Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Keuangan Publik (KELAS J)

Anggota Kelompok :

Anisa Nur Fitriah (165030100111011)

Nurmaisaroh Arikanovi (165030101111001)

Benedicta Ave Widhi (165030101111073)

Intan Aulia Rheinanda (165030107111002)

Verrent Destiara Fendiarossa (165030107111008)

HAK KEKAYAAN UNTUK PENGGUNAAN SUMBER DAYA DAN


INTERNALISASI EKSTERNALITAS

The Coase Theorem

Eksternalitas timbul karena hak kepemilikan beberapa pengguna sumber daya


tidak dipertimbangkan di pasar oleh pembeli atau penjual produk. Dalam transaksi pasar
pemerintah memiliki hak untuk mengubah hak kepemilikan sumber daya pada pihak
tertentu. Hal ini sejalan dengan Teorema Coase yang menyatakan bahwa pemerintah
menetapkan hak untuk penggunaan sumber daya. Hak yang diberikan pemerintah ini
dapat menginternalisasi eksternalitas. Di dalam Teorema Coase terdapat perundingan
atau negosiasi di antara dua pihak yang bersengketa dalam alokasi sumber daya.
Kesulitan yang akan dialami dalam prakteknya adalah adanya dua keinginan kuat antara
dua pihak yang menimbulkan sulit tercapainya kesepakatan negosiasi.

Eksternalitas negatif benar-benar sengketa tentang hak untuk menggunakan


sumber daya tertentu. Pihak-pihak yang terlibat memiliki klaim yang bertentangan
mengenai penggunaan sumber daya tertentu untuk keuntungan mereka sendiri. Sumber
daya yang disengketakan untuk satu tujuan tertentu akan mengurangi kegunaan untuk
tujuan lain. Ini menekankan bahwa, eksternalitas merupakan hubungan timbal balik
antara pihak-pihak yang terlibat. Eksternalitas merupakan solusi yang efisien,
melibatkan pilihan antara nilai sosial dari sumberdaya yang bersaing dan keseimbangan
antara nilai sosial bersih dari kedua kegunaan.

Adanya ‘Hak Pencemaran’ dalam penerepan Teorema Coase merupakan salah


satu solusi berbasis pasar yang mungkin untuk masalah pengendalian pencemaran. Hak
pencemaran dapat dipindahtangankan izin untuk memancarkan sejumlah limbah tertentu
ke atmosfer atau air. Otoritas pengatur akan mengeluarkan sejumlah hak ini dan
memantau perusahaan untuk memastikan bahwa hanya mereka yang memiliki ijin
untuk mengeluarkan limbah. Izin tersebut akan ditawarkan dan dijual ke pasar.
Perusahaan yang membeli polusi hak akan bebas menjual ke perusahaan lain apabila
mereka mau. Dewan pengawas akan mengontrol secara ketat jumlah emisi dengan
mengeluarkan sejumlah izin yang pasti.

Perubahan kondisi pasar akan mengubah harga hak pencemaran. Otoritas


pengatur bisa secara berkala meningkatkan jumlah izin yang tersedia. Bisa juga
membeli beberapa izin perusahaan yang ada dan menghapusnya dari peredaran. Dengan
mengontrol nomor hak yang beredar, pihak berwenang dapat secara ketat mengatur
jumlah polusi. Perusahaan memiliki pilihan untuk membayar harga untuk mencemari
atau mengambil tindakan mengurangi emisi.

Jumlah pengurangan polusi yang efisien yaitu menyeimbangkan output yang


hilang yang dihasilkan dari kenaikan biaya pengurangan polusi dengan keuntungan
tambahan kualitas lingkungan yang ditingkatkan. Biaya sosial marjinal pengurangan
polusi sama dengan manfaat sosial marjinal.

Hal-hal di atas dapat dianalogikan dengan suatu hal, yaitu apabila ada peternak
sapi dan peternak gandum beroperasi pada dua petak yang berdampingan. Kadangkala,
ternak seringkali menyimpang ke ladang gandum dan merusak tanaman. Dengan
demikian, terjadi peningkatan output daging sapi yang didapat dengan penurunan output
gandum. Pemerintah berwenang memberikan hak kepada produsen gandum lahan bebas
ternak, mengharuskan produsen ternak membayar petani gandum karena kerusakan
ditanggung oleh peternak. Akibatnya, hukum bertindak untuk menginternalisasi
eksternalitas sedemikian rupa sehingga meningkatkan biaya pribadi marjinal produsen
ternak sampai pada titik dimana itu sama dengan biaya sosial marjinal.

Saat ini perkembangan sektor industri di Indonesia telah membawa perubahan


bagi bangsa Indonesia. Terdapat dampak negatif dan positif seperti terbukanya lapangan
pekerjaan. Namun seiring dampak positif yang ada terdapat dampak negatif yaitu
limbah yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Di Indonesia terdapat Undang-Undang yang mengatur
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU No 32 tahun 2009.

Terdapat permasalahan mengenai pembuangan limbah oleh Pabrik Gula


Tasikmadu di Desa Triangan, Kecamatan Mojalaban, Kabupaten Sukoharjo. Pabrik gula
ini memproduksi gula menyisakan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula ini merupakan limbah organik karena
merupakan hasil produksi dari gula. Limbah organik ini dapat diolah kembali menjadi
pupuk kompos dan campuran batu bata. Limbah padat maupun cair yang dihasilkan
oleh pabrik gula Tasikmadu terus diolah menjadi kompos. Untuk jenis limbah cair
dialirkan ke sungai dan sawah-sawah. Namun, meskipun limbah tersebut telah diolah
masih menyisakan dampak bagi masyarakat sekitar, di antaranya gatal-gatal, sesak
nafas, serta membuat cemas masyarakat. Maka Kepala Desa melaporkan kepada BLH
(Badan Lingkungan Hidup) Sukoharjo. Kemudian BLH Sukoharjo memberikan somasi
bahwa pabrik gula tersebut harus benar-benar membersihkan limbah yang ada di sekitar
masyarakat.

Di dalam perencanaan kegiatan pabrik gula dalam kegiatan produksinya perlu


mempertimbangkan biaya kesempatan lingkungan yang bersih dan mempersiapkan
biaya daur ulang, pembersihan, pengumpulan produk limbah sebelum dibuang di
lingkungan. Kemudian, pemerintah dalam memberikan izin usaha diperlukan evaluasi
pengolahan limbah oleh lembaga yang mendukung.

Menurut Satjitto Raharjo, dalam masyarakat yang sederhana, sengketa


lingkungan dalam skala terbatas yang melibatkan masyarakat dengan dunia usaha
berskala kecil atau menengah dapat diatasi oleh kekuatan otonomi masyarakat secara
mandiri. Kekuatan otonomi masyarakat tersebut hadir dalam bentuk tampilnya tokoh
masyarakat setempat untuk menjadi media penyelesaian sengketa lingkungan. Dengan
demikian hal tersebut dapat didiskusikan dengan pihak-pihak yang bersangkutan, mulai
dari BLH sampai dengan warga masyarakat. Teorema Coase dapat digunakan untuk
menyelesaikan sengketa ini, dimana negosiasi harus mencapai keseimbangan antara
biaya sosial marjinal dan manfaat sosial marjinal.
DAFTAR PUSTAKA

Hyman, David N. 2010. Public Finance: A Contemporary Application of Theory to


Policy. USA: South-Western Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai