Anda di halaman 1dari 5

BAB III

DINAMIKA KERAK BUMI

Bumi merupakan planet yang sangat dinamis, artinya bumi selalu mengalami
perubahan. Proses-proses yang merubah bentuk permukaan bumi dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu proses yang merusak dan membangun permukaan bumi. Proses yang pertama
merupakan proses yang terjadi pada permukaan bumi, yaitu proses pelapukan dan erosi.
Proses tersebut, walaupun berjalan sangat lambat tetapi berlangsung terus menerus,
menyebabkan permukaan bumi secara perlahan menjadi rata. Sedangkan proses yang
membangun permukaan bumi umumnya disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam
bumi seperti aktivitas gunungapi dan pembentukan pegunungan. Proses tersebut
menyebabkan permukaan bumi menjadi bertambah tinggi. Hubungan antara proses-proses
tersebut dan sifat kedinamikan bumi, memunculkan suatu pendapat yang mengatakan tentang
pemisahan atau pemekaran dari daratan (kontinen) di permukaan bumi yang dikenal dengan
teori Tektonik Lempeng (plate tectonic).

Model tektonik lempeng menyebutkan bahwa kerak bumi disusun oleh lempeng-
lempeng yang besar dan kaku. Kerak bumi sendiri dibedakan menjadi kerak benua
(continental crust), yaitu kerak bumi yang menyusun daratan atau benua (kontinen), dan
kerak samudera (oceanic crust), yaitu kerak bumi yang menyusun lantai dasar samudera.
Kerak benua dan kerak samudera sering disebut lempeng benua dan lempeng samudera.

Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak walaupun sangat lambat. Pergerakan ini


disebabkan karena adanya perbedaan distribusi panas di bawah kerak bumi (mantel bumi).
Panas yang sangat tinggi yang terdapat pada tempat yang lebih dalam akan bergerak naik ke
tempat yang temperaturnya lebih rendah dan akan menyebar secara lateral. Penyebaran panas
secara lateral inilah yang mengakibatkan bergeraknya lempeng-lempeng penyusun kerak
bumi. Pergerakan dari lempeng-lempeng kerak bumi ini menyebabkan terjadinya gempa
bumi, aktivitas gunungapi, dan deformasi batuan penyusun kerak bumi yang menbentuk
pegunungan.

Karena setiap lempeng bergerak sebagai unit yang berbeda, maka interaksi yang
sangat besar terjadi pada pertemuan antara lempeng-lempeng tersebut. Batas-batas antara
lempeng-lempeng penyusun kerak bumi merupakan jalur aktivitas gunungapi (vulkanik) dan
gempa bumi.
Ada tiga macam batas pertemuan lempeng-lempeng tersebut yang dipisahkan
berdasarkan jenis pergerakannya dan setiap lempeng akan dibatasi oleh kombinasi ketiga
macam batas tersebut. Ke tiga macam batas pertemuan lempeng-lempeng penyusun kerak
bumi tersebut adalah :

1. Batas divergen, zona dimana lempeng-lempeng saling memisahkan dirin (saling


menjauh), meninggalkan ruang diantaranya.
2. Batas konvergen, zona dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati sehingga
terjadi tumbukan antara keduanya. Kejadian ini dapat menyebabkan lempeng yang satu
menunjam di bawah lempeng lainnya atau hanya tumbukan yang menyebabkan bagian
ini akan terangkat bersama-sama.
3. Batas transform fault, zona dimana lempeng-lempeng bergerak saling melewati antara
satu lempeng dengan lempeng lainnya (bergeseran).

Gambar 3.1 Batas-batas pertemuan lempeng tektonik


Pemisahan lempeng (divergen) terutama terjadi pada lempeng samudera (oseanik),
karena lempeng ini relatif lebih tipis daripada lempeng benua (kontinen). Pada saat lempeng
samudera mengalami pemisahan, celah yang terbentuk di antara keduanya akan diisi oleh
material cair yang panas yang berasal dari astenosfer (gambar 3.2). Material tersebut
perlahan-lahan akan mendingin dan membentuk potongan baru lantai dasar samudera.

Proses tersebut di atas berlangsung terus menerus sehingga terjadi penambahan kerak
samudera di antara lempeng-lempeng yang bergerak saling menjauh. Mekanisme pergerakan
ini disebut pemekaran lantai dasar samudera (sea floor spreading).

Gambar 3.2 Pembentukan kerak samudera pada pemekaran lantai dasar samudera

Meskipun terjadi penambahan pada kerak samudera, tetapi luas kerak bumi relatif
tetap (konstan), karena disisi lain terjadi proses penghancuran kerak tersebut. Proses
penghancuran kerak bumi terjadi pada batas lempeng yang konvergen. Pada saat terjadi
pergerakan pada batas yang konvergen , ujung atau tepi yang satu dari lempeng tersebut akan
menunjam di bawah lempeng lainnya. Peristiwa ini terjadi apabila kerak benua bertemu
dengan kerak samudera. Kerak samudera yang disusun oleh batuan yang berat jenisnya lebih
besar daripada berat jenis kerak benua akan menunjam di bawah kerak benua. Zona
penunjaman ini disebut zona subduksi (subduction zone). Selain itu pada pertemuan kedua
lempeng tersebut akan terbentuk bagian laut yang sangat dalam yang disebut palung laut.

Gambar 3.3 Pembentukan zona subduksi dan palung laut pada pertemuan lempeng konvergen

Pada zona subduksi, bagian dari kerak samudera yang menunjam ke bawah akan
memasuki suatu zona dengan lingkungan tekanan dan temperatur yang tinggi. Hal ini
mengakibatkan batuan penyusunnya akan mengalami peleburan atau pencairan dan
membentuk magma. Magma yang terbentuk akan bermigrasi ke atas dan masuk ke dalam
kerak yang tertekuk. Magma yang bermigrasi tersebut dapat juga mencapai permukaan bumi,
sehingga mengakibatkan terjadinya erupsi gunungapi.
Batas transform fault, batas lempeng-lempeng yang saling bergesekan tidak
menghasilkan atau menghancurkan bagian kerak bumi. Pergeseran tersebut akan membentuk
sesar-sesar di sekitarnya. Sesar yang terbentuk tersebut searah dengan pergerakan lempeng-
lempeng yang bergesekan, yang pada awalnya diketahui berasosiasi dengan pergeseran pada
punggungan lantai dasar samudera. Meskipun kebanyakan transform fault terjadi pada kerak
samudera, tetapi ada pula yang terjadi pada pertemuan antara kerak samudera dengan kerak
benua.

Interaksi antara lempeng-lempeng tektonik di sepanjang batas pertemuannya


berhubungan erat dengan aktivitas gunungapi, gempa bumi, dan proses pembentukan
pegunungan. Selanjutnya pergerakan batas lempeng ini tidak tetap sepanjang masa. Bila
terjadi pemekaran kembali pada kerak benua yang sekarang stabil, maka akan terbentuk suatu
cekungan laut yang baru. Sebaliknya pada lempeng-lempeng yang saling bertemu, akan dapat
membentuk lempeng superkontinen yang baru pula. Pada pertemuan kerak benua dan kerak
benua, batuan sedimen yang terakumulasi sangat tebal pada batas lempeng-lempeng tersebut
akan mengalami pengangkatan dan membentuk suatu deretan pegunungan yang sangat tinggi.

Selama temperatur di bumi bagian dalam masih tetap lebih tinggi daripada temperatur
di bagian bumi yang dekat permukaan, material cair di dalam bumi akan terus bergerak.
Selanjutnya pergerakan di dalam bumi menyebabkan kerak bumi terus bergerak. Jadi selama
bagian bumi masih tetap panas, posisi dan bentuk dari samudera dan benua akan terus
mengalami perubahan, dan bumi masih merupakan planet yang dinamik.

Pada awal munculnya pendapat-pendapat tentang bumi, selain dinyatakan bahwa


bumi adalah bulat, juga dinyatakan bahwa bumi merupakan suatu benda yang padat dan kaku
yang tidak mudah mengalami perubahan. Sedangkan benua atau daratan yang berada di
atasnya tidak bergerak dan tetap tinggal pada tempatnya. Konsep mengenai kerak bumi
merupakan massa yang dinamik dapat dibagi menjadi tiga tahap:

1. Tahap awal oleh Owen dan Snider


2. Tahap pertengahan oleh Alfred Wegener
3. Tahap modern: Tektonik Lempeng

Anda mungkin juga menyukai