Biola Bu Ayu
Biola Bu Ayu
Alfian Pratama
NIM : 1613521012
Kelas : MSP A
Sebanyak 250 ribu spesies yang telah diketahui dari kelompok ini. Semua
angiospermae merupakan anggota anthophyta yaitu tumbuhan berbunga.
Organ reproduksi pada kelompok ini ialah bunga yang memiliki bakal biji dan
bakal buah. Sehingga biji yang terbentuk dari hasil pembuahan akan
diselubungi oleh buah yang merupakan hasil pembuahan kedua. Angiopsermae
memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari terna sampai pohon yang
menjulang tinggi sampai ke langit. Tumbuhan ini ada yang berumah satu dan
ada pula yang berumah dua. Penyerbukan dapat dibantu oleh hewan, angin,
atau manusia.
b. Thalophya
Thallophyta (tumbuhan talus) adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan
akar, batang dan daun sehingga dikatakan dengan tumbuhan talus. Tubuh yang
berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar,
dari yang terdiri atas satu sel berbentuk bulat sampai yang terdiri atas banyak sel
dengan bentuk yang kadang-kadang telah mirip dengan kormusnya tumbuhan
tingkat tinggi. Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga,
namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik)
sampai yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks yang panjangnya
mencapai 70 meter.
Beberapa jenis alga mempunyai struktur yang disebut holdfast, yang mirip
dengan sistem perakaran pada tumbuhan, yang berfungsi untuk menempelnya alga
pada batuan atau substrat tertentu, tetapi tidak dapat digunakan untuk menyerap air
atau nutrien. Struktur khusus yang lain adalah bladder atau pengapung, yang
berguna untuk menempatkan alga pada posisi tepat untuk mendapatkan cahaya
maksimum. Tangkai atau batang pada alga disebut stipe, yang berguna untuk
mendukung blade, yaitu bagian utama alga yang berfungsi mengabsorbsi nutrien
dan cahaya (Anonim, 2010).
Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang
secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun
(Tjitrosoepomo, 1983). Adanya klorofil membuat alga bersifat autotrof, yaitu dapat
menghasilkan karbohidratnya sendiri seperti tumbuhan. Walaupun memiliki
klorofil, alga tidak selalu berwarna hijau karena bisa saja memiliki pigmen lain
seperti karotenoid (jingga), phycoeritrin (merah) dan xantofill. Terkadang warna-
warna pigmen lain ini lebih dominan sehingga menutupi warna hijau klorofil dan
akibatnya algae tidak berwarna hijau (Singleton dan Sainsbury, 2006 dalam
Monruw, 2011).
Pada umumnya alga bersifat fotosintetik, menggunakan H2O sebagai donor
elektron. Sifat fotosintetik pada alga dapat bersifat mutlak (obligat fautotrof), jadi
alga ini tumbuh di tempat-tempat yang terkena cahaya matahari. Beberapa alga
bersifat khemoorganotrof, sehingga dapat mengkatabolisme gula-gula sederhana
atau asam organik pada keadaan gelap. Senyawa organik yang banyak digunakan
alga adalah asetat, yang dapat digunakan sebagai sumber C dan sumber energi. Alga
tertentu dapat mengasimilasi senyawa organik sederhana dengan menggunakan
sumber energi cahaya (fotoheterotrof). Pada alga tertentu dapat tidak terjadi proses
fotosintesa sama sekali, dalam hal ini pemenuhan kebutuhan nutrisi didapatkan
secara heterotrof. Pada keadaan gelap, proses fotosintesa berubah menjadi proses
respirasi. Alga yang tidak berdinding sel dapat memakan bakteri secara fagotrofik.
Alga leukofitik adalah alga yang kehilangan kloroplas. Hilangnya kloroplas
tersebut bersifat tetap, atau tidak dapat kembali seperti semula. Hal ini banyak
terjadi pada alga bersel tunggal seperti diatomae, flagelata, dan alga hijau nonmotil.
(Raldorasuh, 2013).
b. Ekosistem Seagrass
Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area yang tumbuh
bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu sistem ekologi padang
lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik, tumbuhan
dan hewan. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif, selain hutan
mangrove dan terumbu karang pada perairan pesisir pantai. Salah satu sumber daya laut yang
cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologi, lamun
mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun mempunyai produktifitas
primer yang tinggi dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut
Nybakken (1988) biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 gbk/m2, sedangkan
produktifitasnya adalah 700 g C/m2/hari. Oleh karenanya padang lamun merupakan
lingkungan laut dengan produktivitas tinggi. Komunitas lamun merupakan komponen kunci
dalam ekosistem pesisir di seluruh dunia (Hutomo dan Peristiwadi 1990). Namun keberadaan
komunitas lamun hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan
karakteristik lingkungan perairan (Supriyadi 2010).
Komunitas epifitik dan epibentik merupakan komponen turunan dari lingkungan
tiga dimensi lamun dengan menyediakan sumber makanan bagi sejumlah
invertebrata serta vertebrata perumput. Klumpp et al. (1992) menunjukkan bahwa
pada terminologi nilai nutrisi, komunitas epifit jauh lebih utama daripada lamun
(rasio C:N epifit adalah 9:18; rasio C:N lamun adalah 17:30). Biomasa besar epifit
lamun ini sangat menambahkan bagi keseluruhan nilai nutrisional tumbuhan.
Meskipun demikian, Birch (1975) membandingkan padang lamun tropis dengan
padang rumput miskin nutrisi. Faktanya telah menjadi pandangan populer bahwa
hanya sedikit hewan merumput yang memanfaatkan lamun secara langsung,
mereka adalah dugong (Dugong dugon) dan penyu (Chelonia mydas) (Thayer et al.
1984). Untuk menghilangkan dugaan, McRoy dan Helfferich (1980) menyusun
daftar 154 spesies yang langsung mengkonsumsi lamun, dan mencatat bahwa
perumputan pada lamun hidup lebih umum terjadi di daerah tropis. Pada pandangan
terdahulu, mengingat kelimpahan konsumen lamun rendah, ditujukan pada fakta
bahwa lamun terutama terdiri dari material keras, seperti selulosa (Mann 1988), dan
nitrogen yang sangat rendah (Koike et al. 1987). Baik penyu maupun dugong telah
sangat mengembangkan pencernaan sehingga dapat mengambil sebanyak mungkin
nutrisi dari lamun (Lipkin 1975; Bjorndal 1980; Garnet et al. 1985). Konsumen
lamun juga menunjukkan preferensi pada bagian tertentu dari lamun untuk
memaksimalkan penyerapan nutrisi (Bjorndal 1980; Ogden 1980). Pentingnya
nutrisi bagi komunitas epifit lamun untuk diet hewan perumput ini belum banyak
diketahui (Borowitzka dan Lethbridge 1989).
Pada area yang diamati ke pemasukan nutrien yang lebih tinggi, alga epifitik
meningkatkan biomasa secara substansial bagi kerusakan lamun. Epifit lamun
faktanya sangat berguna sebagai indikator kesehatan lamun. Tomasko dan
Lapointe (1991) telah menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi nutrien pada
kolom air akan meningkatkan biomasa epifitik dan menurunkan tingkat
pertumbuhan rhizoma secara substansial, yang merupakan akibat dari rendahnya
densitas daun sehingga menurunkan produktifitas primer lamun secara
keseluruhan (Tomasko dan Lapointe, 1991).
1. Mangrove minor
Kelompok ini bukan merupakan bagian yang penting dari mangrove, biasanya
terdapat pada daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Contoh:
Pemphis acidula (Sentigi), Excoecaria agallocha (Buta-buta), dan Xylocarpus
granatum (Nyirih).
2. Mangrove mayor
Kelompok ini memiliki seluruh atau sebagian dari ciri sebagai berikut :
Hanya hidup pada lingkungan mangrove, yaitu mereka hanya terdapat
pada ekosistem mangrove dan tidak ditemukan di komunitas
terrestrial/darat
Memiliki peran utama dalam struktur komunitas dan kemampuan untuk
membentuk tegakan murni (pure stand)
Membentuk morfologi khusus untuk beradaptasi dalam lingkungannya;
yang jelas adalah akar napas, berasosiasi dengan pertukaran gas, dan
vivipari embrio
Beberapa mekanisme fisiologis untuk pengeluaran garam sehingga
mereka dapat tumbuh di air laut; mereka seringkali terlihat
mengeluarkan garam
Isolasi taksonomi dari kelompok terrestrial. Mangrove sejati
terpisahkan dari kelompoknya paling sedikit pada tingkat genus dan
terkadang pada tingkatan sub-family atau family.
3. Mangrove assosiasi
Kelompok ini tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan
biasanya hidup bersama tumbuhan darat. Contoh: Vitex ovata (Legundi),
Terminalia catappa (Ketapang) dan Thespesia populnea (Waru laut).