DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan memahami
sistem saluran dan bangunan dalam penanganan banjir di perkotaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Banjir adalah air yang melimpas dari badan air seperti selokan, saluran,
drainase, sungai, situ atau danau, dan menggenangi bantaran serta kawasan
sekitarnya (Siswoko, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa banjir
merupakan keadaan aliran air dan atau elevasi muka air dalam sungai atau
kali atau kanal yang lebih besar atau lebih tinggi dari normal. Banjir
menimbulkan masalah dan menjadi bencana akibat banjir dapat terjadi karena
faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang dimaksud adalah hujan dan
pengaruh air pasang (rob), sedangkan faktor manusia adalah pengaruh
perilaku dan perlakuan masyarakat terhadap alam serta lingkungannya yang
antara lain mengakibatkan perubahan pada tata guna lahan. Perubahan
penggunaan lahan, dapat memberi dampak pada aliran permukaan (run-off).
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto, 2002, banjir dan genangan yang terjadi
di suatu lokasi di akibatkan oleh :
Penyebab
No Alasan Mengapa Prioritas Penyebab
Banjir
Pengendalian Banjir
Ditemukan : Ir. Kamir R. Brata, MSc. Dosen Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, IPB. Ini merupakan rekayasa teknologi
sederhana untuk meresapkan air. Kelebihannya : sederhana, murah dan mudah,
efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Dan sampai saat ini di Bogor telah ada
lebih dari 22000 lubang biopori sebagai solusi untuk mengatasi banjir. Dan
uniknya 3000 mahasiswa ITB berpatispasidalampembuatan biopori tersebut.
2. Sumur resapan :
Merupakan salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang
dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang
jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan dinilai 4x lebih efektif dalam meresapkan air hujan daripada
pohon. Karena pohon akan menguapkan kurang lebih 80% air yang diserap,
sedangkan sumur resapan justru dapat meresapkan air kurang lebih 80% . Desain
sumur resapan ini dapat menggunakan buis beton, dengan kedalaman 3- 4m
dengan diameter 1m. Dilengkapi dengan ijuk dan pasangan batu kali pada setiap
ruas sambungan buis beton sebagai filter air yang meresap.
Jalan yang telah tertutup dengan paving block akan membuat air tidak dapat
meresap langsung ke tanah, akibatnya air akan menggenang, dan memicu
terjadinya banjir. Oleh sebab itu, penggantian paving dengan grass block dapat
membantu meresapkan air hujan ke tanah lebih cepat, karena permukaannya yang
berlubang. Sehingga genangan air dapat diminimalkan, air dapat diresapkan dan
disimpan ke dalam tanah, serta dapat mencegah potensi terjadinya banjir.
4. Modifikasi Lansekap : :
Filosofi metode ini adalah mencegat air yang mengalir dari hulu dengan membuat
kolam-kolam retensi (retarding basin) sebelum masuk ke hilir. Retarding basin
dibuat di bagian tengah dan hulu kanan-kiri alur sungai-sungai yang masuk
kawasan yang akan diselamatkan. Retarding basin harus didesain ramah
lingkungan, artinya bangunannya cukup dibuat dengan mengeruk dan melebarkan
bantaran sungai, memanfaatkan sungai mati atau sungai purba yang ada,
memanfaatkan cekungan-cekungan, situ, dan rawa-rawa yang masih ada di
sepanjang sungai, dan dengan pengerukan areal di tepi sungai untuk dijadikan
kolam retarding basin.
Disarankan, dinding retarding basin tidak diperkuat pasangan batu atau beton
karena selain harganya amat mahal, juga tidak ramah lingkungan dan
kontraproduktif dengan ekohidraulik bantaran sungai. Desain retarding basin
cukup diperkuat dengan aneka tanaman sehingga secara berkelanjutan akan
meningkatkan kualitas ekologi dan konservasi air. Untuk penanganan banjir di
Jakarta, retarding basin dapat dibuat di bagian tengah dan hulu dari 13 sungai
yang mengalir ke jantung kota Jakarta, seperti Sungai Ciliwung, Cisadane,
Mookervart, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Kali Baru Barat, Cipinang, Sunter,
danCakung.
6. Revitalisasi Telaga, Danau, dan Situ :
Revitalisasi danau, telaga, atau situ kaitannya dengan memanen air hujan
sebaiknya dilakukan dengan konsep ekologi-hidraulik, yaitu upaya memperbaiki
dan menyehatkan seluruh komponen ekologi (flora-fauna) dan hidraulik-hidrologi
(sistem keairan) penyusun danau, telaga, atau situ yang bersangkutan, sehingga
dapat berfungsi menampung air yang dapat digunakan untuk keperluan air bersih
masyarakat, meresapkan air hujan untuk pengisian air tanah, dan dapat
berkembang menjadi wilayah ekosistem wilayah danau, situ dan telaga yang
hidup dan lestari.
Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan
bebas dari kontaminasi polutan. Konsep ini belum banyak dikenal di Indonesia,
maka setiap daerah perlu segera mencari lokasi atau kawasan yang dapat
dikembangkan menjadi cagar alam resapan air hujan ini.
8. Tanggul Pekarangan :
9. Rorak :
Rorak adalah lubang lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada
bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk menjebak
dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari
bidang olah. Ukuran dan jarak rorak yang direkomendasikan cukup beragam.
Direkomendasikan dimensi rorak: dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang
berkisar antara 1 - 5 meter. Jarak ke samping disarankan agar sama dengan
panjang rorak dan diatur penempatannya di lapangan dilakukan secara berselang-
seling seperti pada gambar agar terdapat penutupan areal yang merata. Jarak
searah lereng berkisar dari 10- 15 m pada lahan yang landai (3% – 8%) dan agak
miring (8% – 15%), 5 sampai 3 meter untuk lereng yang miring (15% – 30%).
10. Mulsa :
Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di
permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan
hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta
menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar). Mulsa ini terdiri dari bahan
organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar,
daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas
permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
BAB III
PENUTUP