1
dan kredit pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya bank rakyat dikemudian
hari.
2
Disamping itu pada tahun 1927 di Indonesai juga mengeluarkan Undang-undang No.23
tentang Peraturan-peraturan koperasi, namun pemerintah Belanda tidak mencabut undang-
undang tersebut, sehingga terjadi dualisme dalam bidang pembinaan perkoperasian di Indonesia.
Tahun 1920 dibentuklah Cooperative Commissie (Komisi Koperasi) yang diketuai oleh Prof. Dr.
J.H. Boeke. Komisi ini bertugas untuk mengadakan penyelidikan apakah koperasi ini bermanfaat
bagi Nederland Indie (Indonesia) serta bagaimana cara untuk pengembangannya. Untuk itu
keanggotaannya disertakan 3 orang pribumi, antara lain: seorang dari Pengurus Budi Oetomo.
Dalam laporannya (1921) komisi tersebut menyimpulkan bahwa, pemerintah seharusnya
aktif membantu pengembangan koperasi dan oleh karena itu kiranya disusun peraturan
perundang-undangan koperasi yang baru. Namun kenyataannya peraturan perundang-undangan
tersebut tidak banyak membantu, sehingga perkembangan gerakan koperasi tetap kurang baik.
Hal ini disebabkan antara lain oleh para Bank Rakyat yang khusus dibentuk secara kooperatif
masih merupakan tugas sampingan dan adanya pemahaman baru yang muncul dari kaum
pergerakan yang justru menentang untuk berkoperasi (non-cooperation). Tentang penyebab-
penyebab kegagalan koperasi konsumsi atau took adil ini diakui secara jujur oleh Budi Utomo
yang tercantum dalam “Sumbangsih” (buku peringatan sedawarsa berdirinya Budi Utomo),
antara lain karena kurang diperhatikannya soal-soal kejujuran, pengetahuan pengkoperasian dan
pengalaman berusaha.
Kegagalan yang sama juga dialami oleh Serikat Dagang Islam (SDI) yang dilahirkan
pada tahun 1911 dengan pimpinan H. Samanhudi, dan pada tahun 1912 berubah nama menjadi
Serikat Islam (SI) yang bertujuan untuk mengimbangi dan atau menentang politik pemerintah
kolonial tang telah memberi fasilitas-fasilitas yang longgar dan menguntungkan para pedagang
asing, sedangkan pedagang pribumi mendapatkan tekanan sehingga sulit berkembang. Kemudian
lahirlah toko-toko koperasi yang mengalami kegagalan setelah beberapa bulan berjalan.
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibawah pimpinan Ir. Soekarno pada tahun 1929 dalam
kongresnya di Jakarta mengobarkan semangat berkoperasi dikalangan golongan mudanya,
diantara mereka ini kebanyakan telah memahami secara luas tentang perkoperasian yang
bergerak di luar negeri. Pengetahuan tersebut dipraktekkan setelah disesuaikan dengan kondisi,
kebiasaan serta kepentingan penduduk, sehingga dapat berkembang dan mencapai optimalisasi
pada tahun 1932 setelah lama terjadi kembali kemunduran.
3
Pada tahun 1942, pada masa kedudukan Jepang keadaan perkoperasian mengalami
kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia, hal ini disebabkan pemerintah
Jepang mencabut Undang-undang No 23 dan menggantikannya dengan “Kumiai” (koperasi
model Jepang ) yang hanya merupakan alat mereka untuk mengumpulkan hasil buni dan barang-
barang kebutuhan Jepang. Pada tahun 1963 koperasi-koperasi yang telah ada bergabung dan
membentuk nama “Moeder Centraal”, yang kemudian diubah namanya menjadi Gabungan Pusat
Koperasi Indonesia (GAPKI).
Pada hakekatnya pertumbuhan koperasi di tanah air menghadapi dua macam rintangan
yang datang dari luar (eksternal) dan dari dalam (internal) koperasi itu sendiri yaitu :
1. Rintangan dar luar tubuh koperasi, rintangan ini merupakan tekanan-tekanan politik
pemerintah kolonial dan saingan berat dari kaum kapitalis.
3. Tentang saingan berat dari kaum kapitalis Belanda dikarenakan mereka takut terdesak
usaha-usahanya oleh gerakan koperas.i Rintangan ini juga dilakukan oleh pedagang asing
(cina) yang telah mendapat kepercayaan dari pemerintah colonial.
4. rintangan dari dalam tubuh koperasi, rintangan ini berupa hambatan-hambatan yang akan
menggagalkan atau sangat mengikat pertumbuhan dan perkembangan koperasi. yaitu:
Agar supaya pengembangan koperasi dapat berjalan dengan lancar dan memenuhi jiwa
pasal 33 UUD 1945. pada bulan Desember 1946 oleh Pemerintah Rl telah diadakan reorganisasi
Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri, yang sejak saat itu instansi Koperasi dan
Perdagangan dipisah menjadi instansi yang berdiri sendiri. Pada awal tahun 1947 di Jawa yang
merupakan daerah perjuangan utama, telah tercatat ±2500 koperasi yang diawasi oleh
Pemerintah RI,namun pengawasan tersebut dapat dikatakan kurang seksama karena situasi dan
kondisi daerah-daerah tidak memungkinkan. Pergerakan koperasi di daerah Republik lndonesia
telah berhasil mewujudkan 3 (tiga) kegiatannya yang penting yang selalu akan tercatat dalam
sejarah pergerakan koperasi di lndonesra yaitu :
1. Koperasi Desa
Koperasi Desa tugasnya tidak hanya terbatas pada satu bidang kegiatan, melainkan
meliputi tugas-tugas meningkatkan produksi, membimbing pengolahan hasil produksi,
pemasaran hasil produksn secara terpadu, mengusahakan kredit untuk memperlancar
usaha tani dan lain sebagainya. Sebenarnya pemula gagasan ini adalah Sir Horace
Plunkett yang telah berhasil dilakukan oleh dia di india, yang terkenal dengan “Multy
Purposes Cooperative". Perlu diketahui bahwa Sir Horace Plunkett berpendapat “Dengan
Koperasi Desa akan tercapai pertanian yang lebih baik dan kehidupan yang lebih baik'’
Bila dihubungkan dengan peranan KUD pada saat ini yang mengelola Agribusiness,
terbukti pada umumnya para petani yang bergabung dalam KUD, tingkat
kesejahteraannya lebih baik, karena KUD telah dapat menimbulkan gairah kerja untuk
meningkatkan produksi, kemudian para petani dibimbing untuk mengolah lebih lanjut
hasil pertanian itu sehingga menjadi komoditi perdagangan yang harganya dapat lebih
tinggi, pemasaran dilakukan melalui KUD dengan harga yang layak sehingga
memperoleh pendapatan yang lebih besar yang dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, terbebas dari para lintah darat dan untuk hari depan mempunyai sejumlah
5
tabungan pada KUD yang berasal dari simpanan wajib dan sukarela (Kanasapoetra. 1987
87-83).
Pada tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947, gerakan Koperasi lndonesia dalam alam
kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama dengan bertempat di
Tasikmalaya Pelaksanan kompres ini dan keputusan-keputusan yang dihasilkan telah
memberi warna, bahwa gerakan Koperasi lndonesra merupakan alat perjuangan di bidang
ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan yaitu, terbangunnya
Masyarakat Adil dan Makmur yang menyeluruh. Keputusan -keputusan lainnya ialah :
Menjelang saat-saat dilakukannya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949,
UU/Peraturan Koperasi tahun 1927, Sbtl no. 91 telah ditinjau kembali, ternyata banyak
diantara ketentuannya yang kurang cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia, karena
itu diadakan Peraturan Koperasi yang baru, yaitu peraturan Koperasi Tahun 1949 no. 179.
Dalam Peraturan Koperasi yang baru ini jelas dinyatakan bahwa “koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan
kepada setiap orang atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan
berhenti daripadanya, maksud utama mereka dalam wadah koperasi itu yaitu memajukan
tingkat kesejahteraan lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama
di bidang perdagangan, usaha kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluan
6
anggota, menanggung bersama kerugian yang dialami., pemberian atau pengaturan
pinjaman, pembentukan koperasi harus diperkuat dengan akta (surat yang sah) dan harus
didaftarkan serta diumumkan menurut cara-cara yang telah dilantunkan oleh pemerintah“
(Kartasapoetra, 1987: 87-89). Peraturan Koperasi Tahun 1949 no. 179 tersebut, walau
persiapan dan pembentukannya dilakukan pada saat-saat pemerintah kolonial Belanda
sedang Sibuk dengan kegiatan pembentukan Negara Federal bersama negara bagian yang
telah dibentuknya, jelas banyak diilhami oleh gerakan koperasi yang telah dibentuk di
daerah-daerah Republik lndonesia yang telah menyesuiakan diri dengan gelora
perjuangan dan pembangunan bangsa dan negara dalam satu wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan dan
diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan hal tersebut jawatan-
jawatan koperasi di negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam
satu bentuk organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara RI, segala sesuatunya
diseragamkan dan disesuaikan dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan 1945, Pancasila dan
UUD 1945. Menurut Sitio (2001 :11) dalam proses perjuangan gerakan koperasi, pada tahun
1951 di Jawa Barat dan Sumatra Utara didirikan badan-badan koordinasi yang merupakan badan
penghubung cita-cita koperasi serta sumber penerangan dan pendidikan bagi anggota koperasi.
Namun sistem liberalisme yang bertentangan dengan semangat gotong royong dan kekeluargaan
mulai memecah persaman antara warga Negara, tekanan dan penganutnya terasa sekali terhadap
perkoperasian seperti senang terjadi pergantian kabinet, dengan sendirinya garis kebijakan dan
program-program kementrian yang menangani urusan koperasi pun selalu berubah-ubah. Selain
itu keanggotaan koperasr yang tidak mengenal perbedaan golongan, aliran, suku, agama menjadi
terpengaruh oleh tindakan para pemimpin gerakan-gerakan politik. Akibat liberalisme tersebut
maka diberlakukanlali kembali UUD 1945 oleh Presiden Soekarno berdasarkan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959, dimana Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali. Tapi
pengertian demokrasi dan ekonomi terpimpin oieh Pancasrla berubah menjadi terpimpin oleh
garis-garis pemikiran pribadi Bung Karno. yang mengakibatkan diktatorisme ataupun otokrasi.
7
Sehingga menyebabkan urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri
pemerintah, kebebasan koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.
Pada tanggal 15-17 Juli 1953 dilaksanakan Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia II
di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan yang datang mewakili 83 pusat-pusat
koperasi dari seluruh Indonesia dan dihadiri oleh beberapa Pejabat Pemerintah dan para tokoh
gerakan. Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil keputusan salah satunya
mengangkat Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia, mendirikan dan memilih Dewan
Koperasi Indonesia serta memberikan pendidikan koperasi.
2.5 Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
A. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru
Pemberontakan G30SPKI merupakan malapetaka besar bagi rakyat dan bangsa
Indonesia. Demikian pula hal tersebut dialami oleh gerakan koperasi di Indonesia. Oleh karena
itu dengan kebulatan tekad rakyat dan bangsa Indonesia untuk kembali dan melaksanakan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen, maka gerakan koperasi di Indonesia tidak
terkecuali unuk melaksanakannya. Semangat Orde Baru yang dimulai titik awalnya 11 Maret
1996 segera setelah itu pada tanggal 18 Desember 1967 telah dilahirkan Undang-undang
Koperasi yang baru yakni dikenal dengan UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok
Perkoperasian.
1. Konsideran UU No. 12/1967 tersebut adalah sebagai berikut: Bahwa Undang-
undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian mengandung pikiran-pikiran
yang nyata-nyata hendak:
a. Menempatkan fungsi dan peranan koperasi sebagai abdi langsung daropada
politik. Sehingga mengabaikan koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi
rakyat.
b. Menyelewengkan landasan-landasan, azas-azas dan sendi-sendi dasar koperasi
dari kemurniannya.
2. Menyangkut beberapa hal seperti:
a. Bahwa berhubung dengan itu perlu dibentuk Undang-undang baru yang sesuai
dengan semangat dan jiwa Orde baru sebagaimana dituangkan dalam
Ketepatan-ketepatan MPRS sidang ke IV dan Sidang Istimewa untuk
9
memungkinkan bagi koperasi mendapatkan kedudukan hukum dan tempat
yang semestinya sebagai wadah organisasi perjuangan ekonomi nasional.
b. Bahwa koperasi bersama-sama dengan sektor ekonomi negara dan swasta
bergerak disegala kegiatan dan kehidupan ekonomi bangsa dalam rangka
memampukan dirinya bagi saha-usaha untuk mewujudkan masyarakat
Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila yang adil dan makmur di ridhoi
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bahwa berhubungan dengan itu, maka Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 perlu
dicabut dan perlu mencerminkan jiwa, serta cita-cita yang terkandung dalam jelas
menyatakan, bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan azas kekeluargaan dan koperasi adalah satu bangunan usaha yang
sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud itu.
1. Kemampuan menciptakan posisi pasar dan pengawasan harga yang layak, dengan cara:
2. Kemampuan koperasi untuk menghimpun dan menanamkan kembali modal, dengan cara
pemupukan pelbagai sumber keuangan dari sejumlah besar anggota.
11
3. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih ekonomis melalui pembebanan biaya
overhead yang lebih, dan mengusahakan peningkatan kapasitas yang pada akhirnya dapat
menghasilkan biaya per unit yang relatif kecil.
5. Pembebasan resiko dari anggota-anggota kepada koperasi sebagai satu unit usaha, yang
selanjutnya hal tersebut kembali ditanggung secara bersama di antara anggota-
anggotanya.
Adapun tujuan pembinaan dan pengembangan KUD Mandiri adalah untuk mewujudkan
KUD yang memiliki kemampuan manajemen koperasi yang rasional dan efektif dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi para anggotanya berdasarkan atas kebutuhan dan keputusan
para anggota KUD. Dalam rangka pengembangan KUD mandiri telah diterbitkan INSTRUKSI
MENTERI KOPERASI No. 04/Ins/M/VI/1988 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan
KUD mandiri. Pembinaan dan Pengembangan KUD mandiri diarahkan:
12
Setelah Pemerintahan Orde Baru tumbang dan digantikan oleh Orde Reformasi,
perkembangan Koperfasi mengalami peningkatan. Dalam era Reformasi pemberdayaan ekonomi
rakyat kembali diupayakan melalui pemberian kesempatan yang lebih besar bagi usaha kecil dan
Koperasi.
Untuk tujuan tersebut seperti sudah ditetapkan melalui GBHN Tahun 1999. Pesan yang
tersirat didalam GBHN Tahun 1999 tersebut bahwa tugas dan misi Koperasi dalam era
Reformasi sekarang ini, yakni Koperasi harus mampu berfungsi sebagai sarana pendukung
pengembangan usaha kecil, sarana pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
serta sebagai sarana untuk pemecahan ketidak selarasan di dalam masyarakat sebagai akibat dari
ketidak merataannya pembagian pendapatan yang mungkin terjadi.
Untuk mengetahui peran yang dapat diharapkan dari Koperasi dalam rangka
penyembuhan perekonomian Nasional kiranya perlu diperhatikan bahwa disatu sisi Koperasi
telah diakui sebagai lembaga solusi dalam rangka menangkal kesenjangan serta mewujudkan
pemerataan, tetapi di sisi lain kebijaksanaan makro ekonomi belum sepenuhnya disesuaikan
dengan perubahan-perubahan perekonomian dunia yang mengarah pada dasar bebas.
Selama periode Tahun 200 – 2003, secara umum Koperasi mengalami perkembangan
usaha dan kelembagaan yang menggairahkan. Namun demikian, Koperasi masih memiliki
berbagai kendala untuk pengembangnnya sebagai badan usaha, yaitu :
13
6. Kurang optimalnya Koperasi mewujudkan skala usaha yang ekonomis akibat belum
optimalnya kerjasama antar Koperasi dan Kerjasama Koperasi dengan Badan Usaha
lainnya.
Di era Reformasi, kebijakan pengembangan Koperasi menjadi tanggung jawab
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Mengacu pada Peraturan Presiden RI Nomor
09/M/2005 Tanggal 31 Januari 2005, bahwa kedudukan Kementrian Koperasi dan UKM adalah
unsur pelaksana Pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan
UMKM di Indonesia. Tugas Kemnentrian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan
Koperasi dfan UMKM di Indonesia.
14