tumbuh di daerah
dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl (Sisillia, L., 2009 )
MANFAAT TANAMAN
Pohon Sijontiak dimanfaatkan buahnya untuk dimakan langsung sebagai buah
segar. Buahnya mempunyai rasa asam-asam manis. Selain dimakan langsung buah
Kepundung juga dapat diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi
minuman.
Kayu pohon Sijontiak memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, tanaman sijontiak satu spesies
dengan tanaman kepundung ini mempunyai khasiat sebagai tanaman obat. Salah
satunya adalah sebagai obat mencret dan untuk pelancar haid.
Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan
pertanian cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi
dan kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan
gembur, kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran
terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah
kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman
akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
3. Mulsa
Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan pembenah tanah yang lainnya. Kandungan unsur hara yang dikandung
pupuk kandang umumya rendah dan sangat bervariasi, misalnya unsure N, P dan K
tetapi juga mengandung unsure esensial lainnya (Sutanto, 2002).
Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik
atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau
alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang,
kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk
organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Pemberian pupuk kandang sapi memberikan rata-rata kadar C-organik tanah
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin yang artinya
perombakan oleh mikroorganisme tanah terjadi secara perlahan-lahan, kurang
terbentuk panas sehingga hara yang terlepaskan secara berangsur-angsur.
5. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau
biologis. pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam
pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan.
Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari
urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah
kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin
cepat pupuk mencair.
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya
dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan
perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4)
Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Hanarida, I.S.2005).
Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat
yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae.
Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia, baik di daerah beriklim panas
(tropis) maupun sedang (sub-tropis). Di Indonesia tanaman mentimun banyak
ditanam di dataran rendah (Suketi, K.,2000).
Budidaya mentimun, khususnya mentimun Jepang umumnya dilakukan
dengan sistem hidroponik media padat. Budidaya mentimun ini baru berkembang di
wilayah Jawa Barat pada daerah ketinggian di atas 800 mdpl. Konsentrasi hara pada
larutan hara untuk sistem hidroponik sangat kritis, terutama untuk unsur hara mikro.
Salah satu unsur hara mikro yang banyak mendapat perhatian dalam budidaya
mentimun sistem hidroponik adalah unsur boron (Suketi, K.,2000).
BAB III BAHAN DAN METODA
Benih atau klon tanaman yang akan dikoleksi dipilih yang memiliki kondisi
optimum.Benih atau klon tanaman di tanam pada media tanam yang telah disediakan
dan dilakukan perawatan. Sterilisasi alat dilakukan dengan cara di autoklaf dengan
suhu 121oC, tekanan 15 psi selama 15 menit kemudian dikeringkan pada suhu 75oC
sebelum digunakan.
Media MS + 2 μM 2,4-D sebanyak 600 ml dibuat untuk setiap pembuatan
media, kemudian dibagi menjadi 100 ml untuk setiap perlakuan, caranya 350 ml
akuades steril dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran satu liter diikuti oleh satu per
stok larutan hara, 2,4-D, dan vitamin untuk perhitungan media MS 600 ml sambil
diaduk menggunakan magnetic stirrer. Masing – masing +- 50 ml media dibagi
kedalam 6 erlenmeyer ukuran 100 ml untuk setiap perlakuan. Kemudian ditambahkan
perlakuan zpt lalu dicukupkan volumenya menjadi +- 100 ml. pH media diatur
mencapai 5,8 lalu ditambahkan agar 0,4 gr/100 ml lalu dipanaskan sampai mendidih
kemudian dibagi kedalam botol kultur +- 10 ml, lalu ditutup menggunakan
aluminium foil selanjutnya disterilisasi. Kemudian tutup media dilapisi dengan plastic
kaca dan diikat menggunakan karet. Lalu diinkubasi di ruang kultur selama 1 minggu.
Anther mentimun diambil dari bunga yang masih kuncup. Kuncup bunga
diambil sekitar jam 9.00 – 10.00 pagi hari. Kuncup bunga disterilisasi di LAFC
dengan direndam alkohol 70% selama 2 menit dan 1,5 Natrium Hipoklorit selama
15 menit. Kemudian Kuncup bunga dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali.
Penanaman eksplan dilakukan didalam LAFC dengan kondisi aseptik.
Anther diambil menggunakan pinset dari kuncup bunga mentimun yang telah
disterilisasi dan ditanam ke dalam botol. Lapisan atas aluminium foil dibalut dengan
lakban dan dibalut dengan plastic wrap kemudian kultur anther disimpan dalam
ruang inkubasi selama 4 minggu. Kemudian dilakukan pengamatan dan analisis
data.
Berdasarkan hasil eksplorasi pada dua tempat ditemukan dua aksesi, pada
aksesi satu memiliki pohon yang lebih tinggi dari pada aksesi ke dua. Perbedaan
antara aksesi satu dan aksesi dua dapat dilihat pada tabel perbedaan, berbedaan pada
aksesi satu dan aksesi dua dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar dan faktor
usia paa kedua aksesi. Ketinggian tempat pada kedua aksesi juga mempengaruhi
perbedaan pada kedua aksesi.
Tanaman sijontiak sudah jarang ditemukan atau sudah dikategorikan sebagai
tanaman yang langka sebab dikatakan langka tanaman siontiak jarang dijadikan
sebagai tanaman budidaya karena pertumbuhan dari tanaman tanaman sijontiak yang
lama da tanaman sijotiak juga disebut dengan tanaman semusim.
Manfaat dari tanaman sijontiak ini bayak sekali mulai dari akar hingga ke
daun nya, apabila masyarakat setempat dapat membudidayakan tanaman sijontiak
maka tanaman sijontiak tidak dikategorikan sebagai tanaman yang langka.
B. Koleksi in vivo
Untuk koleksi in vivo dari tanaman sijontiak diambil daunnya untuk dijadikan
herbarium,
Gambar Keterangan
D. Koleksi invitro
A. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya melakukan
eksplorasi plasma nutfah baik secara in situ dengan cagar alam maupun ex situ seperti
koleksi In Vitro dilaboratorium seperti Kultur Anther mentimun, secara in vivo
menggunakan herbarium kering maupun basah. Dari data yang kita peroleh dapat kita
lakukan analisis kekerabatannya sehingga mempermudah dalam aktivitas pemuliaan
untuk merakit varietas-varietas baru untuk meningkatkan kesejahteraan petani dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.
B. Saran
Diharapkan dari pratikum kali ini mahasiswa dapat memahami dan
mempraktekan kedepannya dan juga sebagai sumber informasi serta ilmu
pengetahuan bagi praktikan dan pembaca. Bagi praktikan selanjutnya diharapkan
lebih serius dan teliti lagi dalam melaksanakan praktikumnya sehingga hasil yang
diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bhuyan N, N. Basanta, K. Borah and R.N. Sarma. (2007). Genetic diversity analysis
in traditional lowland nice (oryza sativa L.) of Assam using RAPD and ISSR
markers Current Science. 93 (7):697-972.
Cahyarini RD, Yunus A, Purwanto E. ( 2004). Identifikasi Keragaman Genetik
Beberapa Varietas Lokal Kedelai di Jawa Berdasarkan Analisis Isozim.
Agrosains 6 (2):79-83.
Cahyono, 2003. Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan Bogor : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
Pertanian Bogor.
Diamanti, J., F. Capocasa et al. 2012. Standardized method For Evaluation of
Strawberi (Fragaria x ananassa duch). Germplams collections as a genetic
resource for fruit nutrisionalcompounds. Jurnal of food compositions and
analisis 28:170-178
Fauza, H., Sutoyo, dan N. E. Putri. 2014. Eksplorasi tanaman markisa di Alahan
Panjang. Laporan Penelitian dan Pembibitan Tanaman Hortikultura.LPPM
Unand. Padang.