PENDAHULUAN
Testis adalah bagian terpenting pada alat reproduksi pria, karena organ
tubuh ini merupakan penghasil sperma yang berguna dalam menghasilkan
keturunan. Sehingga semua itu merupakan alasan kuat untuk kita agar harus
menaruh perhatian akan kesehatannya. Hal itu bisa kita peroleh dengan sadar dan
gigih untuk mencari berbagai informasi yang mendukung agar bisa membantu kita
dalam menjaga kesehatan testis ini salah satunya dengan melakukan pemeriksaan
sendiri.
Banyak hal positif jika seorang pria memeriksa organ testis mereka
sendiri. Mengidentifikasi suatu penyakit dari dini seperti hidrokel, orkitis, testis
yang mengecil, kelainan pada funiculus testis ( Torsio Funikulus Spermatikus ),
kanker testis yang banyak dipromosikan dalam tulisan-tulisan oleh para ahli
kesehatan akan bahayanya, serta penyakit-penyakit lain yang masih belum
populer tetapi patut diperhitungkan akan kehadirannya. Dengan mendeteksi dari
awal untuk menemukan gejala-gejala dari penyakit ini akan memudahkan dalam
melakukan pencegahan maupun pengobatannya.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang testis dan pemeriksaan testis
sendiri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan karya ilmiah ini agar mahasiswa dapat
mengetahui:
1. Anatomi dan Fisiologis testis.
2. Kelainan-kelainan testis.
3. Teknik pemeriksaan Testis Sendiri.
1
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan.
Dengan adanya makalah ini, Institusi pendidikan berhasil menjadikan
mahasiswa yang lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan
menambah wawasan pengetahuan para mahasiswa.
1.3.2. Bagi pembaca.
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang
Teknik khusus pemeriksaan testis sendiri ini.
1.4. Metode
Metode penulisan karya ilmiah ini dengan menggunakan metode tinjauan
pustaka dari berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Testis adalah dua kalenjer seks primer pada pria. Kedua testis normalnya
berbentuk ovoid, dan berukuran sekitar 4,5 x 3 x 2,5 cm. Testis kiri biasanya
terletak lebih rendah dibandingan yang kanan.
Permukaan masing-masing testis tertutup oleh lamina viscerals tunika
vaginalis kecuali pada tempat perlekatan epididymis dan funikulus spermatikus.
Tunika vaginalis ialah sebuah kantung peritoneal yang membungkus testis dan
berasal dari processus vaginalis. Lamina parietal tunika vaginalis berbatasan
langsung pada fascia spermatika interna dan lamina visceral tunica vaginalis
melekat pada testis dan epididymis. Dalam keadaan normal, sedikit cairan dalam
rongga tunika vaginalis (cavum vaginalis) memisahkan lamina visceralis terhadap
lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas dalam scrotum.
Sedangkan dalam keadaan abnormal seperti jumlah cairan di dalam cavum ini
3
berlebih maka akan berefek kepada testis. Kelebihan cairan ini akan membuat
testis menjadi terdesak sehingga fungsi testis dalam spermatogenesis tidak
bekerja. Hal ini kita kenal dengan hidrokel. (Keith L. More dkk, 93 )
Selaput yang kedua disebut dengan tunika albugenia. Tunika Albugenia
adalah selaput yang langsung menempel pada jaringan testis. Selaput ini meluas
ke jaringan testis dan membentuk Septum septa testis yang akan membagi testis
menjadi kurang lebih sekitar 250 lobulus. Masing-masing lobulus terdapat ductus
seminiferi yang merupakan tempat pertama yang menerima sperma setelah
dihasilkan oleh testis. ( CliffsQuickReview, 266 ). Pada bagian posterior, tunika
ini menebal membentuk mediastinum medius yang ditembus A/V saraf atau
dikenal juga dengan Rete Testis. (Keith L. More dkk, 93 )
2.1.1. Testis
Testis normalnya terdapat dalam scrotum yang berfungsi membungkus
dan melindungi testis serta mempertahankan suhu testis sekitar 1,5 – 2 C di bawah
suhu abdomen. Spermatogenik testis peka terhadap suhu tubuh yang berlangsung
optimal pada suhu yang lebih rendah dan berkurang atau terhenti pada suhu yang
tinggi (Stephen J. Mcphee dkk, 711). Dari sisi fisiologis, testis berfungsi dalam
menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron pada siklus reproduksi pria.
( Sherwood, 828 )
2.1.2. Epididymis
Epididymis merupakan struktur kuat yang terletak posterior terhadap
testis, dengan ductus deferens terletak pada sisi medialnya. Epididymis
mempunyai ujung atas yang melebar, caput, corpus, dan cauda yang arahnya ke
inferior. Di lateral terdapat sulcus nyata di antara testis dan epididymis, yang
diliputi oleh lapisan viscerale tunica vaginalis dan dinamakan sinus epididymis.
Epididymis merupakan saluran yang sangat berkelok-kelok, panjangnya hampir
20 kaki (6 m), tertanam di dalam jaringan ikat. Saluran ini berasal dari cauda
epididymis sebagai ductus deferens dan masuk ke dalam funiculus spermaticus.
(Richard S. Snell, MD, PhD, 782 )
4
- Perdarahan testis dan epydidimis
5
kanalis inguinalis dan bermuara ke dalam uretra di leher kandung kemih. Masing-
masingnya berfungsi sebagai rute keluar sperma dari testis dan sebagai tempat
pematangan sperma untuk motilitas dan kesuburan. ( Sherwood, 828 )
6
2.1.6. Kalenjer prostat
Kalenjer ini terletak mengelilingi secara lengkap urethra di leher kandung
kemih. Kalenjer ini berfungsi menghasilkan prekursor untuk pembekuan semen
dan mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang asam.
( Sherwood, 828 )
7
2.2.1. Undensensus testis atau kriptorkidisme
Gambar 3. Peradangan (orkitis) pada salah satu atau kedua testis (buah zakar).
8
Testis mengalami inflamasi akut dan terasa nyeri dengan gejala nyeri
tekan dan bengkak. Keadaan ini mungkin sulit dibedakan dengan epididymis.
Skrotum dapat terlihat berwarna merah. Terdapat parotitis dan infeksi virus lain;
biasanya unilateral. ( Lynn S. Bickey / Bates, 385 ). Pembesaran yang terjadi
hanya terbatas pada testis saja. Pembesaran epididymis yang disertai perasaan
nyeri harus harus selalu dibedakan dari keadaan testis primer; pada umumnya
berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih. Kadang-kadang epididymis
dapat mencapai ukuran limau. ( Delp dan Manning, 437 )
Biasanya panjang testis pada orang dewasa ≤ 3,5 cm. Testis kecil yang
kenyal pada sindrom Klinefelter biasanya berukuran ≤ 2 cm. Testis kecil yang
lunak dan menunjukkan atrofi terlihat pada sirosis, distrofi miotonik, pemakaian
estrogen, hipopituitarisme dan dapat pula terjadi pada orkitis. ( Bates, 385 )
Biasanya terlihat sebagai nodulus tanpa rasa nyeri. Setiap nodulus yang
ada di dalam testis harus diperiksa untuk memastikan kemungkinan malignansi.
Setelah tumbuh dan menyebar, neoplasma testikuler ini akan menggantikan
keseluruhan organ testis. Secara khas, testis aan terasa lebih berat daripada
normalnya. ( Bates, 385 )
9
2.2.5. Hematokel
10
terjadi pada orang dewasa. Infeksi Traktus Urinarius atau prostatitis yang terdapat
bersamaan mendukung diagnosis ini. ( Corry S. Matondang, 118 )
Massa kistik tanpa rasa nyeri yang dapat digerakkan dan terletak di atas
testis menunjukkan spermatokel atau kista epididymis. Keduanya memperlihatkan
transiluminasi. Spermatokel berisi sperma sementara kista epididymis tidak berisi
sperma, tetapi keduanya secara klinis tidak dapat dibedakan. ( Bates, 385 )
11
Infllamasi kronis karena tuberkulosis akan menimbulkan pembesaran
epididymis yang kenyal dan kadang-kadang disertai nyeri tekan, disetai penebalan
vas deferens atau pemebentukan benjolan kecil-kecil yang membuat vas deferens
tersebut teraba seperti manik-manik. ( Bates, 385 )
2.2.9. Varikokel
12
Torsio atau pemutiran testis pada funikulus spermatikus menimbulkan rasa
nyeri akut, nyeri tekan, dan pembengkakan pada organ testis yang akan ditarik ke
atas dalam skrotum. Skrotum tampak merah dan edematus. Pada keadaan ini tidak
terdapat infeksi urinarius yang menyertai. Torsio yang paling sering dijumpai
pada remaja merupakan keadaan gawat darurat bedah karena sirkulasi darah dapat
tersumbat. ( Bates, 386 )
2.2.12. Hidrokel
Hidrokel merupakan massa berisi cairan yang tidak nyeri bila ditekan dan
berada di dalm tunika vaginalis. Massa ini memperlihatkan transiluminasi dan jari
tangan pemeriksa dapat menjangkau daerah di atas massa tersebut di dalam
skrotum. ( Bates, 385 )
13
2.2.13. Hernia Skrotalis
Pitting Edema dapat membuat kulit skrotum tampak tegang. Keadaan ini
dapat menyertai edema generalisata pada dekompensasio kordis atau sindrom
nefrotik.
14
Dari sumber tentang gejala-gejala yang paling sering dijumpai pada
penyakit genitourinarius pria yang berfungsi sebagai pegangan dalam
peninjauan gejala spesifik ( Mark H. Swartz, 267 ) seperti :
- Nyeri
- Disuria ( rasa panas waktu buang air kecil )
- Perubahan aliran urin
- Pembesaran isi skrotum
- infertilitas
Beberapa data dari gejala-gejala diatas dapat juga dipakai sebagai pegangan
dalam menangani kasus yang bersangkutan dengan genitalia pria.
2.3.1. Anamnesa
2. Apakah ada keluhan nyeri atau rasa tidak enak pada testis ?
5. Apakah ada perbedaan dan perubahan ukuran skrotum yang anda rasa
sebelum atau sesudah terhadap penyakit sekarang ?
15
Beberapa pertanyaan diatas merupakan contoh pertanyaan yang bisa kita
gunakan dalam anamnesis kelainan-kelainan yang terjadi pada testis.
Berdasarakan keterangan yang tercantum dalam buku Bates mengenai
Pemeriksaan testis sendiri atau TSE ini merupakan sebuah pemeriksaan khusus
untuk mengidentifikasi kanker testis ( Bates, 382 ) sehingga bisa kita jadikan
tambahan dalam kamus penyakit genitalia pria ini.
C. Obat-Obatan
A. Inspeksi
16
2. Kontur skrotum. Perhatikan setiap pembengkakan, benjolan atau vena.
B. Palpasi
1. Lakukan palpasi pada setiap testis dan epididymis di antara ibu jari dan
dua jari tangan pertama.
1. Pemeriksaan testis sendiri atau TSE ini paling baik dilakukan setelah
mandi berendam atau mandi dengan pancuran yang memakai air hangat. Panas
yang dihasilkan oleh air mandi tersebut akan melemaskan skrotum dan
memudahkan kita menemukan apa saja yang abnormal.
17
2. Siapkan cermin dan handscoon jika ada. Dan jangan lupa jaga kebersihan
dalam bekerja.
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20