NAPZA
A. Pengertian
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainya. NAPZA berupa zat bila masuk kedalam tubuh , dapat
mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsi social. Istilah lainya NAPZA narkoba,
singkatan dari narkotik dan obat berbahaya. Narkotika lebih dulu populer di
tengah masyarakat.
Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan bila pasien mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA yang biasa di gunakan , akan mengalami
gejala putus zat, seperti nyeri dan sulit tidur. Selain itu, pasien mengalami
efek toleransi terhadap zat yaitu suatu keadaan bila pasien memperoleh efek
zat seperti semula ,ia memerlukan jumlah (dosis) yang semakin lama semakin
banyak.
Ketergantugan psikologis adalah suatu keadaan bila apsien sudah
berhenti menggunakan NAPZA dalam waktu singkat atau lama, akan
mengalami kerinduan yang kuat sekali utnuk menggunakanya kembali.
Pasien akan mencari-cari dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan
NAPZA tersebut, walaupun tidak mengalami gejala putus zat atau sedang di
bawah tekanan sesorang.
NAPZA terdiri atas opiate, ganja, kokain, sedative hipnotik,
amfetamin, halusinogen, alcohol, inhalansia, nikoin, dan kafein. Jenis
NAPZA yang mejadi maslah diindonesia adalah opait (misalnya heroin atau
putau), ganja (cimeng,gelek), sedative hipnotik (benzodiazepine, misalnya
lexo, pil BK), alcohol( minuman keras, misalnya whisky,arak), dan
amfetamin (misalnya, ekstasi dan shabu-shabu).
B. Faktor
Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA terjadi karena tiga factor
yang saling mempengaruhi yaitu :
1. Faktor internal
a. Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini
lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi
pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah
cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat
berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan
masalah dengan cara melarikan diri.
b. Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang
datang untuk melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya
berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.
c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja
menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang
membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara
pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
d. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri.
Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu
atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman
sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.
e. Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk
menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba
dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada
permasalahan yang ada.
2. Factor eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
menjadi pengguna narkoba. Terdapat beberapa tipe keluarga yang
berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba,
yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan
ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan
anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang
tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti
apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau
demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi
kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang
harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok,
yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih
banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan
bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian
mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat
disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang
sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-
obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan
bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-
sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba
drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan
kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi
pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara
bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat
dari satu factor tertentu.
C. Rentan gannggaun pengguaan NAPZA
1. Eksperimental
Pengguna taraf awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja.
klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau coba-coba.
2. Rekreasional
Penggunaan waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada
waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini
mempunyai tujuan rekreasi bersama teman- temannya.
3. Situasional
Mempunyai tujuan individual, merupakan kebutuhan bagi dirinya
sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri
atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan
zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan:
Penggunaan zat yang sudah cukup patologis sudah mulai digunakan
secara rutin minimal selama 1 bulan sudah terjadi penyimpangan
perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.
5. Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya
toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang
biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu
menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga
menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang
digunakan). toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami
peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa
diinginkannya.
D. Tanda dan gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksitasi. Selain intoksitasi,
terdapat pula sindroma putus asa, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat
penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi
dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda.
Opiat Ganja Sedative hipnotic alcohol Amfetamin
Tanda dan gejala intoksikasi
1.Eforia 1. Eforia 1. Pengendalian 1. Mata merah 1. Selalu
2.Mengatuk 2. Mata merah diri berkurang 2. Bicara kadel terdorong
3.Berbicara 3. Mulut kering 2. Jalan 3. Jalan untuk
kadel 4. Banyak sempoyang sempoyangan mendekat
4.Konstipasi bicara dan 3. Mengatuk 4. Perubahan 2. Berkeringat
5.Penurunan tertawa 4. Memperpanja persepsi 3. Bergetar
6.kesadaran 5. Nafsu makan ng tidur 5. Penueruna 4. Cemas
meningkat 5. Hilang kemampuan 5. Depresi
6. Gangguan kedaran menilai 6. Paranoid
persepsi
1. Opiat
Ketergantuagn heroin atau putau dapat mengakibatkan timbulnya
perlaku manipulative, misalnya,sering bohong dan mencuri. Perilaku yang
manipulative desebabkan karena sugesti, yaitu keinginan yang kuat sekali
untuk menggunakan putau kembali. Adanya sugesti ini membuat pasien tidak
mampu mengendalaikan diri untuk mencari dam mendapat puatu, bahkan
dengan cara memanipulasi orang lain. Heoin atau putau sering digunakan
dengan jarum suntik, sehingga berbahaya untuk penularan penyakit Hepatitis
C dan HIV-AIDS. Zat ini juga mnegakibatkan kematian karena overdosis.
2. Ganja
Penggunaan ganja dapat mengakibatkan gangguan persepsi, sinestesia, dan
sindrom amotivasiaonal. Pada gangguan persepsi misalnya, sepuluh menit
dirasakan satu jam dan jarak 10 meter dipersepsikan sebagai jarak 100
meter. Hal ini membahayakan pasien jika pasien membawa kendaraan
bermotor. Pada sinestesia, misalnya saat pasien mendengar music pasien
melihat warna-warna cemerlang disekitar yang membuat pasien merasa lebih
menikmati suara musik. Sindrom motivasional yaitu sekumpulan gajala
yang timbul karena sudah lama menggunakan ganja dalam jumlah yang
banyak. Gejala adalah penurunan kemampuan membaca, berbicara, dan
berhitung ; kemampuan bergaul terlambat; menghindari persoalan bukan
menyelasaikannya; gerak anggota badan lambat; perhatian terhadap
lingkungan berkurang sampai tidak bereaksi ketika dipanggil; mudah percaya
mistik; kurang semgat bersaing; kurang memikirkan masa depan. Penggunaan
ganja diisap seperti rokok. Tanaman ganja yang sudah dirajang dan
dikeringkan, kemudian dilinting seperti tebakau. Zat ini dapat mengakibatkan
penyakit paru.
3. Sedatif hipnotik
Sedative hipnotik yang diminum berupa tablet jenis barbiturate dan
benzodiazepine. Benzodiazepine lebih sering disalahgunakan daripada
barbiturate. Penyalahgunaan sedative ( sejenis oba penenang ) dan hipnotik (
sejenis obat tidur) dapat membuat hilangnya kesadaran dan kurangnya
pengendalian diri yang mengakibatkan terjadinya perkelahian dan tindakan
kejahatan seperti menipu, mencuri, merampok sampai membunuh. Hal ini
dapat meresahkan masyarakat. Perubahan perilalu lainnya yang terjadi adalah
pasien bersikap lebih kasar dibandigkan sebelumnya, pola tidur berubah,
sering tidak menyelesaikan tugas, membolos, sehingga prestasi sekolah
meurun bahkan sampai dikeluarakan dari sekolah.
4. Alkohol
Peminum berat alcohol dapat mengakibatkan terjadinga gangguan pada
lambung, penyakit hati, penyakit jantung, ganggaun susunan syaraf, dan
kemunduran daya ingat. Pasien mabuk mengalami perubahan persepsi,
koordinasi, dan peurunan kemampuan menilai. Berbahaya bila pasien
mengedarai kendaraan bermotor karenanya sering mengakibatkan
kecelakaan.
5. Amfetamin
Amfetamin terdiri atas MDMA ( methylene dioxy methamphetamine
)dan meh-amfetamin. MDMA atau ekstasi, contohnya ineks berbentuk tablet
atau pil yang diminum. Meth-amfetamin contonya shabu-shabu, berbentuk
kristal yang menggunakan dengan cara dibakar, menggunakan kertas
aluminium foil, atau dibakar menggunakan botol kaca yang dirancang khusus
disebut bong. Setelah dibakar, asapnya diisap. Penyalahgunaan amfetamin
dapat menimbulkan gangguan pada jantung, pernapasan, depresi, dan
paranoid. Paranoid adalah perasaan tidak aman, terancam, dan curiga yang
dapat mengakibatkan timbulnya kekerasan pada diri sendiri atau orang lain.
Contoh pasien yang merasa akan ditangkap akan menyerang orang lain yang
dianggap sebagai ancaman. Penggunaan amfetami dosis tinggi dapat
mengkibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh rangsangan berlebihan pada
susun syaraf pusat.
Dampak penyalahgunaan dan ketergantungan napzah
Jenis zat Akibat
Heroin/putau Manipulative
Hepatitis C
HIV-AIDS
Overdosis
Ganja Gangguan persepsi
Sinestesia
Sindrom amotivasional
Penyakit paru-paru
Benzodiazepine Perkelahian
Tindak kejahatan
Alcohol Kecelakaan
Indak kejahatan
Gangguan lambung
Penyakit hati
Ekstasi/sabu-sabu Penyakit jantung
Paranoid
kematian